Prospek Harga Saham Bukalapak Tembus Rp1.000, Apa Faktor Pendukungnya?

Image title
9 Desember 2021, 14:35
Prospek Cerah Saham Bukalapak, Apa Saja Faktor Pendukungnya?
Bukalapak
Bukalapak

Baru seumur jagung, PT Bukalapak.com Tbk melantai di Bursa Efek Indonesia, harapan tinggi investor pada saham tersebut langsung terbanting. Harga saham emiten berkode BUKA itu sejak melantai anjlok cukup dalam. Namun beberapa faktor diperkirakan dapat memicu emiten ini bangkit lagi.

Beberapa waktu lalu, melalui penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada 6 Agustus 2021, Bukalapak menjajakan harga saham perdana Rp 850 per lembar. Namun harganya anjlok menjadi Rp 444, terendah sejauh ini, pada penutupan perdagangan 7 Desember 2021. Artinya, sudah turun 47,76 %.

Sebenarnya, harga saham Bukalapak sempat naik setelah IPO. Nilai tertinggi pada penutupan 9 Agustus 2021 di harga Rp 1.110 per saham. Jika investor masuk di harga tertinggi dan terus bercokol hingga harga terendah, penurunannya mencapai 60 %.

Meski begitu, sejumlah sekuritas memperkirakan harga saham Bukalapak bisa bangkit dan melihat ada prospek cerah pada saham tersebut. Sekuritas pun merekomendasikan beli saham Bukalapak setelah melihat laporan keuangan per triwulan III-2021.

Rekomendasi Sejumlah Sekuritas terhadap Saham Bukalapak

   
Sekuritas
Rekomendasi
Target Harga
Sucor SekuritasBeliRp 870
Mandiri SekuritasBeli Rp 1.400
UBSBeliRp 1.150
J.P. MorganBeli Rp 1.000
   
Sumber: Riset Masing-Masing Sekuritas

Bukalapak memang masih membukukan rugi bersih Rp 1,12 triliun hingga kuartal III-2021. Namun, nilai kerugiannya menyusut 19,17% dibandingkan periode sama tahun lalu yang merugi Rp 1,39 triliun. 

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2021 yang dirilis hari Selasa ini (30/11), Bukalapak mampu meraih pendapatan Rp 1,34 triliun dalam sembilan bulan tahun ini. Pendapatan tersebut tumbuh 42,1% dibanding pendapatan periode sama 2020.

Total pendapatan Bukalapak terdiri dari tiga sektor bisnis. Pertumbuhan pendapatan paling signifikan berasal dari pendapatan Mitra sebesar Rp 496,7 miliar atau tumbuh 322,82%.

Bisnis Marketplace menyumbang pendapatan Rp 780,41 miliar atau tumbuh 5,18%. Sedangkan pendapatan dari BukaPengadaan Rp 70,56 miliar, malah turun 20,67% dari periode sama 2020.

Selain itu, total processing value (TPV) hingga triwulan III-2021 senilai Rp 87,9 triliun, melonjak 51% dari periode sama tahun lalu. TPV adalah total transaksi yang benar-benar terjadi di Bukalapak, tidak termasuk barang yang sudah di-check out tapi tidak jadi dibeli.

TPV sektor Mitra hingga triwulan III-2021 bertambah 179% menjadi Rp 40 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kontribusi Mitra terhadap TPV secara keseluruhan mencapai 51%. Sementara, TPV bisnis Marketplace hanya tumbuh 9% secara tahunan atau tumbuh 0% secara kuartalan.

J.P. Morgan menilai ada peluang harga saham Bukalapak meningkat dibandingkan dengan sejumlah saham lainnya (overweight). Berdasarkan analisis, target harga saham Bukalapak pada akhir 2022 bisa mencapai Rp 1.000 per saham atau naik 83,48% dari harga saat riset dibuat Rp 545 per saham.

Analis J.P. Morgan Henry Wibowo dalam riset tertulis mengatakan, Bukalapak adalah pemain bisnis online to offline (O2O) terkemuka di Indonesia dan masuk tiga besar e-commerce yang fokus pada kota tier 2 dan tier 3.

Henry optimis terhadap saham Bukalapak karena tiga alasan. Pertama, profil pertumbuhan yang kuat dengan CAGR pendapatan 65% pada periode 2020-2023. Hal ini didorong oleh bisnis Mitra dengan meningkatkan monetisasi dan tingkat penerimaan sebesar 2,3% pada 2023 dibanding 1,6% pada 2020.

Alasan kedua optimisme muncul adalah Bukalapak bagian dari ekosistem Grab dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Pasalnya, Emtek merupakan pemegang saham Bukalapak bersama Ant Financial, GIC, dan Microsoft.

"Jadi kami melihat potensi kolaborasi baru dalam bahan makanan, logistik, dan layanan keuangan," kata Henry.

Terakhir, masuknya saham Bukalapak pada indeks MSCI pada semester I-2022, mengingat saham Bukalapak sudah termasuk dalam 10 saham terbesar dan satu-satunya proksi teknologi dalam indeks LQ45.

Henry memperkirakan GMV untuk bisnis Marketplace Bukalapak pada 2023 ada di level 0,5x. Sementara GMV untuk bisnis Mitra Bukalapak pada 2023 diperkirakan ada di level 0,33x.

GMV atau Gross Merchandise Value merupakan satuan untuk menghitung total transaksi kotor. Dalam satuan tersebut, transaksi yang batal setelah checkout dari keranjang, tetap dihitung sebagai total transaksi.

Adapun, target harga saham yang ditetapkan oleh J.P. Morgan sudah memperhitungkan sejumlah risiko. Risiko pertama yang diperhitungkan adalah meningkatnya persaingan dalam bisnis O2O Mitra yang membatasi pangsa pasar Bukalapak.

Risiko berikutnya adalah meningkatnya persaingan di pasar e-commerce kota tier 2 dan tier 3, yang merupakan segmen bisnis utama Bukalapak. Ada risiko eksekusi monetisasi yang lebih lemah dari yang diharapkan yang mengakibatkan tingkat penerimaan pendapatan di bawah rata-rata industri.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...