- Indonesia belum keluar dari resesi ekonomi pada kuartal I 2021.
- Hanya ekonomi Vietnam dan Singapura yang berhasil tumbuh positif pada awal tahun ini.
- Ekonomi Indonesia akan tumbuh di bawah Malaysia, Vietnam, dan Filipina hingga 2022.
Tiga bulan pertama 2021, ekonomi Indonesia belum berhasil keluar dari resesi. Badan Pusat Statistik mencatat ekonomi domestik masih minus 0,74% akibat pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
Indonesia bukan satu-satunya negara di ASEAN yang masih terjebak di jurang resesi. Malaysia pada kuartal pertama tahun ini juga diprediksi masih akan terkontraksi.
Para ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan ekonomi negeri jiran ini minus 1,9% pada Januari-Maret 2021, tetapi lebih baik dari kuartal keempat tahun lalu yang minus 3,4%.
Ekonomi Malaysia ditopang oleh pertumbuhan yang kuat di sektor manufaktur dan produksi minyak berkelanjutan. Namun, Ekonom Capital Economics untuk Asia Alex Holmes mengatakan, karantina yang kembali diberlakukan selama kuartal pertama akan menahan konsumsi masyarakat.
"Prospek telah memburuk lagi dalam beberapa pekan terakhir, dengan rebound dalam kasus-kasus yang mengarah pada penerapan kembali pembatasan," kata Holmes dalam risetnya, dikutip dari Reuters.
Pengiriman melonjak 31% secara tahunan pada Maret, bulan ketujuh kenaikan berturut-turut seiring meningkatnya ekspor Malaysia. Namun, pemerintah Malaysia pada pekan lalu memberlakukan pembatasan pergerakan di Kuala Lumpur dan sebagian besar negara bagian di sekitar Selangor untuk menahan lonjakan baru kasus Covid-19.
Lonjakan kasus Covid-19 juga masih menekan perekonomian Thailand. Bank Sentral Thailand memprediksi ekonomi negara yang bergantung pada pariwisata ini masih akan minus pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan tiga bulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu.
Thailand berhasil menekan penyebaran Covid-19 pada pertengahan tahun lalu. Namun, lonjakan kasus baru kembali terjadi pada Desember dan memperlambat aktivitas ekonomi.
Meski demikian, negara ekonomi terbesar kedua di ASEAN ini tengah berencana menghapus kewajiban karantina bagi pengunjung yang telah divaksinasi ke Bangkok dan tujuan wisata utama lainnya mulai Oktober untuk menghidupkan kembali pariwisatanya. Thailand menargetkan ekonominya dapat tumbuh
Nasib ekonomi Filipina tak berbeda jauh. Negara yang dipimpin oleh Rodrigo Duterte ini belum akan keluar dari resesi ekonomi. Mengutip Business World, Ekonom Senior ING Bank N.V, Manila bahkan memperkirakan ekonomi terkontraksi 3,5% pada kuartal pertama tahun ini, memburuk dari kuartal keempat tahun lalu yang minus 0,7%.
Anjloknya perekonomian Filipina pada tiga bulan pertama tahun ini seiring lonjakan kasus Covid-19 yang masih terjadi. Filipina menjadi pusat pertambahan kasus positif virus corona di Asia Tenggara selama 28 April 2021-4 Mei 2021, terlihat dalam databoks di bawah ini.
Ekonomi Filipina jatuh hingga 9,5% pada tahun lalu akibat pembatasan yang ketat. Pemerintahan Duterte menargetkan ekonomi dapat tumbuh 7,5% hingga 8,5% pada tahun ini.
Di antara negara besar ASEAN, hanya Singapura dan Vietnam yang berhasil tumbuh positif mengawali tahun ini. Ekonomi Singapura tumbuh 0,2%, pertumbuhan positif pertama sejak pandemi merebak.
Pemerintah Singapura mencatat, ekonomi secara kuartalan tumbuh 2%. Negara ini berhasil mengendalikan penyebaran lokal dan mempercepat vaksinasi. Kini, ekonomi Singapura berada dalam jalur pemulihan setelah resesi terburuk pada tahun lalu.
Otoritas Moneter Singapura (MAS) pun lebih optimistis dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Bank sentral memperkirakan ekonomi Singapura akan melebihi batas atas proyeksi pertumbuhan pemerintah sebesar 4% hingga 6% kecuali ada kemunduran pada pemulihan ekonomi global.
Sementara itu, Vietnam yang tak mengalami kontraksi ekonomi pada tahun lalu tumbuh 4,48% pada kuartal I tahun ini. Ekonomi Vietnam ditopang oleh ekspor yang tumbuh 22%.
Vietnam berhasil lolos dari resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19 pada tahun lalu karena berhasil menekan penularan Covid-19. Hingga Senin (10/5), negara ini hanya memiliki 3.332 kasus dengan kematian sebanyak 35 orang. Adapun 2.602 orang telah sembuh sehingga kasus aktif hanya tersisa 695 orang.
Tumbuh Paling Rendah di ASEAN
Meski masih terkontraksi, pemerintah menilai kinerja ekonomi kuartal pertama tahun ini mengindikasikan tren pemulihan ekonomi yang solid. Ekonomi akan kembali ke zona positif dan tumbuh melesat antara 6,9% hingga 7,8% pada kuartal kedua tahun ini.
Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto menjelaskan perkiraan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini cukup tinggi karena basis pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 sangat rendah, yakni minus 5,32%. Selain itu, konsumsi rumah tangga yang menjadi komponen utama pertumbuhan ekonomi mulai pulih.
"Konsumsi pemerintah juga akan berperan," kata Airlangga pekan lalu.
Pemerintah masih optimistis ekonomi mampu tumbuh dalam kisaran target 4,5% hingga 5,5%. Namun, sejumlah lembaga internasional memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini meski mengerek ramalan ekonomi global. Salah satunya datang dari Dana Moneter Internasional atau IMF.
IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dari 4,8% menjadi 4,3% akibat jumlah kasus Covid-19 yang masih tinggi. Proyeksi pertumbuhan ekonomi ini berada di bawah Malaysia, Vietnam, dan Filipina.
Dalam laporan World Economic Outlook Managing Divergent Recoveries yang dirilis bulan lalu, lembaga tersebut meramal pertumbuhan ekonomi ketiga negara tersebut berada di atas 6% pada tahun ini. Ekonomi Malaysia dan Vietnam masing-masing tumbuh 6,5%, sedangkan Filipina tumbuh 6,9%.
IMF bahkan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bawah ketiga negara tersebut hingga tahun depan. Pada 2022, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5,8%, sedangkan Malaysia tumbuh 6%, Vietnam 7,2%, dan Filipina 6,5%.
Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia akan disalip pada tahun ini dan tahun depan. Ekonomi Indonesia kemungkinan masih akan menjadi yang terbesar di ASEAN. Ini karena selisih PDB yang cukup besar antara Indonesia dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti terlihat pada grafik.
Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein mengatakan perbaikan ekonomi Indonesia pada tahun ini masih akan menghadapi risiko. Ancaman ke depan adalah pemulihan global yang terhambat karena mutasi Covid-19, laju vaksinasi tak merata di dunia, dan pengetatan keuangan di beberapa negara. Wicklein menyebut hambatan dari dalam negeri bisa muncul apabila terjadi lonjakan kasus virus corona selama Ramadan, keterlambatan vaksinasi, dan melemahnya pendapatan pemerintah.
ADB merekomendasikan Indonesia memobilisasi sumber daya domestik dan memastikan pembangunan ekonomi ramah lingkungan. Kekhawatiran mengenai utang yang berlebihan dapat diatasi dengan reformasi fiskal, seperti peningkatakan administrasi dan kepatuhan pajak.
Bank Pembangunan Asia atau ADB juga memangkas perkiraan ekonomi Indonesia dari 5,3% menjadi 4,5%. Pertumbuhan Indonesia baru akan mencapai 5% atau kembali seperti sebelum pandemi Covid-19 pada 2022.