Saatnya Memaksimalkan Pasar Domestik


Ketika Amerika Serikat kembali membuat kebijakan yang bikin gaduh yaitu menaikkan tarif impor barang dari luar negeri, termasuk Indonesia, respons spontan banyak pihak adalah khawatir akan kondisi ini. Wajar, karena AS merupakan salah satu pasar ekspor utama Indonesia.
Barang-barang seperti tekstil, karet, dan elektronik berisiko terkena beban tarif lebih tinggi, yang bisa bikin harganya tak lagi kompetitif di sana. Namun, di balik tantangan itu, sebenarnya ada peluang besar yang bisa dimanfaatkan yakni memaksimalkan potensi pasar domestik dan memperkuat efisiensi daerah.
Potensi yang Terlupakan
Saat ekspor terganggu, maka sudah saatnya kita serius membangun dari dalam. Pasar Indonesia itu besar, 270 juta lebih penduduk adalah peluang konsumsi yang luar biasa. Produk-produk lokal, mulai dari pertanian, olahan pangan, hingga produk kreatif, bisa kita dorong agar lebih dominan di pasar sendiri.
Masalahnya, kita sering terlalu sibuk ekspor, padahal konsumsi lokal belum optimal. Dalam konteks ini, peran BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) sangat penting. BUMDes bisa menjadi penggerak ekonomi desa, memperpendek rantai distribusi, dan membantu petani serta pelaku UMKM menjual produknya langsung ke konsumen.
Misalnya, BUMDes bisa mengelola logistik hasil pertanian, jadi petani tak perlu lagi bergantung pada tengkulak. Atau mereka bisa membuka toko sembako desa, sehingga uang berputar di desa sendiri.
Bukan Sekadar Pangkas, Tapi Fokus
Sementara itu, pemerintah daerah harus mulai mengubah cara pandang dalam menyusun anggaran.
Efisiensi bukan berarti sekadar memangkas anggaran seremonial atau perjalanan dinas, tetapi memfokuskan belanja pada program yang berdampak nyata: penguatan UMKM, pemberdayaan desa, digitalisasi pasar lokal, dan infrastruktur pendukung.
Contohnya, daripada membangun gedung baru, lebih baik anggaran digunakan untuk membenahi jaringan irigasi, pasar tradisional, atau memberikan pelatihan bagi pelaku usaha lokal. Ini sejalan dengan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2025 yang menekankan penghematan dan efektivitas anggaran.
Ada Harapan di Tengah Tekanan
Memang, situasi ekonomi global sedang tidak bersahabat. Tapi bukan berarti kita harus pasrah. Indonesia punya kekuatan besar dari dalam, yaitu sumber daya alam, kreativitas masyarakat, dan pasar domestik yang terus tumbuh. Asalkan pemerintah pusat, daerah, dan desa bisa jalan seiring, momentum ini bisa menjadi titik balik.
Dengan mendorong produk lokal, memperkuat peran BUMDes, dan menata ulang belanja daerah, kita tak hanya bisa bertahan dari guncangan global, tapi juga tumbuh lebih mandiri. Di tengah gaduh tarif dan ketidakpastian global, justru inilah saat yang tepat untuk membuktikan bahwa ekonomi Indonesia bisa berdiri di kaki sendiri.
Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.