Erick Thohir: Pembentukan Holding Panas Bumi Usai Aksi Korporasi PGE
Kementerian BUMN akan menyatukan anak usaha pelat merah yang fokus pada sektor panas bumi dengan membentuk holding. Namun pembentukan holding tersebut menanti aksi korporasi PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) pada November 2022.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa bentuk aksi korporasi yang akan dilakukan oleh PGE pada bulan depan masih belum ditentukan. Akan tetapi, ada peluang aksi korporasi tersebut berupa penawaran saham publik perdana atau IPO (initial public offering).
"Kami lihat November 2022 ini dulu, akan ada rencana aksi korporasi. Baru Februari 2023 ngobrol lagi. Habis 3 bulan napas, baru ngobrol lagi," kata Erick di Jakarta, Jumat (28/10).
Erick Thohir belum mengumumkan bentuk hasil penyatuan anak usaha BUMN bidang panas bumi tersebut. Namun Erick menilai penyatuan anak usaha tersebut membutuhkan dana yang cukup banyak.
Mantan Presiden Inter Milan ini menyampaikan bahwa pertimbangan penyatuan anak usaha BUMN tersebut adalah untuk merealisasikan potensi pembangkit listrik tenaga panas bumi nasional yang mencapai 24 gigawatt (GW). Saat ini listrik panas bumi yang dimanfaatkan PGE baru mencapai 800.00 megawatt (MW).
Pembentukan holding panas bumi, lanjut Erick, dapat meningkatkan pemanfaatan panas bumi nasional sebesar 2 GW. Adapun, anak usaha BUMN yang dimaksud adalah PT PLN Gas dan Geothermal dan PT Geo Dipa Energi.
Sebagai informasi, mayoritas saham Geo Dipa Energi dimiliki oleh Kementerian Keuangan. Erick menyatakan telah memulai diskusi penyatuan anak usaha tersebut dengan Menteri Sri Mulyani sejak lama.
"Pembicaraan dengan Ibu Sri Mulyani sudah lama, tapi memang harus bertahap. Kembali, dalam melakukan kerja sama itu memerlukan waktu," kata Erick.
Seperti diketahui, Kementerian BUMN telah menyatukan beberapa anak usaha dengan fokus sejenis dengan bentuk holding. Adapun, holding rumah sakit membutuhkan waktu selama 2 tahun, sementara itu holding hotel mencapai 3 tahun.
Dengan demikian, Erick memperkirakan penyatuan anak usaha energi panas bumi ini membutuhkan waktu sekitar 1-2 tahun ke depan. Meski begitu belum dapat dipastikan BUMN mana yang akan menjadi induk dari holding panas bumi.
"Sama seperti Indonesia Health Corporation, bukan hanya Pertamina yang punya saham, ada Biofarma dan perusahaan lainnya," ujarnya.