Grup Bakrie Masuk Bisnis Otomotif lewat Bus Listrik

Ameidyo Daud Nasution
1 September 2019, 10:00
Wawancara Dino A Ryandi, Direktur Utama Bakrie Autoparts
KATADATA/JOSHUA SIRINGO RINGO

Bagaimana ceritanya mulai berminat masuk ke transportasi publik?
Awalnya, kami roadshow ke Jawa Tengah bertemu Pak Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng). Dia menyambut baik, karena kebetulan di Jateng ada bus Trans Semarang. Setelahnya, Pak Ganjar menganjurkan kerja sama dengan Universitas Diponegoro (Undip) untuk mencari tahu di koridor mana bus listrik yang paling tepat digunakan dan berapa volumenya. Masih studi dengan Undip.

Bagaimana masuk TransJakarta?
Pasar bus listrik yang terbesar masih di Jakarta, yakni TransJakarta. Pak Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta) punya cita-cita Jakarta jadi kota yang bersih. Beliau juga kerja sama dengan United Nations Environment Programme (UNEP) yang menjadi konsultan untuk Jakarta yang hijau. Salah satu konsep yang diminta UNEP adalah kendaraan publik dengan (tenaga) listrik. Dari situ, Pak Anies memasukkannya dalam program TransJakarta. Itu sebabnya proyek yang paling dekat dan harus direalisasikan adalah TransJakarta.

Jadi bus-bus TransJakarta akan diganti dengan bus listrik?
Iya, ada penambahan juga. Bukan saja rute baru tetapi rute yang melewati daerah paling padat. Contohnya, Koridor I (Blok M-Kota) itu padat maka polusi bisa dikurangi dengan bus listrik.

Bakrie sudah ada hitungan jumlah pengadaan?
Sekarang belum ada, untuk tahapan sampai kami dapat order itu ada langkahnya. Yang sudah dibuat dengan TransJakarta itu perjanjian untuk mengadakan uji coba. Ini untuk menentukan kelaikan penggunaan bus listrik yang kami punya dan bisa mencapai enam bulan.

Sejak kapan mulainya?
Sekarang trial jalur TransJakarta belum jalan karena bus kami masih low deck, yang (beroperasi) di jalur itu kan high deck. Sekarang masih diorder dan setelah datang sekitar September kami langsung buat body-nya dan dijalankan (uji coba) enam bulan. Bus CBU yang sudah ada juga dipakai TransJakarta untuk sosialisasi sekaligus mendapatkan data penggunaan bus.

Seperti apa skema kerja sama dengan TransJakarta?
TransJakarta punya trayek lalu mereka tender operator. Hitungannya, TransJakarta bayar dengan patokan rupiah per kilometer. Itu yang dilelang.

Kalau misalnya PPD bilang, "Oke, saya bisa Rp 20 ribu per kilometer." Jika bisa menawarkan harga paling murah, dapat mengoperasikan 400 bus. Berikutnya, misalnya Damri ikut tapi masuk dengan biaya Rp 20.500 per km, mereka mungkin (hanya) dapat 200 bus.

Bagaimana pola kerja samanya?
Polanya kami beli bus BYD, lalu bangun body lewat karoseri dan jual ke operator. Nanti operator menggunakannya untuk TransJakarta. Tiga komponen yang akan dibayar TransJakarta, pertama rupiah per kilometer termasuk investasi. Lalu, purnajual termasuk maintenance. Terakhir adalah komponen biaya listrik dibayar ke operator.

Bus listrik masuk September ini?
Jika busnya September datang, kami bangun dua bulan. Paling telat November sudah bisa mulai uji coba hingga enam bulan ke depan. Kami sudah dapat Surat Uji Tipe (SUT) bagi kendaraan kami. Lucunya, ada ambang batas minimum noise. Padahal, mobil listrik kan tidak berisik. Kami agak bingung, tapi kami kerja sama dengan BYD membuat noise simulator demi memenuhi batas suara 50 desibel.

Yang serius penjajakan baru TransJakarta?
TransJakarta karena dari segi infrastruktur dan aset paling siap. Tapi bukan berarti hanya mereka dan Pemprov DKI yang serius. Kementerian Perhubungan juga serius dan punya blueprint untuk meniru TransJakarta ke 20 kota lainnya, antara lain Medan, Palembang, Surabaya, Solo, dan Denpasar. Tapi yang lain belum kepegang juga karena tim kami masih kecil.

Bus Listrik Diujicoba untuk Transjakarta
Bus Listrik Diujicoba untuk Transjakarta (Instagram/Anies Baswedan)

Berapa investasi buat bus listrik TransJakarta?
TransJakarta itu lifecycle-nya sekitar 7 tahun. Angka initial investment-nya tinggi, dalam 7 tahun bisa terkejar karena operasional kami lebih murah. Biayanya bisa dua kali lipat dari kendaraan berbahan bakar solar tetapi dari segi pemeliharaan setengahnya.

Apalagi kalau kami bisa dapat listrik subsidi, bisa lebih murah lagi daripada solar. Perhitungan kami, listrik yang kami pakai masih Rp 1.600 per kilowatt hour (kwh). Sementara Pak Jonan (Menteri ESDM Ignasius Jonan) menjanjikan sekitar Rp 1.000 per kwh. Itu harga operasionalnya bisa lebih murah lagi. Itu makanya kalau pemerintah bertindak bisa membantu sekali.

Dengan kata lain, Perpres Kendaraan Listrik akan berpengaruh?
Di negara lain, yang namanya kendaraan listrik disubsidi dari pemerintah daerah hingga pusat. Kalau belum ada Perpres, kami tidak bisa harapkan itu. Kami diminta klien seperti TransJakarta, Damri, dan PPD agar hitungan harus sama. Kalau dengan solar harga per kilometer hanya Rp 20 ribu sedangkan jika pakai listrik harga dua kali lipat, siapa yang mau?

Kalau Perpres keluar dan ada insentif, apakah Bakrie akan garap mobil listrik juga?
Kalau anda bertemu saya lagi 5 tahun mendatang, jawabannya masih sama, belum. Pengalaman di ATPM, waktu terperas paling besar bukan membangun atau impor mobil atau mengurus regulasi. Yang paling berat itu mengurus dealer.

Dampak infrastruktur tol ke bisnis bus besar?
Besar, ambil contoh bus kami yang namanya K9, itu kemampuan tempuhnya sekitar 270 km berdasarkan uji coba. Itu setara Jakarta sampai Cirebon. Memang saat ini konsentrasi kami masih di city bus karena rutenya lebih pasti. Mengisi baterainya ketika kembali malam (ke pool). Tapi kalau ada infrastruktur Jakarta-Surabaya tersambung maka potensi bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) terbuka sekali. Kami tinggal kerja sama dengan Pertamina sebagai mitra di rest area.

Dino A. Ryandi
Dino A. Ryandi (Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA)

Pasokan listrik aman?
Awalnya kami khawatir pasokan listrik makanya kami bertemu tim dari PLN. Ternyata setelah kami bicara ke PLN, mereka hanya meminta ditentukan titik (pengisian) saja. Lega juga kami. Kalau kami ingin punya 100 bus TransJakarta, butuh charger 30 unit. Satu charger dayanya 80 ribu watt. Besar kan.

Kalau mau AKAP, bagaimana pasokannya?
Kami tanya bagaimana jaringan (listrik) untuk Pantura. PLN bilang sudah kerja sama dengan Pertamina untuk itu. Jadi di mana ada SPBU Pertamina, PLN akan siapkan dengan charger.

Jadi sudah ada minat AKAP?
Kami sudah bicara dengan PO swasta. Ada yang tertarik untuk (mengoperasikan) rute Semarang-Yogyakarta. Rutenya sudah dihitung, satu kali perjalanan, top up (listrik), malamnya full charge.

Berapa lama lagi kita bisa lihat bus listrik dalam kota dan AKAP wira-wiri?
Kalau lihat animo dan antusiasme Kemenhub, Pemprov DKI Jakarta, dan pemda lain. Saya bisa lihat dalam 5 tahun, 40-50% pangsa pasar bus bisa elektrifikasi. Kami sudah siap untuk itu.

Berarti Bakrie optimistis masuk bisnis ini?
Kami optimistis, karena buat kami itu (kendaraan) listrik tidak terelakkan. Teknologi ini harus pandai-pandai kita rangkul untuk dijadikan manfaat. Jangan jadi pengguna dan penonton saja.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...