• Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 mencapai 5,31%, tertinggi sejak era Presiden Joko Widodo.
  • Ekonomi pada tiga bulan terakhir 2022 melambat dibandingkan kuartal ketiga 2022. 
  • Berkah harga komoditas yang menopang ekonomi tahun lalu diperkirakan melemah tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu sesuai target pemerintah mencapai 5,3%, tertinggi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Kinerja ini tak lepas dari membaiknya konsumsi masyarakat hingga berkah ledakan harga komoditas yang mendorong ekspor tumbuh kuat. Namun, daya dorong harga komoditas mulai melemah sejak tiga bulan terakhir tahun lalu. 

 "Pertumbuhan tahun lalu merupakan yang tertinggi sejak 2013 yang tumbuh 5,56%. Nilai PDB juga sudah lebih tinggi dari sebelum pandemi 2019 sebesar Rp 15.830 triliun," kata Kepala BPS Margo Yuwoni dalam konferensi pers, Senin (6/2).

Berdasarkan komponen pengeluaran, separuh dari perekonomian tahun lalu berasal dari konsumsi rumah tangga. Komponen ini berhasil tumbuh 4,93% seiring aktivitas dunia usaha yang meningkat karena mobilitas masyarakat semakin pulih. Konsumsi rumah tangga juga solid seiring pendapatan masyarakat meningkat. Hal ini kemudian memicu konsumsi yang lebih luas kepada kebutuhan-kebutuhan tersier seperti transportasi, komunikasi serta restoran dan hotel.

Selain konsumsi, hampir 30% dari perkeonomian tahun lalu disumbangkan aktivitas investasi. Komponen ini tumbuh 3,87% , menguat dibandingkan pertumbuhan dua tahun sebelumnya. Kinerja ini ditopang meningkatnya investasi barang modal terutama jenis kendaraan dan mesin.

Belanja investasi modal pemerintah juga meningkat dibandingkan 2021, baik pusat maupun daerah. Ini utamanya untuk investasi mesin dan peralatan serta jalan, irigasi dan jaringan.

Kinerja ekspor yang cemerlang tahun lalu berkat harga komoditas juga menjadi salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi tahun lalu. Komponen ini tumbuh 16,3%, masih cukup kuat sekalipun melambat dibandingkan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekspor pada tahun lalu bahkan menyumbang 3,6% terhadap pertumbuhan 5,31% tahun lalu. Namun jika menghitung impor sebagai pengurang atau net ekspor, sumbangannya hanya 0,81%.

"Windfall ekspor berlanjut pada kuartal IV meskipun cenderung melemah akibat beberapa harga komoditas unggulan yang menurun, terutama minyak kelapa sawit," kata Margo.

Doi sisi lain, ekspor jasa meningkat signifikan didorong lonjakan pada jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Salah satu faktornya karena kemudahan kebijakan keimigrasian khusus wisata sehingga mendorong pertumbuhan ekspor jasa yang mencapai 56% tahun lalu.

Dari sisi sektoral, semua lapangan usaha berhasil tumbuh positif tahun lalu. Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor transportasi sebesar 19,9%, akomodasi dan makan mimun 12% dan sektor jasa lainnya 9,5%. Beberapa sektor utama seperti Industri berhasil tumbuh 4,9% serta perdagangan sebesar 5,5%.

Akhir Berkah Harga Komoditas

Salah satu catatan yang diberikan BPS kepada pemerintah dari kinerja perekonomian tahun lalu adalah tren penurunan harga komoditas. Margo mengingatkan agar pemerintah mewaspadai penurunan harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global pada tahun ini, salah satunya CPO. 

"Hal ini mengingat ekspor memberi andil besar kepada pertumbuhan ekonomi di tahun 2022," ujar Margo. 

Meski pemerintah sempat mengeluarkan larangan ekspor CPO pada tahun lalu, kinerjanya secara nilai tetap meningkat 3,7% dibandingkan 2021 meski menurun secara volume. Kontrobusi ekspor CPO mencapai US$ 27,76 miliar atau 9,5% dari total ekspor US$ 291,98 miliar. 

Nilai ekspor CPO meningkat karena tren rata-rata harga yang tinggi pada tahun lalu. Namun, harga CPO mengalami tren penurunan sejak November 2022, seperti tergambar dalam databoks di bawah ini. 

Tren penurunan harga juga terjadi pada komoditas batu bara yang juga merupakan unggulan Indonesia. Padahal, ekspor batu bara berkontribusi 16% dari total ekspor tahun lalu mencapai US$ 46,74 miliar. Ini tak lepas dari nilai ekspor batu bara yang melonjak hampir dua kali lipat pada tahun lalu dibandingkan 2021 sebesar US$ 26,53 miliar.

Hanya dalam dua pekan terakhir, harga batu bara bahkan telah anjlok hampir 30% seperti terlihat dalam databoks di bawah ini. 

Meski demikian, pemerintah masih optimistis melihat kinerja ekspor tahun ini. Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor nonmigas pada tahun ini naik menjadi US$ 289,76 miliar, dibandingkan 2021 sebesar US$ 275,96 miliar. 

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, salah satu langkah yang akan dilakukan pemerintah untuk menggenjot ekspor pada tahun ini adalah dengan memperluas pasar. Ia mengatakan, akan ada kerja sama di bidang farmasi, teknologi, manufaktur, dan pendidikan ke depan.

Masih Ada Harapan

Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto melihat harga komoditas yang melandai pada tahun ini memang akan menjadi salah satu risiko perekonomian pada 2023. Meski melandai, ia melihat harga komoditas masih akan lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. 

"Kalau kami lihat, hingga enam bulan ke depan, harga komoditas kemungkinan belum normal seperti sebelum pandemi Covid-19. Supply and damand masih shortage, termasuk harga gas, tidak ada pengganti energi yang bisa menggantikan secara cepat," ujarnya. 

Ia mengatakan kondisi geopolitik saat ini belum memungkinkan Rusia kembali memasok gas ke Eropa. Kondisi ini menguntungkan bagi Indonesia. "Kami optimistis harga komoditas masih akan membantu meski tidak setinggi tahun lalu," ujarnya. 

Airlangga memastikan pemerintah masih menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 5,3% atau sama dengan tahun lalu meski mewaspadai kondisi ekonomi global yang lebih suram. Sejumlah langkah disiapkan untuk menopang perekonomian. Salah satunya menjaga daya beli masyarakat yang menjadi penopang utama perekonomian Indonesia. 

Menurut Airlangga, konsumsi rumah tangga yang pada tahun lalu menyumbang 51% perekonomian domestik akan menjadi salah satu andalan pemerintah mendorong ekonomi. Ini karena aktivitas masyarakat yang semakin pulih setelah pemerintah mencabut status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), 

"Beberapa hal yang akan dilakukan pemerintah adalah menjaga daya beli masyarakat, antara lain dengan memerangi inflasi dengan memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi," ujarnya. 

Pemerintah juga akan mengoptimalisasi program perlindungan sosial, seperti Program Keluarga Harapan atau PKH, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Sembako, dan Kartu Prakerja.

Airlangga memastikan, pemerintah juga akan memperkuat pasar domestik dengan mendorong penggunaan produk dalam negeri, memperkuat UMKM, memperkuat rantai pasok industri dalam negeri, mendorong tingkat kandungan dakam negeri, hingga memperluas Kredit Usaha Rakyat (KUR). 

"Pemerintah juga akan mendorong ekspor dengan kebijakan diversifikasi pasar tradisional dan nontradisional. Pemerintah saat ini telah membentuk task force untuk membuka pasar lebih luas," kata dia. 

Selain itu, menurut Airlangga, transformasi ekonomi juga akan dilanjutkan, antara lain dengan mendorong investasi, produktivitas SDM, dan membuat kegiatan yang penyerapan tenaga kerjanya tinggi. "Kami terutama akan mendorong implementasi Perppu Cipta Kerja," katanya. 

Pemerintah juga memperdalam sektor usaha dengan penerapan Undang-undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK). "UU ini , antara lain akan mendorong kebijakan DHE. Pemerintah sedang merevisi PP Nomor 1 Tahun 2019 dengan memperluas komoditas yang wajib menempatkan DHE, terutama industri hilirisasi manufaktur hasil SDA," katanya. 

Pemerintah juga akan mendorong hilirisasi dengan mengurangi ekspor barang mentah, membangun  industri logam dan mineral, mendorong ekosistem kendaraan listrik, hingga mengembangkan kawasan ekonomi khusus. 

"Dengan semua itu, pemerintah menargetkan ekonomi tumbuh 5,3%, Target ini juga didukung berbagai lembaga internasional yang memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2023 paling tidak tumbuh 5%," ujarnya. 

 

Adapun IMF dan Bank Dunia dalam perkirakaan terbarunya meramal ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,8% pada tahun ini. 

Di sisi lain, lembaga dan ekonom di dalam negeri memberikan ramalan yang lebih optimistis. Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini akan tumbuh di titik tengah perkiraan ekonomi 2023 sebesar 4,9%, tetapi berpotensi tumbuh lebih tinggi mencapai 5% jika konsumsi lebih baik daripada yang diharapkan.

Bank Danamon memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini masih mampu tumbuh 5,3%, sedangkan Bank Mandiri memperkirakan ekonomi tahun ini hanya tumbuh 5,04%. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rahman menjelaskan, ketidakpastian ekonomi global masih membayangi tahun ini meski ada tanda-tanda mereda. Ia melihat penopang perekonomian tahun ini akan bergeser yang pada tahun lalu berasal dari eksternal kembali ke domestik. 

"Konsumsi rumah tangga akan ditopang oleh inflasi yang terkendali dan pencabutan status PPKM yang selanjutnya dapat meningkatkan mobilitas dan permintaan masyarakat," ujarnya. 

Reporter: Abdul Azis Said

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami