- Jumlah pengunjung Pasar Tanah Abang melonjak menjelang Lebaran.
- Konsumsi rumah tangga menunjukkan perbaikan pada awal kuartal II 2021.
- Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 mencapai 7%, antara lain ditopang konsumsi.
Puluhan ribu orang berjejalan di Pasar Tanah Abang mendekati Hari Raya Idul Fitri. Berbelanja baju baru seperti harapan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk mendorong aktivitas ekonomi yang selama ini terpukul oleh Pandemi Covid-19.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan, terjadi lonjakan pengunjung lebih dari dua kali lipat di Tanah Abang pada akhir pekan lalu. Data sementara, jumlahnya bahkan mencapai 100 ribu pengunjung pada Minggu (2/5).
"Hari Sabtu terjadi lonjakan jumlah pengunjung dari sebelumnya 35 ribu jadi 87 ribu. Hari ini diperkirakan mencapai 100 ribu pengunjung," kata Anies di Pasar Tanah Abang pada Minggu (2/5), seperti dikutip dari Antara.
Aktivitas di Pasar Tanah Abang sering kali menjadi salah satu tolak ukur pola konsumsi masyarakat di Tanah Air. Barang-barang yang dijual di pasar ini banyak dibeli untuk diperdagangkan lagi di berbagai daerah.
PD Pasar Jaya mencatat, rata-rata perputaran uang di pusat grosir terbesar se-Asia Tenggara ini sebelum pandemi mencapai Rp 200 miliar per hari. Ini di luar momentum Ramadan dan Lebaran yang biasanya meningkat 20% hingga 30%.
Pemerintah sempat menutup Pasar Tanah Abang hingga dua bulan pada Maret hingga Mei tahun lalu. Kerugian imbas penutupan pasar saat itu mencapai sekitar Rp 6 triliun. Meski sempat dibuka menjelang Lebaran, penjualan para pedagang anjlok lebih dari separuh.
Namun tak hanya di Tanah Abang, lonjakan pengunjung juga terjadi di beberapa pusat perbelanjaan lain seperti Thamrin City pada pekan lalu. Polda Metro Jaya bahkan mengeluarkan imbauan agar masyarakat mencari lokasi alternatif berbelanja kebutuhan Lebaran selain Tanah Abang dan Thamrin City untuk mencegah kerumunan yang rentan memicu klaster baru Covid-19.
Hal serupa juga terjadi di kota besar lain, seperti Makassar, Sulawesi Selatan. Satuan Tugas Khusus Pengurai Kerumunan (Raika) Makassar bahkan menyampaikan surat teguran kepada pengelola mal yang mengabaikan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 menjelang Lebaran.
"Surat teguran keras hari ini disampaikan kepada seluruh pengelola mal. Dari laporan pantauan tim di lapangan, pengelola mal abai menerapkan protokol kesehatan karena membeludaknya orang," kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Makassar Iman Hud pada Minggu (2/5) seperti dikutip dari Antara.
Selain mal, menurut dia, tempat belanja di Pasar Butung, Pasar Sentral, dan Pasar Senggol di Makassar juga padat pengunjung menjelang Lebaran. Kerumunan di pasar menjelang Lebaran, termasuk di Tanah Abang, menimbulkan kekhawatiran klaster baru Covid-19.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat sebanyak 2.297.696 orang ditegur di pasar lantaran tidak mematuhi protokol kesehatan pada 5-11 April 2021. Jumlah itu menjadi yang terbanyak dari lokasi kerumunan lainnya.
Geliat peningkatan konsumsi sebenarnya sudah terlihat menjelang Ramadan. Hasil riset Mandiri Institute menunjukkan, terjadi perbaikan belanja masyarakat pada awal kuartal II 2021 seiring kenaikan mobilitas masyarakat menjelang Ramadan dan Lebaran.
Kondisi tersebut, menurut Mandiri Institute, terkonfirmasi oleh peningkatan belanja yang cukup tinggi pada awal April untuk beberapa kelompok belanja utama seperti supermarket, restoran, dan fesyen. Belanja kebutuhan di supermarket relatif stabil sepanjang kuartal I 2021 dan semakin meningkat menjelang Ramadan pada awal kuartal II. Demikian pula pada belanja restoran.
Belanja fesyen yang mengalami tekanan hampir sepanjang tahun lalu juga mulai menunjukkan perbaikan pada akhir kuartal pertama tahun ini. Kenaikan terus berlanjut pada awal kuartal kedua dan untuk pertama kalinya berada di atas level sebelum pandemi.
Perbaikan tersebut kemungkinan didorong oleh meningkatnya aktivitas bekerja di kantor yang mendorong kenaikan permintaan pakaian dan produk fesyen lain, seperti sepatu dan tas. Kenaikan belanja produk ini terutama berasal dari belanja kelompok masyarakat dengan penghasilan tinggi.
Selama Pandemi, konsumsi kelompok masyarakat berpenghasilan menengah atas mencatatkan penurunan paling dalam. Padahal, kelompok masyarakat ini menyumbang lebih dari separuh konsumsi domestik. Mandiri Institute menilai, pengendalian Covid-19 dan distribusi vaksin yang cepat menjadi kunci untuk mengembalikan keyakinan masyarakat, terutama kelompok menengah atas.
Mengejar Pertumbuhan 7%
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi bukan hal yang mustahil jika melihat perbaikan konsumsi yang terjadi menjelang Lebaran.
"Hitungan kami sejak awal tahun memang secara teknikal, ekonomi pada kuartal II dapat tumbuh 7%," kata dia.
Pertumbuhan ekonomi yang melonjak ini tak lepas dari pengaruh tahun dasar perhitungan pertumbuhan yakni pada kuartal II 2020 yang terkontraksi 5,32%. Namun, Andry memberikan catatan, yakni pertumbuhan tersebut dapat tercapai sepanjang tak terjadi gelombang kedua Covid-19.
Pemerintah menaruh harapan besar pada kuartal kedua tahun ini untuk pulih dari Pandemi Covid-19. Presiden Joko Widodo bahkan menargetkan pertumbuhan ekonomi pada dapat mencapai 7% secara tahunan.
Menurut dia, periode April-Juni sangat menentukan nasib pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Pemerintah berharap mampu mencapai pertumbuhan 4,5-5,5% pada tahun ini.
"Kalau pertumbuhan 7% pada kuartal II tercapai, kuartal berikutnya akan lebih mudah," katanya.
Jokowi optimistis target tersebut dapat tercapai karena sejumlah data ekonomi yang menunjukkan perbaikan. Purchasing Managers Index pada Maret 2021 berada di angka 53,2 atau naik dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 51. Konsumsi listrik juga meningkat 3,3%, sedangkan keyakinan konsumen membaik meski masih ada di level pesimistis.
Selain itu, impor barang modal pada Maret 2021 juga tumbuh 33,7%. Kenaikan impor dimaknai Jokowi sebagai peningkatan aktivitas produksi.
Sri Mulyani juga melihat ada perbaikan tingkat konsumsi yang signifikan pada kuartal kedua tahun ini sehingga mampu membawa ekonomi kembali ke zona positif. Salah satunya terlihat dari penjualan kendaraan bermotor yang meningkat tajam pada Maret 2021.
Kenaikan penjualan tersebut dipengaruhi oleh insentif pembebasan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang diberikan pemerintah pada awal Maret lalu. Penjualan mobil pada Maret 2021 tumbuh 10,5% dibanding Maret 2020 dan 72,6% dibanding Februari 2021.
Selain itu, konsumsi masyarakat akan didorong oleh aktivitas Lebaran yang berpotensi lebih baik dibanding tahun lalu. Peningkatan aktivitas ini tak lepas dari terkendalinya jumlah kasus dan telah berjalannya vaksinasi.
"Ada juga faktor technical rebound dari kontraksi ekonomi tahun lalu," katanya.
Ia berharap masyarakat tetap menyambut Lebaran secara gembira, antara lain dengan membeli baju baru dan membagikan bingkisan kepada sanak saudara.
"Ada bagusnya Lebaran kita tetap menggunakan baju baru sehingga muncul aktivitas ekonomi," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita Edisi April 2021, pada pekan ketiga April.
Untuk itu, menurut dia, pemerintah akan berupaya mendukung daya beli masyarakat. Hal ini dilakukan melalui pembayaran THR dan gaji ke-13 PNS, percepatan belanja sosial, hingga subsidi ongkir Hari Belanja Online Nasinal (Harbolnas) menjelang Lebaran.
"Harbolnas ini tujuannya agar meski tidak bertemu, Anda tetap dapat mengirimkan bingkisan kepada orang-orang yang disayangi. Dengan teknologi digital yang ada saat ini, ini memungkinkan," katanya.
Sri Mulyani akan menggelontorkan Rp 30,6 triliun untuk pembayaran THR pada H-10 Lebaran atau pekan pertama Mei. Sementara gaji ke-13 yang biasanya dibayarkan pada Juli, akan dibayarkan pada Juni. Besarannya biasanya tak berbeda jauh dengan THR.
Pemerintah memperkirakan total THR yang akan dibayarkan pemerintah dan swasta mencapai Rp 150 triliun. Perputaran uang dari perkirakaan THR tersebut dapat menyumbang 1% perekonomian domestik.
Meski saat ini kasus Covid-19 di Indonesia terkendali, ia mengingatkan agar masyarakat tetap waspada agar kejadian yang saat ini berlangsung di India tak menimpa Indonesia. India saat ini mencatatkan rata-rata kasus harian melampaui 300 ribu kasus.
"Kalau sampai terjadi seperti di India, pasti aktivitas terpaksa dibatasi. Jika kasus harian mencapai 300 ribu, tidak ada pilian lain karena ini pasti menimbulkan drama kemanusiaan," kata dia.