• Langkah perempuan dalam menapak posisi kepemimpinan di industri keuangan masih menghadapi banyak hambatan.
  • Kementerian PPPA menyebut dari 543 kursi direksi sektor perbankan yang beroperasi di Indonesia, hanya 19% yang diisi oleh perempuan.
  • Di industri fintech, hanya 9,3% perusahaan yang proporsi keterwakilan perempuan di jajaran direksinya separuh dari total direksi yang ada.
  • Peran ganda perempuan dalam keluarga dan pekerjaan, stigma sosial, kepercayaan diri, hingga kebijakan perusahaan berpengaruh pada rendahnya keterwakilan pemimpin perempuan di industri keuangan Indonesia.

Kurang lebih sudah lima setengah tahun Agustina Samara bergabung dengan perusahaan fintech dompet digital DANA. Posisinya sekarang adalah Chief of People & Corporate Strategy. Dia bertanggung jawab memimpin tim human relation dan mengambil kebijakan untuk program kesejahteraan karyawan. 

Perjalanan karier Agustina tidak ujug-ujug berada di atas. Dia merintis karier dari level junior sebagai customer service di salah satu bank multinasional pada 1997. Pengalamannya mendengarkan keluhan dan protes nasabah, serta bekerja di bawah tekanan waktu dan emosi menyadarkannya bahwa dia memiliki minat di bidang pengembangan karyawan.

Setelah hampir sepuluh tahun bergelut di dunia perbankan, dia memutuskan pindah ke industri ritel. Di perusahaan baru ini dia menangani human relation selama dua tahun. Agustina kemudian melepas kariernya sebagai karyawan dan beralih merintis usaha konsultan karier selama lima tahun. Pada 2018, dia memutuskan bergabung dengan DANA yang saat itu masih menjadi perusahaan rintisan.

Sampai sekarang, Agustina masih menunjukkan kecintaannya dalam mendengarkan dan melatih karyawannya. Tahun ini, dia mendapat penghargaan Best Human Capital leader untuk kategori economic review dari Indonesia Human Capital Award 2023. 

“Peran HRD itu penting sekali dalam kepemimpinan dalam menunjang membangun sumber daya manusia itu dengan pekerja yang baik,” kata Agustina kepada Katadata.co.id, pada 13 Oktober 2023 lalu.

Agustina merefleksikan perjalanan kariernya hingga kini. Pada awal berkarier, mayoritas perusahaan di Indonesia banyak yang belum ramah untuk karyawan perempuan. “Kesenjangan gender masih sangat tinggi,” tuturnya. 

Perempuan, kata dia, susah membuktikan diri dan mendapat respek di lingkungan kerja, meskipun memiliki kinerja dan pengetahuan. Dia mengingat bagaimana reaksi orang-orang sekitarnya ketika mampu berbicara di depan ratusan orang.

“Wah Tina ternyata kamu bisa juga ya,” kata Agustina menirukan reaksi koleganya pada saat itu.

Seiring berkembangnya teknologi, keterbukaan informasi, dan gerakan feminisme, kini lebih banyak perempuan mulai masuk ke berbagai sektor industri termasuk sektor finansial. Kesetaraan gender banyak digaungkan. Perubahan ini juga terlihat pada perbedaan komposisi perempuan sebagai pemimpin perusahaan.

Di DANA proporsi karyawan perempuan sebesar 30% dari total karyawan. Sementara di komite direksi proporsi laki-laki dan perempuan seimbang. Meski begitu, Agustina menyebut masih banyak tantangan bagi perempuan bisa berkiprah di dunia finansial, termasuk untuk mengembangkan jenjang karier mereka. 

Top barriers perempuan untuk naik jenjang karier itu karena dilema antara prioritas kerja atau family responsibility?” kata Agustina. 

Ketika jenjang karier naik, seringkali muncul persoalan domestik karena kehilangan waktu untuk fokus ke anak. “Mana dulu yang mau diambil, aggressive career atau jaga anak? Sementara pria cenderung punya kebebasan lebih banyak dalam hal jenjang kariernya,” ujarnya.

Ini terlihat dari sensus kepemimpinan eksekutif perempuan di 200 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sensus tersebut menunjukkan pada 2019-2021, rata-rata representasi perempuan di level eksekutif hanya berkisar 15%.

Di industri perbankan dan fintech tanah air, Deputi Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Lenny Rosalin menyebut, dari 543 kursi direksi seluruh bank yang beroperasi di Indonesia, hanya 19% yang diisi oleh perempuan. Di level eksekutif, dari sekitar 600 orang hanya 15% yang perempuan.

Padahal menurut Lenny, keterwakilan perempuan di jajaran direksi sering diasosiasikan dengan daya kelenturan keuangan dan stabilitas perusahaan yang tinggi.

“Beragam studi menunjukkan perusahaan dengan jumlah perempuan yang signifikan di posisi senior memiliki kinerja yang baik, bertanggung jawab secara sosial, serta menyediakan pengalaman yang lebih aman dan berkualitas bagi konsumen,” kata Lenny dalam dialog publik “Langkah dan Aksi Pemimpin Perempuan di Sektor Keuangan” di Jakarta, 9 November 2023 lalu.

Di sektor fintech, Executive Director Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Aries Setiadi menyebutkan, keterwakilan pemimpin perempuan bisa meningkatkan profitabilitas perusahaan dan menjawab inovasi teknologi yang dibutuhkan konsumen perempuan. 

Menurut data yang dihimpun AFTECH, hanya 9,3% perusahaan fintech di Indonesia yang proporsi perempuan di jajaran direksinya lebih dari separuh. Sedangkan untuk posisi CEO, hanya 16% fintech di Indonesia yang posisinya diduduki perempuan.

“Angka ini sejalan dengan tantangan di industri perbankan Indonesia maupun secara umum yang ada di bawah 20%,” kata Aries di acara yang sama.

Halaman:
Reporter: Reza Pahlevi

Dalam rangka meningkatkan kesadaran publik, Katadata.co.id bersama Koalisi Inklusi Keuangan Digital Perempuan (IKDP), yang digagas oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Women's World Banking, menyajikan edisi khusus Inklusi Keuangan Perempuan. Setiap bulan, tulisan terkait isu tersebut kami sajikan dalam bentuk artikel panjang dan mendalam.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement