"IMF memberikan standar aman untuk rasio utang di kisaran 25% hingga 30% terhadap PDB, tetapi tidak ada negara yang rasio utangnya berada di kisaran itu," ujar Luky kepada Katadata.co.id, Kamis (24/6).

Rasio utang Indonesia pada tahun lalu yang mencapai 39,39% bahkan berada di bawah negara-negara sesama Asia maupun G20. Rasio utang Filipina mencapai 47,07%, Thailand 49,64%, Tiongkok 66,83%, Jepang 256,22%, dan Amerika Serikat 127,11%.

Berdasarkan data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, rasio utang pemerintah pada 2019 dan 2020 bahkan berada di posisi tiga terendah di antara negara-negara G20. Rasio utang Indonesia hanya berada di bawah rusia yang mencapai 18,94% terhadap PDB dan Arab Saudi 33,42% terhadap PDB pada tahun lalu. Sementara negara lainnya seperti India memiliki rasio utang 89,33% terhadap PDB, Afrika Selatan 78,82% terhadap PDB, Brazil mencapai 108,03%.

Bersambung ke halaman berikut: Strategi Pemerintah Agar Tak Gagal Bayar

Strategi Pemerintah Agar Tak Gagal Bayar

Luky memastikan pemerintah tetap akan konsisten menjaga rasio utang terhadap PDB di bawah 60% sesuai aturan perundang-undangan.  Selain itu, pemerintah juga berupaya menekan biaya utang. Kedua hal tersebut dilakukan dengan mererapkan sejumlah kebijakan. 

Pertama, membagi beban atau burden sharing dengan Bank Indonesia untuk membiayai penanganan pandemi. Bank Setral ikut menanggung biaya bunga utang. Kedua, kebijakan konversi pinjaman luar negeri, yang mengubah pinjaman dalam US Dolar dan suku bunga mengambang (basis LIBOR) menjadi pinjaman dalam Euro dan Yen dengan suku bunga tetap mendekati 0%, sehingga mengurangi risiko dan beban bunga kedepan.

Ketiga, mengelola pembiayaan dengan berupaya menurunkan yield. Pemerintah berhasil menekan yield SBN mencapai 17% pada tahun lalu atau sekitar 250bps menjadi 5,85%padaakhir tahun. 

"Dengan berbagai respon kebijakan tersebut, ekonomi Indonesia di 2020 cenderung tumbuh relatif cukup baik dibanding negara lain," ujarnya.

Lembaga pemeringkat kredit internasional, menurut dia,  juga mengapresiasi pengelolaan ekonomi dan pembiayaan Indonesia selama ini dengan mempertahankan peringkat Indonesi. Di masa pandemi ini, lembaga rating memangkas peringkat utang sebagian besar  atau 12  negaral. Selain itu, terdapat negara-negara yang sudah meminta pengampunan utang melalui skema Paris Club.

Meski demikian, ia menekankan pemerintah sepakat untuk terus waspada dan mengajak semua pihak bekerja sama dalam mendukung pengelolaan pembiayaan negara. Ia juga memastikan pemerintah mengelola pembiayaan secara hati-hati, kredibel, dan terukur, termasuk dalam beberapa tahun terakhir ini. 

"Ketika terjadi perlambatan ekonomi global, APBN berfungsi sebagai instrumen kebijakan countercyclical dengan pembiayaan sebagai alat untuk menjaga ekonomi," ujarnya.

Namun ke depan, menurut dia, pemerintah akan meningkatkan upaya reformasi perpajakan untuk mengoptimalisasi pendapatan negara. Optimalisasi pendapatan negara menjadi salah satu langkah pemerintah untuk mendukung konsolidasi fiskal. Pemerintah menargetkan dapat mengembalikan defisit negara di bawah 3% pada 2023. 

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai utang pemerintah masih aman meski meningkat akibat pandemi Covid-19. Hal ini, menurut dia, antara lain karena utang pemerintah masih didominasi oleh penerbitan Surat Berharga Negara yang sebagian besar berdenominasi rupiah. Selain itu, rasio utang pemerintah per April 2021 yang mencapai 41,2% terhadap PDB, cenderung dapat dikelola dan lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi utang terhadap PDB dari negara lain. 

Meski demikian, menurut dia, pemerintah harus mulai harus merumuskan konsolidasi fiskal untuk mendorong pengelolaan fiskal yang lebih sehat dan berkelanjutan. Josua mengatakan, hal tersebut dapat dilakukan, antara lain dengan mereformasi perpajakan dalam rangka mendukung optimalisasi penerimaan dan meningkatkan tax ratio terhadap PDB yang  masih rendah.

"Pemerintah perlu terus berinovasi untuk menggali potensi pajak dengan perluasan basis pajak," ujarnya. 

Selain itu, menurut Josua, pemerintah juga harus meningkatkan produktivitas belanja sehingga  mampu mendukung pemulihan ekonomi.  "Dengan kebijakan konsolidasi fiskal tersebut diharapkan ruang fiskal akan semakin lebar dan akan mendukung kesinambungan perekonomian," katanya. 

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement