Semua Negara Berlomba Berinvestasi di Sektor Energi Terbarukan

Image title
8 Maret 2021, 15:34
Arifin Tasrif
Ilustrator: Joshua Siringo ringo | Katadata
Menteri ESDM Arifin Tasrif

Kami sudah mulai menyodorkan PLTS di atas waduk. Jadi kombinasi PLTS untuk siangnya dan PLTA untuk malamnya. Kami petakan, potensinya dua ribu megawatt. Hanya saja waduk ini kan jauh dan yang paling penting harus ada demand-nya supaya bisa menghasilkan skala yang ekonomis.

Terkait pembangkit tenaga angin, di mana saja daerah yang cocok dan bagaimana progres pengembangannya ?

Indonesia memiliki potensi sumber energi angin yang cukup banyak. Kita sudah punya potensi sumber energi angin dan sudah terpasang di daerah Sulawesi. Kalau di luar negeri, satu tiang hanya bisa menghasilkan satu MW, tapi di kita satu tiang itu bisa dipasang untuk menghasilkan tenaga angin sampai 10 MW. Tapi itu memang membutuhkan daerah dengan angin yang sangat besar. Kalau spot ini dikembangkan, maka industrinya juga makin berkembang karena baling - balingnya dari logam, logamnya dari mineral, dan mineralnya juga banyak dari Indonesia. 

Selain skala ekonomi, apakah faktor pengadaan komponen juga menjadi kendala ?

Kalau kita bicara mengenai industri produk energi terbarukan, saat ini sudah ada yang bisa menghasilkan panel. Tapi umumnya kita masih merakit. Jadi bagaimana ada industri skala besar yang masuk dan membawa teknologinya ke sini. Ini yang kami arahkan untuk bisa menumbuhkan industri kecil dan UMKM.

Dari sisi regulasi, peraturan apa saja yang akan disiapkan Kementerian ESDM untuk memacu pemanfaatan energi terbarukan ?

Kami dalam proses membuat rancangan Peraturan Presiden terhadap tarif untuk EBT. Di dalam rancangan itu ditentukan tarif listrik dari masing - masing jenis energi ini mulai dari skala, ukuran, sampai kapasitasnya.

Harapannya bisa memberikan daya tarik terhadap investor karena selama ini kita dianggap belum menarik karena terlalu mahal. Saya sampaikan juga bahwa dengan perkembangan teknologi yang baru ini, tarif (pembangkit listrik) tenaga surya itu sangat kompetitif. Cuma harus ada dukungan baterai yang masih mahal. Kalau kombinasi gabungan antara solar dengan fosil ini juga akan menurunkan cost, inilah rute yang harus kita kombinasikan agar cost, subsidi dan kompensasinya juga bisa turun.

Apakah ada regulasi lain untuk menarik investasi energi terbarukan ?

Kami berpikir tarif ini memang yang harus diselesaikan pertama kali. Selain itu masih ada kendala tanah untuk PLTS. Tapi karena pemanfaatannya digunakan untuk rakyat, maka tanahnya mungkin bisa tidak terlalu mahal. Kemudian kebijakan terkait sektor lain seperti impor komponen lebih murah sudah kita bahas dengan Kementerian Perindustrian. Lalu keringanan pajak mobil agar harganya lebih kompetitif dibandingkan dengan kendaraan lain.

Selain itu pemerintah dan DPR sedang menggodok Undang-Undang EBT. Kapan target selesainya ?

Proses penyusunannya banyak melibatkan banyak pemangku kepentingan dan ini adalah inisiatif DPR. Tentu saja akan mencakup semua faktor terkait dengan para stakeholder, karena prosesnya itu juga melalui proses focus group discussion dan masukan dari berbagai sektor. Tapi sepertinya targetnya bisa diselesaikan bulan Oktober 2021. Kalau saya lihat dari animo masyarakat, mereka sudah mulai concern dengan energi yang bersih. Jadi harapan saya, proses penyiapan dan penyelesaiannya itu bisa lebih mulus.

Tadi Anda telah menyinggung biomassa sebagai salah satu alternatif energi terbarukan. Bagaimana progres dan kelanjutan pengembangan biodiesel ke depannya ?

Tahun lalu B30 sudah bisa terserap 8,5 juta kilo liter dan itu sudah (bisa) jadi substitusi solar. Ke depannya ini sedang kami jajaki apakah bisa ditingkatkan menjadi 40. Tahun ini kita targetkan B30 bisa terserap 9,2 juta kilo liter.

Pertamina sudah melakukan percobaan, hasilnya bagus dan bisa ditingkatkan skala produksinya dan bisa menunggu ke D100. Justru dengan adanya ini kita tahun lalu sudah tidak impor lagi solar untuk D100. Kami juga harus mengevaluasi ketersediaan bahan baku utamanya ini. Jadi sebagian masih bisa kita lakukan sebagai komoditi ekspor, sebagian lagi untuk energi.

Apa saja tahapannya ?

Mulai dari pilot (project), demonstrasi hingga masuk skala industri itu membutuhkan tahapan - tahapan proses. Ini karena tiap peningkatan kapasitas itu perlu banyak menyesuaikan dengan parameter yang ada dalam prosesnya. Nanti kami lihat kalau bisa skill up berapa secukupnya. Kalau bisa naik, ini bisa menjadi alternatif kita untuk memanfaatkan BBM yang bersih.

Selain itu, peneliti ITB juga sedang membangun katalis biofuel dan ada juga pilot plan mobile unit processing untuk menghasilkan bensin dari sawit. Kapasitasnya saat ini baru sekitar 10 liter dan kalau ini berhasil akan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat hingga pemilik kebun kecil untuk bisnis bahan bakar di daerah. Emisinya juga lebih bersih, dan produsennya adalah masyarakat setempat sehingga bisa menumbuhkan ekonomi setempat.

Selain itu, apa rencana Pemerintah untuk memberikan akses energi terbarukan ke daerah pelosok ?

Kami akan memetakan sumber daya terbarukan yang ada di sana (daerah) dan bagaimana pemanfaatannya oleh masyarakat setempat untuk membentuk suatu badan usaha milik desa. Nantinya lsitrik bisa dijual kepada masyarakat dan tentu saja nanti akan ada insentif dari pemerintah. Ke depannya, masyarakat setempat yang bisa melistriki dan menumbuhkan ekonomi desanya.

Dalam konteks pengembangan mobil listrik, bagaimana peran energi terbarukan ini ?

Kami berharap listrik bisa dipakai sebagai elemen utama menggantikan energi fosil. Kalau (pasokan) listrik kita sudah bagus dan murah, program mobil listrik bisa jalan serta memberikan dampak yang sangat besar. Bisa mengurangi impor pemakaian BBM dan minyak kita.

Terkait nikel untuk bahan bakar kendaraan listrik, bagaimana kelanjutan pengembangannya ?

Sudah ada aturan mengenai nikel tidak bisa lagi untuk diekspor, meskipun yang berkadar rendah. Ini karena ternyata yang kadar rendah ini bisa dimanfaatkan untuk memproduksi baterai listrik. Kami lihat nilai tambah nikel yang diproses dengan High Pressure Acid Leaching (HPAL) itu mencapai 14 kali lipat dan bisa digunakan untuk nikel yang berkadar rendah. Jika diproses lagi menjadi baterai maka nilai tambahnya meningkat jadi 55 kali lipat.

Saat ini ada enam industri dengan investasi US$ 7,4 miliar yang akan membangun HPAL dan akan menyerap tenaga kerja kurang lebih 17 ribu orang. Ini akan meningkatkan PDB kita secara signifikan sampai 2035. Baterai ini juga bisa kita manfaatkan untuk keperluan dalam negeri dan untuk mendapatkan devisa dari ekspor.

Apa yang pemerintah harapkan dari masyarakat atau LSM dalam rangka pemanfaatan energi terbarukan ?

Yang kami harapkan, sosialisasi manfaat energi bersih ini bisa terus kita gaungkan. Manfaatnya udara kita bersih, karena kalau hari biasa itu kan langit tidak benar-benar biru. Kemudian polusi itu menyebabkan angka kematian lebih tinggi dari penyakit lain. Makanya pemerintah sedang mengupayakan buangan sampah itu bisa diolah menjadi sumber energi terbarukan untuk bahan bakar listrik. Jadi sampah tidak dibiarkan membusuk dan menjadi pusat penyakit. Selain itu, ke depannya ada kerja sama antara pemerintah dan perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung (ITB).

Itu adalah bukti adanya kerjasama antara perguruan tinggi, pemerintah dengan BUMN. Ke depannya, seluruh perguruan tinggi itu kalau bisa meneliti untuk mendukung pemanfaatan sumber daya yang ada untuk dikembangkan secara komersial.  Jadi kami berharap dukungan dan suara lembaga non pemerintah untuk mendorong pemanfaatan energi bersih dan terbarukan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...