Rupiah Melemah Tipis Pagi Ini Usai Data Inflasi AS di Atas Perkiraan

Abdul Azis Said
15 Februari 2023, 09:54
rupiah melemah, nilai tukar rupiah, dolar as, inflasi as
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023).

Rupiah melemah tipis empat poin ke level Rp 15.171 per dolar AS pada pembukaan pasar spot pagi ini, Rabu (15/2). Koreksi tipis tersebut setelah data inflasi Amerika Serikat (AS) bulan Januari yang dirilis semalam menunjukkan angka di atas ekspektasi pasar sekalipun melanjutkan penurunan.

Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke arah Rp 15.177 pada pukul 09.20 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 15.167 per dolar AS.

Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah pagi ini, kecuali yen Jepang dan dolar Hong Kong. Dolar Singapura terkoreksi 0,11% bersama dolar Taiwan 0,38%, won Korea Selatan 0,53%, peso Filipina 0,3%, rupee India 0,05%, yuan Cina 0,06%, ringgit Malaysia 0,47% dan baht Thailand 0,07%.

Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan melemah hari ini setelah data inflasi AS bulan Januari menunjukkan angka di atas perkiraan pasar. Rupiah diperkirakan bergerak di rentang Rp 15.100-15.250 per dolar AS.

"Rupiah diperkirakan akan melemah oleh naiknya imbal hasil obligasi AS setelah rilis data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan," kata Lukman dalam catatannya pagi ini, Selasa (15/2).

Mengutip CNBC.com, inflasi konsumen AS bulan lalu sevesar 0,5% secara bulanan dan 6,4% secara tahunan. Realisasi tersebut di atas perkiraan pasar yang disurvei Dow Jones masing-masing 0,4% dan 6,2%. 

Inflasi inti, yang tidak menghitung kenaikan harga energi dan pangan, juga di atas perkiraan pasar. Realisasinya 0,4% secara bulanan dan 5,6% secara tahunan.

Meski tertekan oleh data inflasi AS, investor masih menantikan data neraca perdagangan Indonesia Januari 2023 yang diperkirakan akan kembali surplus. Rupiah bisa sedikit mendapat sentimen positif jika data neraca dagang yang dirilis siang ini lebih besar dari perkiraan pasar di kisaran US$ 3 miliar.

Berbeda, analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra melihat ada peluang penguatan rupiah setelah rilis data inflasi AS semalam. Meski data menunjukkan inflasi masih tinggi, tetapi tetap berada di jalur penurunan. Inflasi AS bulan lalu 6,4% secara tahunan, lebih rendah dari bulan sebelumnya 6,5%.

"Pasar bisa jadi sedikit lega karena inflasi tidak naik melebihi bulan sebelumnya, melihat data tenaga kerja non pertanian (NFP) AS di bulan Januari dirilis lebih dari dua kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya," kata Ariston dalam catatannya.

Dari dalam sentimennya cenderung positif. Beberapa pendorong di antaranya kebijakan pemerintah yang baru soal DHE serta optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini. Ariston memperkirakan rupiah menguat ke arah Rp 15.100, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.180 per dolar AS.

Reporter: Abdul Azis Said
News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.
Advertisement

Artikel Terkait