Rupiah Melemah ke Rp 15.200/US$ di Awal Pekan, Menanti Data Inflasi AS

Abdul Azis Said
13 Februari 2023, 09:40
rupiah melemah, nilai tukar rupiah, inflasi as
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023).

Rupiah melemah 0,5% pada pembukaan perdagangan Senin (13/2) ke level Rp 15.207 per dolar AS di pasar spot. Koreksi nilai tukar jelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) bulan Januari besok malam di tengah ekspektasi bank sentral AS, The Fed masih akan hawkish.

Mengutip Bloomberg, rupiah terus melemah ke arah Rp 15.221 pada pukul 09.20 WIB, terkoreksi 0,6% dari posisi akhir pekan lalu di Rp 15.134 per dolar AS.

Mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah, kecuali rupee India yang menguat tipis 0,01% dan dolar Hong Kong stagnan. Yen Jepang terkoreksi 0,32%, dolar Taiwan dan peso Filipina 0,42%, dolar Singapura 0,08%, won Korsel 0,72%, yuan Cina 0,18%, ringgit Malaysia 0,5% dan baht Thailand 0,04%.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan kembali melemah jelang penantian rilis data inflasi AS. Rupiah diperkirakan melemah ke arah Rp 15.160-15.180, dengan potensi support di kisaran Rp 15.100 per dolar AS.

Ia menyebut pelemahan rupiah seiring ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS, The Fed masih akan memperketat kebijakan moneternya seiring data ketenagakerjaan yang masih kuat dan jauh lebih baik dari ekspektasi pasar. Rilis data tenaga kerja AS awal bulan ini masih menjadi perhatian utama pasar.

Menurutnya, perbaikan di pasar tenaga kerja itu bisa mendorong peningkatan konsumsi dan menyebabkan inflasi di Amerika masih bertahan tinggi. Tekanan inflasi yang belum mereda akan mendorong bank sentral terus memperketat moneter, yang artinya memberikan bahan bakar untuk penguatan dolar AS lebih lanjut.

"Pelaku pasar akan mengonfirmasi ekspektasi di atas dengan data inflasi konsumen dan penjualan ritel AS bulan Januari yang akan dirilis pada hari Selasa dan Rabu malam," kata Ariston dalam catatannya pagi ini, Senin (13/2).

Namun, optimisme bahwa kinerja ekonomi global tidak seburuk ekspektasi sebelumnya mungkin bisa menjadi salah satu penahan agar rupiah tak jatuh terlalu dalam. Laporan IMF belum lama ini mengonfirmasi hal tersebut dengan prospek pertumbuhan yang direvisi ke atas dari perkiraan sebelumnya.

Pembukaan kembali ekonomi Cina juga bisa menjadi pendukung ekspektasi tersebut. ;"Ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di atas 5% juga membantu menahan pelemahan rupiah," kata Ariston.

Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan kembalu melemah hari ini dan bergerak di rentang Rp 15.100-Rp 15.250 per dolar AS. Pasar kembali risk off yang mendorong penguatan dolar AS jelang rilis data inflasi AS bulan Januari.

Reporter: Abdul Azis Said
News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.
Advertisement

Artikel Terkait