Internal Partai Demokrat tiba-tiba menghangat usai Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Mendadak, salah satu politisi senior Demokrat, Max Sopacua, melemparkan wacana suksesi kepemimpinan lewat Kongres Luar Biasa (KLB). Hal itu disampaikannya saat mendeklarasikan Gerakan Moral Penyelamat Partai Demokrat (GMPPD).

Max juga sempat menyerang tiga kader partai berlambang  bintang Mercy tersebut, yakni Wakil Sekretaris Jenderal Andi Arief dan Rachland Nashidik, serta Ketua Divisi Hukum dan Advokasi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean. Ketiganya dinilai kerap menimbulkan kegaduhan di internal partai. "Tak sesuai dengan marwah, karakter, dan jati diri Demokrat," kata Max akhir pekan lalu. 

Politisi senior lain yang bergabung dalam deklarasi GMPPD, Ahmad Mubarok, mengatakan KLB menjadi salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan Demokrat pada Pemilu 2024 mendatang. Bahkan, nama Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), disebutnya berpeluang menggantikan sang ayah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Umum. "Ujungnya, forum organisasi untuk pembenahan secara organisatoris," kata Mubarok yang juga salah satu pendiri Demokrat.

(Baca: BPN Prabowo-Sandi Tunggu Sikap Demokrat Tentukan Pilihan Koalisi)

Andi Arief yang diserang, lantas membalas sengit. Dalam akun Twitternya, Andi menyebut langkah Max bersama Ahmad Mubarok dan Subur Sembiring mengajak berkonflik, tidak tepat. Saat ini Demokrat sedang berduka setelah ditinggal istri SBY, Kristiani Herrawati (Ani) Yudhoyono. "Mubarok, Max Sopacua, dan Subur Sembiring tak pernah saya lihat berbuat untuk Partai Demokrat," kata Andi.

Bukan hanya itu, mantan Staf Khusus Presiden era SBY ini menyebut Mubarok dan Max coba mendorong KLB untuk mendorong posisi ketum kepada sosok semodel Gatot Nurmantyo atau Sandiaga Uno. Dia menuduh kedua koleganya merupakan makelar politik. "Menjadi makelar kerap menguntungkan, tapi Sandi Uno atau Gatot Nurmantyo bukan orang bodoh yang bisa dibohongi," ujarnya.

(Baca: Ani Yudhoyono, 'Bunga Flamboyan' yang Mengiringi Karier SBY)

Buntut cekcok ini, Dewan Kehormatan partai terpaksa mengeluarkan empat imbauan untuk dipatuhi seluruh kadernya. Anggota Dewan Kehormatan (Wanhor) Amir Syamsuddin menjelaskan imbauan pertama, agar para kader tidak berbicara mengenai KLB. Kedua, kader diminta tak melakukan komunikasi apapun termasuk konferensi pers mengenai topik internal.

Ketiga, setiap kader dapat melaporkan kader lain kepada Wanhor, apabila ada perilaku yang tidak sesuai kode etik, Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), hingga pakta integritas partai. Keempat, Wanhor akan memanggil semua pihak yang berkonflik untuk digali keterangannya. "Untuk sementara, saya tidak ada (penjelasan) apapun di luar itu," kata Amir.

Sedangkan Ferdinand mengatakan, Dewan Kehormatan sudah mulai bekerja untuk menyelesaikan masalah yang ada. Namun, ia mengaku tak dapat menyampaikan sejauh apa proses menetralisir masalah yang sedang dikerjakan Wanhor. "Silakan (bertanya) ke ketua Wanhor langsung," kata Ferdinand kepada katadata.co.id, Selasa (18/6).

(Baca: Silaturahmi AHY, Langkah Politik Demokrat Mendekat ke Jokowi)

Dua Faksi di Partai Demokrat

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Adi Prayitno mengatakan konflik internal Partai Demokrat merupakan wujud adanya dinamika dari dua faksi yang berkembang saat ini, yakni kelompok tua dan muda. Faksi senior diwakili oleh tokoh-tokoh seperti Max Sopacua dan Ahmad Mubarok, sedangkan Andi Arief dan Rachland Nashidik mewakili kelompok yang lebih junior. "Ini memang baru pertama kali terjadi di Demokrat," kata Adi kepada katadata.co.id, Senin (17/6).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement