Pentingnya Literasi Digital bagi Perempuan di Perdesaan
Di era digital saat ini, teknologi informasi telah merambah ke hampir setiap aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga ekonomi. Namun, di balik gemilangnya perkembangan teknologi, terdapat kesenjangan signifikan antara masyarakat perkotaan dan perdesaan dalam hal akses dan pemanfaatan teknologi, terutama bagi perempuan.
Selain itu, budaya patriarki di beberapa komunitas perdesaan juga memperburuk situasi. Perempuan sering kali tidak diberi kesempatan yang sama untuk mengakses teknologi, karena adanya persepsi bahwa teknologi dan informasi bukanlah hal yang relevan bagi kehidupan mereka. Hal ini membuat perempuan di pedesaan semakin terpinggirkan dalam arus perkembangan teknologi.
Misalnya, di berbagai wilayah perdesaan di Indonesia, masih banyak perempuan yang tidak mendapatkan informasi yang memadai mengenai kesehatan reproduksi atau hak-hak mereka sebagai warga negara. Dengan kemampuan mengakses internet, mereka bisa belajar sendiri tentang isu-isu lainnya, misalnya kejahatan yang terjadi di dunia maya, dengan posisi perempuan rentan sebagai korban.
Berdasarkan laporan situasi SAFEnet tahun 2023 berjudul Robohnya Hak-hak Digital Kami, meningkatnya jumlah pengguna Internet di Indonesia, belum diikuti dengan meningkatnya kualitas layanan Internet. Indonesia masih menghadapi masalah akses Internet dari sisi kecepatan, keterjangkauan harga, dan kesetaraan. Ketika akses Internet masih terhambat dari sisi infrastruktur dan kesetaraan, di sisi lain praktik pemutusan akses juga masih terus terjadi. Salah satu contohnya terjadi di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah pada Februari 2022.
Termasuk Papua juga masih menjadi wilayah paling banyak mengalami pemutusan akses Internet baik karena alasan teknis, semacam kabel bawah laut putus, maupun hal politis, seperti adanya konflik sosial ataupun sabotase oleh kelompok bersenjata.
Pentingnya literasi digital bagi perempuan di pedesaan tidak hanya terkait dengan aspek penguasaan teknologi, tetapi juga dengan pemberdayaan mereka dalam berbagai bidang. Hal ini menjadi salah satu tujuan penting di era digital, karena bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara mereka yang memiliki akses terhadap teknologi.
Kesenjangan Akses
Berdasarkan rilis yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) melaporkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2024 telah mencapai 221.563.479 orang dari total populasi 278.696.200 penduduk pada tahun 2023.
Berdasarkan survei penetrasi internet Indonesia 2024 yang dirilis APJII, tingkat penetrasi internet di Indonesia kini mencapai 79,5%, meningkat 1,4% dibandingkan periode sebelumnya. Jika dilihat dari sisi gender, mayoritas penetrasi internet berasal dari laki-laki sebesar 50,7%, sementara perempuan menyumbang 49,1%.
Selain itu, survei APJII juga memaparkan perbandingan penetrasi internet antara wilayah urban (perkotaan) dan wilayah rural (pedesaan dan daerah tertinggal). Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 38 provinsi selama periode 10-27 Januari 2023, survei menunjukkan bahwa penetrasi internet di wilayah urban mencapai 77,36% dari populasi urban, sedangkan di wilayah rural angkanya sedikit lebih tinggi, yakni 79,79% dari populasi penduduk rural.
Meskipun literasi digital memiliki banyak manfaat, tantangan dalam penerapannya di daerah pedesaan cukup signifikan. Salah satu tantangan terbesar adalah infrastruktur. Banyak daerah pedesaan yang masih belum terjangkau oleh jaringan internet yang memadai. Menurut laporan Internet World Stats, kurang dari 40% populasi di wilayah pedesaan di negara berkembang memiliki akses internet yang stabil.
Dari sisi kebijakan, pemerintah perlu mendukung pembangunan infrastruktur teknologi di daerah pedesaan dan mendorong program-program pendidikan yang berfokus pada literasi digital bagi perempuan. Keterlibatan sektor swasta juga penting, terutama melalui program tanggung jawab sosial perusahaan yang bisa membantu menyediakan akses dan pelatihan teknologi di daerah-daerah yang paling membutuhkan.
Kesenjangan digital antara wilayah perkotaan dan perdesaan masih sangat nyata. Data dari International Telecommunication Union (ITU) mencatat bahwa di wilayah pedesaan global, hanya sekitar 15 hingga 20 persen perempuan yang memiliki akses internet yang memadai.
Di banyak negara berkembang, akses terhadap internet dan perangkat teknologi masih didominasi oleh masyarakat perkotaan, sementara perempuan di perdesaan harus berjuang melawan keterbatasan infrastruktur, biaya, dan hambatan budaya yang menghalangi mereka untuk terhubung dengan dunia digital.
Perempuan di perdesaan merupakan kelompok yang paling merasakan dampak kesenjangan ini. Rendahnya tingkat pendidikan dan terbatasnya akses terhadap perangkat digital membuat mereka terisolasi dari arus informasi yang bisa meningkatkan kesejahteraan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, tingkat melek huruf perempuan di pedesaan lebih rendah dibandingkan laki-laki, terutama di daerah terpencil. Kondisi ini memperparah kesenjangan digital, mengingat literasi dasar menjadi fondasi bagi penguasaan literasi digital.
Manfaat Literasi Digital
Salah satu manfaat paling nyata dari literasi digital adalah potensi besar untuk meningkatkan ekonomi perempuan di perdesaan. Dengan literasi digital yang memadai, perempuan dapat memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah, memasarkan produk lokal, serta mengakses pasar yang lebih luas melalui platform e-commerce.
Contoh nyata dari hal ini adalah kesuksesan berbagai kelompok usaha perempuan di desa-desa yang telah berhasil menggunakan media sosial dan platform digital untuk memasarkan produk mereka. Misalnya, Program Desa Digital yang diluncurkan oleh pemerintah bekerja sama dengan sektor swasta telah membantu banyak perempuan pedesaan mengakses teknologi dan memanfaatkannya untuk mengembangkan usaha, seperti menjual produk pertanian, kerajinan tangan, hingga makanan olahan.
Menurut laporan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2022), usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dikelola oleh perempuan di Indonesia menyumbang sekitar 60% dari produk domestik bruto (PDB). Literasi digital dapat memperluas potensi ini, karena perempuan yang terampil dalam teknologi digital dapat meningkatkan skala usahanya, mengurangi ketergantungan pada perantara, serta memperluas akses pasar secara langsung melalui platform digital seperti Tokopedia, Shopee, Instagram dan TikTok.
Kesehatan juga merupakan isu krusial bagi perempuan di pedesaan. Akses terhadap layanan kesehatan yang terbatas, terutama di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia, menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi. salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian ibu adalah minimnya akses terhadap informasi kesehatan yang akurat dan layanan medis yang cepat.
Literasi digital bisa menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi keterbatasan ini. Melalui teknologi digital, perempuan di pedesaan dapat mengakses informasi kesehatan yang penting, terutama terkait kesehatan reproduksi dan perawatan anak.
Dengan literasi digital, perempuan di pedesaan bisa lebih proaktif dalam menjaga kesehatan diri dan keluarganya. Mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk mencari informasi tentang nutrisi, perawatan kesehatan, serta panduan kehamilan yang aman. Hal ini akan membantu mengurangi risiko komplikasi kesehatan yang bisa dicegah dengan pengetahuan yang tepat.
Meskipun manfaat literasi digital sangat jelas, ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi untuk memperluas akses ini ke seluruh perempuan di pedesaan Indonesia. Salah satu tantangan terbesar adalah infrastruktur. Menurut laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika, sekitar 12.000 desa di Indonesia masih belum terjangkau oleh jaringan internet yang stabil. Selain itu, keterbatasan akses terhadap perangkat teknologi, seperti smartphone atau komputer, juga menjadi hambatan utama.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah perlu mempercepat pembangunan infrastruktur digital di perdesaan. Di samping itu, program subsidi perangkat digital bagi keluarga berpenghasilan rendah juga harus dipertimbangkan, agar perempuan di perdesaan dapat memiliki akses terhadap teknologi yang mereka butuhkan.
Selain infrastruktur, pelatihan literasi digital juga menjadi kunci. Program-program pelatihan yang difokuskan pada perempuan perlu terus dikembangkan. Pemerintah bisa bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan sektor swasta untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan literasi digital bagi Perempuan di desa-desa, yang mencakup keterampilan dasar hingga lanjutan dalam menggunakan teknologi. Semoga saja dalam Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran, hilirisasi literasi digital mampu menyentuh secara merata bagi Perempuan di Indonesia.
Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.