HSBC Keluar dari Bisnis Fosil, Setop Pendanaan Proyek Migas Baru
Bank multinasional asal Inggris, HSBC, menyatakan akan menghentikan pendanaan proyek ladang minyak dan gas (migas) baru sebagai bagian dari pembaruan kebijakannya. HSBC juga meminta klien perusahaan energi mereka untuk memberikan informasi lebih banyak terkait rencana mereka mengurangi emisi karbon.
HSBC adalah satu bank terbesar yang mengonfirmasi tidak akan mendukung proyek migas yang mendapat persetujuan akhir setelah 2021. Badan Energi Internasional menilai langkah ini diperlukan agar dunia dapat mencapai target net zero emission atau nol emisi karbon pada 2050.
Mengutip laporan Reuters, HSBC mengatakan akan terus membiayai perusahaan energi di tingkat korporasi untuk membantu mereka dalam merombak bisnisnya dan mendorong pengembangan sumber energi yang lebih bersih, serta akan menilai rencana strategis mereka setiap tahunnya.
“Kebijakan yang mencakup berbagai hal mulai dari proyek biomassa hingga batu bara, hidrogen, dan nuklir ditujukan untuk mendorong kemajuan di seluruh wilayah dengan sistem energi yang berbeda,” kata Chief Sustainability Officer HSBC, Celine Herweijer, seperti dikutip Reuters, Rabu (14/12).
Dia menambahkan bahwa di tengah invasi Rusia ke Ukraina, dan lonjakan biaya energi yang dihasilkan, kebijakan itu juga pragmatis, dan bank akan terus membiayai ladang migas yang ada untuk memastikan pasokan turun seiring waktu, sejalan dengan permintaan.
“Ini bukan investasi bahan bakar fosil baru mulai besok. Sistem energi bahan bakar fosil yang ada perlu berjalan seiring dengan sistem energi bersih yang berkembang,” kata Herweijer. “Dunia tidak dapat mencapai masa depan energi net-zero tanpa perusahaan energi berada di jantung transisi.”
“Untuk memastikan perusahaan migas berada di jalur yang benar, bank yang berkantor pusat di London ini akan meminta informasi baru, termasuk tingkat produksi di luar tahun 2030,” tambahnya.
Selain HSBC, bank asal Inggris lainnya, Lloyds Bank, juga mengumumkan komitmen yang sama. Sedangkan Barclays meningkatkan target pembiayaan berkelanjutan dan transisi energi menjadi US$ 1 triliun pada 2030 dan akan memompa lebih banyak uangnya sendiri ke dalam startup di sektor energi.
Kelompok aktivis lingkungan yang sejak lama mengkritik HSBC sebagian besar memuji langkah salah satu pemberi pinjaman terbesar untuk perusahaan energi di dunia ini sebagai pembaruan yang ditunggu-tunggu yang akan mendorong perusahaan menuju masa depan yang lebih bersih.
“Pengumuman HSBC menetapkan tingkat ambisi minimum baru untuk semua bank yang berkomitmen untuk net-zero,” kata Jeanne Martin, juru kampanye di Share Action.
10 Bank Pendukung Industri Energi Fosil Terbesar Dunia
Menurut laporan riset Oil Change International (OCI), dalam enam tahun terakhir bank swasta global terus memberi dukungan untuk ekspansi industri energi fosil. Pada 2016 pembiayaan bank swasta global untuk sektor tersebut mencapai US$ 723 miliar. Kemudian naik menjadi US$ 742 miliar pada 2021.
"Dalam kurun waktu enam tahun sejak adopsi Perjanjian Paris, 60 bank swasta terbesar di dunia membiayai industri bahan bakar fosil hingga US$4,6 triliun," kata OCI dalam laporan Banking on Climate Chaos 2022. "Setiap bank yang mendukung perusahaan untuk meningkatkan bahan bakar fosil, ikut mendorong bencana iklim".
Menurut temuan OCI, bank swasta yang paling banyak mendanai industri energi fosil adalah JPMorgan Chase, dengan nilai pembiayaan US$382 miliar selama periode 2016-2021.
Di urutan selanjutnya ada Citi, Wells Fargo, Bank of America, Royal Bank of Canada (RBC), Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), Barclays, Mizuho, Scotiabank, dan BNP Paribas dengan nilai pembiayaan seperti terlihat pada grafik.
"Secara keseluruhan, pembiayaan bahan bakar fosil didominasi oleh empat bank Amerika Serikat, yaitu JPMorgan Chase, Citi, Wells Fargo, dan Bank of America, yang menguasai seperempat dari pembiayaan energi fosil global enam tahun terakhir," tulis laporan OCI.