Grab Investasi US$ 2 Miliar untuk Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik
Grab Indonesia meluncurkan armada mobil listrik dan motor listrik untuk layanan transportasi online di Indonesia pada Januari 2020. Sotfbank, salah satu investor utama Grab, berkomitmen menginvestasikan dana US$ 2 miliar untuk pengembangan ekosistem kendaraan motor listrik (electric vehicles) di Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, Grab Indonesia menggandeng Hyundai Motor untuk menyediakan mobil listrik, sedangkan untuk motor listrik perusahaan bekerja sama dengann Gesits dan Astra Honda Motor (AHM). Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal ini, Katadata mewawancarai Presiden Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata, di kantornya beberapa waktu lalu. Berikut rangkumannya.
Pemerintah sangat gencar untuk mendorong program mobil listrik. Dalam pertemuan dengan Pak Luhut beberapa waktu yang lalu, CEO Grab Anthony Tan menyatakan ingin ikut dalam program ini. Bisa dijelaskan lebih lanjut mengenai program tersebut?
Pertama-tama, bagi kami kendaraan bermotor listrik (electric vehicles) ini memang keniscayaan. Ini adalah suatu teknologi yang ke depannya akan menjadi pembeda di industri mobilitas di sini. Lalu, kunjungan CEO Softbank Masayoshi Son pada Juli 2019 diberikan komitment investasi US$ 2 miliar di Indonesia melalui Grab Indonesia. Seperti diketahui, Softbank adalah salah satu investor utama untuk Grab.
Ada tiga fokus utama dalam investasi ini. Salah satunya adalah komitmen untuk berinvestasi di ekosistem electric vehicles. Gayung bersambut karena pemerintah juga memiliki fokus untuk kendaraan bermotor listrik di mana sudah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 untuk percepatan kendaraan berbasis listrik, berbasis baterai.
Secara visi ini menjadi satu, yaitu teknologi untuk masa depan, yang lebih ramah lingkungan. Atas kesamaan visi ini, kami melihat bahwa kerja sama antara Grab Indonesia dan pemerintah Indonesia untuk membentuk ekosistem electric vehicles ini menjadi satu hal yang cocok dilakukan bersama-sama. Bukan hanya baik untuk pemerintah Indonesia dan Grab, tapi juga baik untuk masyarakat Indonesia pada umumnya.
Yang kedua, dalam proyek mobil listrik ini, Grab bekerja sama dengan Hyundai Motor, bisa dijelaskan mengapa yang dipilih sebagai mitra adalah Hyundai, apakah karena memang Hyundai juga punya komitmen untuk membangun industri kendaraan listrik di Indonesia?
Pertama karena mobilnya keren sekali, sudah lihat belum ya? Tapi yang lebih serius jawabannya adalah Grab bekerja sama dengan semua pihak yang memiliki visi dan misi yang sama. Hyundai memiliki visi yang sesuai dan sudah berkomitmen kepada pemerintah Indonesia untuk melakukan investasi di Indonesia.
Investasinya berupa apa? Berupa pembukaan manufacturing facility di Indonesia, antara lain untuk fasilitas manufaktur kendaraan bermotor listrik. Nah, dari sini kami lihat ada kecocokan visi. Kemudian, kami juga kirimkan beberapa spesifikasi (mobil) yang harus sesuai dengan keadaan di Indonesia. Kebetulan cocok dengan salah satu modelnya, yaitu Hyundai Ioniq.
Di Indonesia, unveiling dilakukan pada saat pembukaan roadmap electric vehicles oleh Grab Indonesia. Model yang diluncurkan di Indonesia memiliki kapasitas baterai yang lebih besar, 38 kwh (kilowatt hours). Cocok sekali untuk Indonesia dan Jabodetabek yang luas ini. Atas kesamaan visi ini, kami melihat kerja sama ini bisa dilanjutkan antara Hyundai dan Grab, di mana tahun lalu juga sudah ada kerja sama strategis.
Grab lebih dulu menggunakan armada mobil listrik di Singapura. Apa bedanya mobil listrik yang dikembangkan oleh Grab di Singapura dengan yang di Indonesia?
Jadi, kami memang sudah meluncurkan piloting pada tahun lalu, antara Hyundai dan Grab di Singapura. Model yang dipakai di Singapura adalah Hyundai Kona, dengan kapasitas yang lebih rendah baterainya. Kenapa? Karena Singapura kan juga jarak tempuhnya tidak terlalu panjang. Tapi, Grab melakukan ujicoba juga waktu itu untuk battery charging. Di Singapura kebanyakan gedung-gedung tinggi, bukan perumahan-perumahan, sehingga untuk mengisi baterai itu harus ada fasilitas khusus.
Kami melakukan studi dari situ kemudian kami sesuaikan untuk Indonesia. Kami melihat untuk Indonesia kapasitas bagasinya mungkin lebih besar, karena orang suka membawa banyak barang. Bisa untuk (armada) bandara dan lain-lain. Kemudian, kami minta yang kapasitas baterainya lebih besar untuk menempuh jarak yang lebih jauh. Hyundai Ioniq dengan kapasitas baterai 38 kwh dalam sekali pengisian penuh (full charge) bisa menempuh sampai 380 km. Jadi, lumayan dan cocok sekali untuk ekosistem di Jakarta.
Dari US$ 2 miliar komitmen investasi Softbank melalui Grab Indonesia, berapa besar sebenarnya yang dialokasikan untuk mobil listrik?
Saat ini detailnya belum bisa kami berikan, karena masih ada beberapa faktor. Kami lihat bagaimana hasil dari piloting ini, kemudian reaksi dari masyarakat dan timeline-nya. Apakah ke depannya hanya satu model ini, tentunya tidak. Akan ada beberapa model juga nanti akan kami coba, yang lebih cocok nanti berapa kapasitasnya, spesifikasinya seperti apa, dan lain-lain. Kemudian, bagaimana pertumbuhan ekosistem untuk pengisian baterai. Jadi, untuk saat ini kami pelajari dulu dari peluncuran pilot project ini untuk kita detailkan lagi.
Pada 2020, Grab mulai dengan meluncurkan 20 armada kendaraan listrik, itu di mana saja lokasi operasinya?
Untuk pilot dengan Hyundai Ioniq ini, Grab Indonesia akan mulai dengan 20 unit. Tentunya secara logis penempatan dari mobil-mobil listrik ini cocok di tempat-tempat yang mungkin traffic-nya cukup tinggi, kemudian bisa dilakukan charging juga di sana. Beberapa hal yang cukup logis mungkin di mal, perkantoran, dan tidak tertutup untuk bandara. Jadi, tunggu pada saat kami luncurkan akan kami beri tahu lokasinya di mana saja.
Untuk kesiapan dari stasiun pengisian listriknya, apakah Grab juga bekerja sama dengan PLN?
Ini pertanyaan yang bagus sekali, karena mobil listrik, motor listrik itu tidak bisa berdiri sendiri, butuh ekosistem. Salah satunya adalah charging stations dan tentunya sistem pembayaran yang lebih efisien dan seamless. Untuk charging stations-nya kami berbicara dengan beberapa pihak, termasuk PLN.
Grab sudah melakukan MoU dengan PLN, dan saat ini sedang melakukan diskusi untuk pengembangan stasiun pengisian listrik umum (SPLU) yang berkesinambungan dengan perkembangan mobil listrik dan motor listrik. PLN adalah mitra utama kami dalam hal ini tetapi tidak menutup kemungkinan ke depannya apabila PLN membuka ini kepada pihak-pihak lain.
Ke depannya, apakah Grab sudah punya rencana untuk menambah armada kendaraan listrik di Indonesia?
Tentunya kami tidak ingin berhenti di sini saja. Kami akan berkesinambungan dengan target pemerintah Indonesia yang menargetkan 2 juta kendaraan bermotor listrik, baik roda empat maupun roda dua pada 2025. Bagaimana nanti tahapannya tentunya bukan hanya Grab Indonesia yang berperan, banyak hal yang berkaitan di sini. Produsen kendaraan, konten lokal, SPLU, hingga sistem pembayarannya. Ini yang kami kerjakan bersama-sama.
Semangatnya di sini kami mulai untuk kendaraan listrik roda empat dengan Hyundai. Untuk kendaraan roda dua dengan Gesits dan Astra Honda Motor (AHM). Kami mulai dulu, kami pelajari bagaimana polanya dan memberi masukan kepada pemerintah untuk mengatur bagaimana kendaraan listrik bisa dijalankan di Indonesia.
Untuk kerja sama dengan Gesits, berapa banyak armada Grab untuk motor listrik?
Untuk motor listrik, kami juga jalankan sebanyak 20 unit, yang kami mulai di Januari 2020. Seperti halnya di mobil, kami melihat polanya, penggunaannya, dan pengisian baterainya. Ini langkah awal yang bagus sekali, kami yang pertama menjalankan kendaraan berbasis motor listrik bersamaan antara yang roda empat dan roda dua.
Apakah ada training khusus untuk pengemudi yang menjalankan kendaraan listrik?
Ya, training singkat saja. Tidak terlalu sulit menjalankan motor listrik dan mobil listrik, bahkan lebih sederhana. Orang sekali di-training juga biasanya langsung paham. Untuk perawatannya juga mudah dan sangat efisien.