Perdana, Pertamina Geothermal Raih Pendapatan dari Perdagangan Karbon

Happy Fajrian
21 Maret 2023, 18:33
pertamina geothermal, perdagangan karbon, panas bumi
ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Pekerja mengisolasi "upstream" dan "downstream control valve rock muffler" pada pemeliharaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) di Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Karaha, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (25/2/2020).

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGE), kini memiliki pos pendapatan baru dari hasil perdagangan karbon. Direktur Keuangan PGE Nelwin Aldriansyah menyatakan perusahaan berkomitmen untuk turut serta secara aktif melakukan transisi energi.

“Untuk pertama kalinya pada 2022, PGE mencatatkan pos pendapatan baru dari penjualan carbon credit. Ini membuktikan bahwa operasional PGE telah mendapatkan sertifikasi dari berbagai lembaga kredit karbon sehingga berhak memonetisasi atas penjualan kredit karbon dari operasionalnya,” ujarnya dalam siaran pers, dikutip Selasa (21/3).

Advertisement

Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) mencatat perdagangan karbon di Indonesia dapat menembus US$ 300 miliar atau sekitar Rp 4.625 triliun (asumsi kurs Rp15.418 per dolar) per tahun, yang berasal dari kegiatan menanam kembali hutan yang gundul hingga penggunaan energi baru terbarukan (EBT).

Kementerian ESDM juga sudah resmi meluncurkan perdagangan karbon, di mana mulai 2023-2024, perdagangan karbon dilakukan di subsektor pembangkit tenaga listrik secara mandatory.

Perdagangan karbon dilakukan pada unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang terhubung ke jaringan tenaga listrik PT PLN (Persero) dengan kapasitas lebih besar atau sama dengan 100 MW. Perdagangan karbon itu sendiri diimplementasikan melalui 2 mekanisme, yaitu perdagangan emisi dan offset emisi.

Sejumlah strategi dan upaya monetisasi terus dilakukan PGEO untuk mengawal kinerja keuangan tetap solid dengan misalnya menjaga pendapatan, EBITDA margin maupun profit margin yang stabil hingga rasio utang yang terjaga.

Pada kuartal III/2022, Pertamina Geothermal Energy membukukan laba bersih sebesar US$ 111 juta, tumbuh 67,8% dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 66 juta.

“Net profit margin pada sembilan bulan pertama 2022 mencapai 38,8%, dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang hanya 24%,” ujar Nelwin.

Adapun, pendapatan perseroan hingga September 2022 sebesar US$ 287 juta, tumbuh 3,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 277 juta.

Selain itu, perseroan juga berhasil mencatatkan EBITDA sebesar US$ 244 juta hingga September 2022, naik 10,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 221 juta.

“EBITDA margin PGE pada kuartal III/2022 mencapai 84,7%, naik cukup tinggi dibandingkan tiga tahun terakhir yang berkisar di 80%,” jelas Nelwin.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement