Natrium-Ion, Sumber Energi Alternatif untuk Mobil Listrik Indonesia

Hari Widowati
8 November 2019, 08:00
baterai mobil listrik, baterai litium untuk mobil listrik, baterai natrium untuk mobil listrik, keunggulan baterai natrium, mengolah garam jadi baterai mobil listrik,
123RF.com/Supparsorn Wantarnagon
Ilustrasi baterai mobil listrik. Pemerintah mendorong kajian pemanfaatan natrium sebagai bahan alternatif pembuatan baterai kendaraan listrik.

Indonesia sedang gencar-gencarnya mendorong pengembangan industri kendaraan listrik dan pendukungnya. Salah satu industri pendukung kendaraan listrik adalah industri baterai kendaraan listrik.

Pemerintah telah mendapatkan komitmen dari Contemporary Amperex Technology (CATL) yang bersama beberapa perusahaan raksasa, seperti LG, Volkswagen, Mercedes, hingga Tesla akan membangun pabrik baterai litium di Morowali, Sulawesi Tengah. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyebut total nilai investasi untuk pabrik baterai tersebut mencapai US$ 4 miliar atau sekitar Rp 55,7 triliun.

Keberadaan industri baterai penting karena baterai menjadi komponen utama dalam pembuatan kendaraan listrik. Sekitar 25%-40% dari harga kendaraan ditentukan oleh harga baterai.

Indonesia memiliki sumber litium yang berasal dari nikel. Namun, cadangan litium di dunia tidak merata karena logam ini termasuk logam tanah jarang (rare earth). Salah satu tambang litium terbesar terletak di Amerika Selatan, persediaannya diperkirakan hanya cukup hingga 50 tahun mendatang.

(Baca: Kembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik, Grab Gandeng PLN)

Potensi Baterai Natrium Diteliti ITS dan Unpar

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Bambang P.S. Brodjonegoro, mendorong penelitian natrium sebagai pengganti litium untuk baterai kendaraan listrik. “Tepatnya sisa dari garam, garam yang tidak dipakai konsumsi, itu natrium bisa diolah,” kata Bambang seperti dikutip Antara, Rabu (6/11) malam.

Saat ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sedang meneliti potensi natrium sebagai pengganti litium, karena natrium lebih mudah diakses dan jumlahnya berlimpah, yaitu lebih dari 2,6% dari kerak bumi. Selain ITS, Universitas Parahyangan (Unpar) juga melakukan riset mengenai baterai berbahan natrium ini. Dalam hasil riset di laman resmi Unpar, salah satu contoh limbah biomassa lokal yang dapat digunakan adalah kulit buah salak pondoh. Karbon yang diperoleh dari proses produksi sederhana ini dapat digunakan sebagai material anoda untuk sistem baterai natrium.

Kementerian Perindustrian sebelumnya mengincar investasi sektor industri baterai kendaraan listrik yang diprediksi akan berkembang di dalam negeri. Hal ini sesuai dengan implementasi Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...