Pasca Covid-19, Politik Irasional Tak Akan Didukung

Image title
23 Mei 2020, 18:17
Sandiaga uno
Ilustrator Katadata/Betaria Sarulina
Sandiaga Uno

Komposisi pemilih tahun 2024 nanti, usia produktifnya cukup tinggi. Usia 15-64 tahun mencapai 68%. Bagaimana Anda melihat potensi pemilih milenial ini?

Yang akan menentukan pemimpin ke depan secara demografi adalah isu-isu yang dekat dengan top of mind kaum milenial, kategori usianya di bawah 35 tahun. Jumlah populasi mereka 50-54%. Mayoritas isu yang dekat dengan mereka adalah lapangan pekerjaan. Apalagi, di era "new normal" ini akan ada pergeseran pekerjaan yang tergantikan dengan Revolusi 4.0. Selain itu, ada pekerjaan yang timbul karena adanya industri baru sehingga memberikan peluang baru. Antara lain big economy, teknologi dan sebagainya.

Jadi ini satu rumpun utama yang akan menjadi pemikiran utama para milenial. Entrepreneurship ada di sini juga.

Kedua, biaya hidup yang sekarang mulai terasa. Walaupun ada yang bilang inflasi rendah. Tapi data-data yang saya kumpulkan ketika bertemu masyarakat di Bintaro, Bantargebang, semua mengeluhkan biaya hidup yang semakin tinggi. Biaya hidupnya itu bisa dibagi ke kebutuhan sehari-hari, sembako, gula, biaya sekolah, SPP, biaya kesehatan, BPJS dan sebagainya.

Dua isu utama ini menarik. Harga-harga dan lapangan kerja ini akan mendominasi. Menurut saya, kaum milenial ini mungkin disebutnya sebagai "Generasi Rebahan" atau "Generasi Mager". Tapi data yang saya terima 55% dari mereka ini ingin mandiri. Jadi isu yang nanti akan semakin terfokus ke depan adalah data-data mengenai ekonomi.

(Catatan: Dalam wawancara "Bicara Data Virtual Series" ini, Sandiaga juga menjawab beberapa pertanyaan dari penonton. Berikut ini pertanyaan dan jawabannya.) 

PP Nomor 23 Tahun 2020 tentang bantuan likuiditas pemerintah melalui bank besar ke bank kecil untuk restrukturisasi kredit UMKM. Padahal, kondisi bank saat ini juga sulit. Apakah Anda melihat pemerintah serius ingin membantu UMKM?

PP 23 ini mungkin maksudnya baik. Walaupun proses teknokrasinya terkesan penuh dnamika. Tapi saya melihat ada satu proses tawaran yang tak tersosialisasikan secara baik kepada perbankan dan sektor usaha secara umum.

Kita bicara soal bailout seperti saat menghadapi krisis tahun 1997-1998. Banyak sekali contoh negara lain. Saya melihat reaksi awal dari PP 23 ini cenderung sangat negatif. Mengutip dari temen-temen saya di sektor perbankan, mereka langsung telepon saya. Mereka bilang akan sangat sulit untuk diimplementasikan, terutama dalam keadaan sekarang. Jangankan mengemban ini (tugas sebagai bank jangkar/bank peserta) sekarang, untuk mengurus dirinya saja sekarang sudah berat. Menurut saya, PP ini harus didiskusikan lagi, dengan mengundang semua stakeholders. agar niat baik untuk menyelamatkan UMKM ini bisa dieksekusi secara baik.

Apa jenis perusahaan yang paling cepat bangkit dan bidang UMKM yang memiliki prospek pasca-Covid-19?

Menurut saya UMKM yang cepat beradaptasi dengan "new normal" yaitu cepat merangkul digitalisasi. Bukan hanya di situs jualan online, tapi semua aspek masuk ke dalam satu ekosistem digital sehingga UMKM akan survive di sektor-sektornya.

UMKM sektor konsumsi karena ekonomi kita ditopang oleh konsumi. Kalau dikerucutkan lagi, sektor pangan karena pangan  merupakan bagian ekonomi berbasis kebutuhan. Sektor-sektor ini yang akan cepat rebound. Karena itu, kita mengimbau pemerintah agar kebijakan ke depan bukan hanya untuk memberikan kelonggaran-kelonggaran berupa tagihan, bunga pajak dan sebagainya. Tapi ada bantuan yang saya sebut "Kapera", yaitu Kredit Pemulihan Ekonomi Rakyat.

Banyak UMKM saat ini yang setelah habis tabungannya maka membutuhkan modal kerja. Ini harus dilihat jumlahnya, apakah suku bunganya bersahabat dan bisa diakses secara cepat. Kalau kta mendorong ini maka UMKM akan tumbuh berkembang menjadi unicorn-unicorn baru yang berbasis "new normal".

Bagaimana Anda melihat peluang diversifikasi perdagangan dari Tiongkok ke negara lain pasca-Covid-19?

Kita harus melihat peluang ini dan jangan terpaku kepada satu arus perdagangan. Jangan hanya pada satu negara, entah itu Amerika atau Tiongkok. Kita harus cari mitra-mitra dagang yang membawa manfaat terbaik sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945. Pada masa awal Covid-19 ketika Wuhan lockdown, perdagangan sempat tersenda. Kita menjadi pontang-panting. Krisis seperti ini mengajarkan kepada kita untuk membangun kekuatan sendiri.

Misalnya industri pengolahan di Indramayu. Sebagai daerah penghasil pangan beras dan produk perikanan, nilai tambahnya masih sangat sedikit. Ini kesempatan untuk membangun ketahanan pangan karena satu protein satu karbo. Indramayu bisa jadi satu bagian dari new normal karena semula bukan menjadi bagian dari investasi.

Bagaimana tenaga kerja mempersiapkan diri agar terhindar dari problem kemiskinan yang meningkat akibat pandemi?

Ini pertanyaan yang berat dan sulit karena angka kami (prediksi jumlah orang miskin) 32,8 juta orang bisa meningkat menjadi 37 juta orang. Ini tantangan yang luar biasa. Saya merupakan produk PHK tahun 1997, dan memulai usaha karena keterpaksaaan. Usaha konsultan keuangan dan akhirnya ketemu dengan Pak Edwin (Edwin Soeryadjaya yang menjadi mitra Sandiaga mendirikan perusahaan investsi Saratoga Capital). Saat ini banyak yang kehlangan pekerjaan dan tidak memiliki penghasilan sehingga tidak bisa juga memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Di sinilah negara harus segera mengorkestrasi "the biggest bailout". Siapa yang di-bailout? People of Indonesia! Kalau tahun 2008 - 2009, perbankan dan korporasi (yang di-bailout), pada 1998 lebih banyak korporasi dan perbankan, maka tahun 2020 ini lebih banyak people  (yang di-bailout). Kita pastikan mereka mendapatkan skill-skill baru yang sesuai dengan new normal.

Walaupun Kartu Prakerja mengundang kontroversi luar biasa, ide dasarnya sudah benar untuk mendidik masyarakat melakukan pivot, transformasi untuk mempersiapkan new normal. Apalagi sektor kesehatan akan booming, terutama sektor preventif promotif yaitu pencegahan penyakit. Menurut saya skill-skill seperti ini yang diperlukan agar tenaga kerja tidak terperosok masuk ke jurang kategori prasejahtera.

Bagaimana peran pemimpin dalam menghadapi new normal dan karakter yang tepat untuk membawa bangsa ke arah lebih baik pasca-Covid-19?

Tanpa ingin mereferensikan pada pemimpin yang sekarang, menurut saya pertanyaan ini sangat relevan. Tapi lebih relevan lagi kalau ditanyakan tahun-tahun berikutnya, 2022 - 2024. Saya melihat pasca-Covid dalam 2 - 3 tahun sebelum vaksin ditemukan, bakal ada satu tatanan baru yakni pemimpin harus mengambil satu karakter yang jelas, yaitu leader must guide.

Leader bukan hanya memimpin, tapi membimbing. Jadi akan ada jalan berliku sehingga pemimpin harus mampu membawa kita melewati masa-masa sulit ini. Pemimpin menunjukkan ketajaman dan mampu menginsprasi, secara konstan tampil memberikan semangat, motivasi serta menjadi contoh kepada masyarakat agar tidak pesimistis menatap masa depan. Saya melihat peluang-peluang terbaik justru akan muncul setelah krisis.

Sudah terbukti krisis menghasilkan produsen-produsen yang luar biasa. Jadi, hari-hari terindah akan didapatkan setelah pandemi berlalu. Indonesia tidak kekurangan stok ide. Pemimpin yang sekarang di pemerintahan punya kesempatan untuk menunjukkan cont

Halaman:

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...