ASEAN Mampu Menjadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Agustiyanti
30 Mei 2023, 10:55
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Nathan Kacaribu
KATADATA/ILUSTRASI: JOSHUA SIRINGO-RINGO
Ilustrasi.

Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN pada tahun ini. KTT yang dihadiri para pemimpin negara ASEAN digelar dua kali, yakni di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada 10-11 Mei 2023 dan di Jakarta pada September 2023. 

Dalam KTT pertama di Labuan Bajo, terdapat tiga kesepakatan peting yang dicapai para pemimpin ASEAN, yakni: 

  1. Hal yang Menyentuh Kepentingan Rakyat

    Ini antara lain menyangkut perlindungan pekerja migran dan korban perdagangan manusia. Presiden Jokowi mengajak negara-negara ASEAN untuk menindak tegas para pelaku utama

  2. Masalah Myanmar

    Jokowi menegaskan, pencederaan terkait nilai-nilai kemanusian tidak bisa ditoleransi. Lima konsensus ASEAN yang sudah disepakati pun tetap harus dijalankan. Adapun menurut Jokowi, Indonesia siap berbicara dengan siapapun terkait masalah Myanmar, termasuk dengan Junta Militer. Namun, ia menegaskan, pendekatan tersebut bukan berarti memberikan pengakuan. Ia juga mengingatkan, tidak boleh ada pihak di dalam dan di luar ASEAN yang mengambil manfaat dari konflik internal Myanmar.

  3. Penguatan Kerja Sama Ekonomi ASEAN 

    ASEAN sepakat untuk membangun ekosistem mobil listrik dan menjadi bagian penting rantai pasok dunia. Menurut Jokowi, hilirisasi industri akan menjadi kunci. Selain itu, para pemimpin ASEAN juga menyepakati implementasi transaksi mata uang lokal dan memperkuat konektivitas pembayaran digital antarnegara, sejalan dengan tujuan sentralitas ASEAN supaya kuat dan mandiri.

Presiden Joko Widodo dan para pemimpin ASEAN saat menikmati sore di kapal phinisi, Labuan Bajo, NTT, Rabu (10/5). Foto: Agus Suparto.
Presiden Joko Widodo dan para pemimpin ASEAN saat menikmati sore di kapal phinisi, Labuan Bajo, NTT, Rabu (10/5). Foto: Agus Suparto. (Agus Suparto)

Adapun masih terdapat banyak topik yang akan menjadi pembahasan KTT ASEAN kedua tahun ini di Jakarta, termasuk di jalur keuangan. Pada KTT ASEAN 2023, Indonesia mengusung tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.  Indonesia ingin membawa ASEAN menjadi kawasan yang memiliki peran penting, bagi negara kawasan dan dunia.

"Kami meyakini ASEAN jika dibandingkan dengan seluruh dunia merupakan epicentrum of growth dan sudah terbukti," ujar Kepala Badan Kebijakan Febrio Kacaribu saat berbincang dengan Katadata.co.id di kantornya, pertengahan bulan ini.

Febrio mengatakan, ekonomi kawasan ASEAN diperkirakan tumbuh 4,5% pada tahun ini. Ini jauh di atas ramalan pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan hanya mencapai 2,8% menurut IMF. 

Ada tiga pilar strategis yang akan menjadi diskusi dalam KTT tahun ini untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ASEAN. Ketiga pilar tersebut, yakni, recover-rebuilding, digital economy, dan sustainability. 

Seperti apa diskusi yang masih akan berjalan di KTT ASEAN dan kesepakatan apa saja yang mungkin dicapai pada pertemuan puncak para pemimpin ASEAN di Jakarta pada September 2023, terutama di jalur keuangan? Berikut percakapan Katadata.co.id bersama Febrio Kacaribu. 

Bagaimana peran Indonesia dalam keketuaan ASEAN pada tahun ini? Apa yang ingin dicapai, terutama di jalur keuangan?

Kami melihat bagaimana jalur keuangan berfungsi untuk menjaga perekonomian dan bagaimana memastikan sektor keuangannya stabil. Dalam konteks ini, kami melihat bagaimana untuk me-recover dan rebuilding ASEAN setelah selama 2-3 tahun ini harus mengatasi masalah pandemi Covid-19. Kami ingin tumbuh lebih cepat, sehingga inisiatif-inisiatif yang kami cari adalah apa saja kerja sama yang dapat membuat kita tumbuh lebih cepat. 

ASEAN itu ada 10 negara dan yang paling besar itu dari sisi penduduk dan ekonominya adalah Indonesia. Lalu, agak jauh dari kita ada Thailand, Malaysia, dan Singapura, dan Filipina. Singapura walaupun negara kaya secara pendapatan per kapita tapi size ekonomi tidak besar. Vietnam sudah mulai mendekati US$ 300 juta. Indonesia sendiri US$ 1,2 miliar.  Jadi secara total, ekonomi ASEAN mungkin mencapai US$ 2,5 triliun. 

Ekonomi Amerika paling besar, kedua adalah Cina, Indonesia berada diurutan ke-16. Sedangkan untuk satu kawasan, mungkin ASEAN ada di posisi ke-5 atau 6. ASEAN itu ekonominya besar dan pertumbuhannya kuat. Itulah mengapa kami senang sekali berkolaborasi dengan ASEAN dan mempertahankan momentum pertumbuhan kita. 

Dari diskusi yang sudah berjalan selama beberapa pertemuan ASEAN, apa saja topik-topik penting yang dibahas?

Kita tahu bahwa pandemi Covid-19 menciptakan krisis ekonomi, mungkin terbesar sepanjang 100 tahun. Maka perlu dicari solusi bersama dan kami tahu perlu kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan. Itu yang menghasilkan pandemic fund tahun lalu ketika kita menjadi presidensi G20. Logika yang sama kita gunakan untuk ASEAN. 

Lalu soal pertumbuhan ekonomi yakni recover dan rebuilding, kami akan melakukan banyak kerja sama. Kami juga ingin melihat agenda perubahan iklim. 

Negara-negara ASEAN ini adalah mayoritas negara berkembang. Dan untuk energy mix-nya itu, Indonesia saja di atas 60% energy mix-nya, listriknya dari batubara. Vietnam, Malaysia, Thailand, Filipina itu juga rata-rata tinggi ketergantungan pada batu bara. 

Agenda climate change ke depan itu sudah mendapatkan konsensus yang sangat kuat secara global, baik di G20 maupun kini di ASEAN. Aktivitas untuk  transisi energi, itu ingin kami kerja sama kan lebih kuat dengan negara-negara di ASEAN dan kabar baik bahwa bersama dengan ASEAN Taksonomi Board kemarin, kami berhasil mendapatkan konsensus bahwa aktivitas transisi energi masuk dalam pembiayaan hijau. 

Aktivitas transisi ini apa? Salah satu yang paling penting di Indonesia adalah mempensiunkan PLTU. Siapa yang akan membiayai kalau PLTU yang normalnya berjalan 20 tahun dipotong menjadi 10 tahun. Ini lah maka ada logika pasar keuangan yang masuk sebagai investor untuk melakukan refinancing. Ini namanya transisi keuangan yang diakui sebagai  bagian ASEAN Taksonomi. 

Terakhir yang ingin saya sampaikan adalah kerja sama yang lain, bagaimana melihat kolaborasi untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat. Kita tahu kalau harga pangan secara umum sangat tinggi pada tahun lalu. Secara regional, ASEAN adalah net ekspor untuk pangan. Jadi, kami ingin memastikan bahwa produksi pangan di kawasan harus terus dipertahankan. Nah, membangun logika ini tidak bisa hanya menteri keuangan, harus bersama menteri pertanian sehingga memang kolaborasi sangat penting.

Jadi, fokus dari agenda keuangan itu pertama adalah recovery, kedua soal transisi energi dan kita sudah mendapatkan konsensus yang kuat, dan ketiga adalah mendorong digitalisasi. 

Indonesia, kita sangat mendorong digitalisasi terutama di pembayaran, khususnya cross border payment. Salah satu yang terbaru adalah Indonesia dengan Malaysia. Ini contoh bagaimana kolaborasi di sektor digital.

Bagaimana negara-negara ASEAN membahas inisiatif-inisiatif tersebut? 

Kami mendapatkan dukungan pada mayoritas inisiatif dan kami melihat bahwa masing-masing negara ASEAN mendapatkan manfaat yang nyata dari inisiatif kita. Bahkan, yang menarik adalah pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral itu sebenarnya satu tahun hanya satu kali, biasanya akhir maret atau awal april, itu sudah kami lakukan di Bali kemarin. Biasanya untuk jalur keuangan, berakhir di situ dan baru akan dimulai lagi tahun depan dengan ketua yang baru, yakni Laos pada tahun depan.

Tahun ini agak unik. Untuk pertemuan menkeu dan gubernur bank sentral, kami mengusulkan tidak cukup sekali, karena kita tahu banyak agenda yang ingin dilakukan bersama. Kami mengusulkan ada pertemuan kedua, dan ini disetujui untuk dilakukan pada awal Agustus di Jakarta. Ini sedang kami godok persisnya tanggal berapa dan tempatnya di mana.

Indonesia memang membawa agenda-agenda yang penting untuk semua negara ASEAN, mulai dari recover, rebuilding, lalu dari sisi kesehatan kami juga ingin melihat bagaimana kerja sama kesehatan dan kementerian keuangan secara lebih kuat, healthcare di negara masing-masing dan kerja sama dengan multilateral seperti WHO dan ADB. 

Untuk food security juga kita bicara dengan network menteri pertanian di ASEAN. Mereka memiliki beberapa hal yang ingin kejar; produktivitas, supply chain, dan sebagainya. Sektor keuangan ingin dukung, akan kami bangunkan kolaborasi antara menteri keuangan dan menteri pertanian.

Dan tadi yang saya sebutkan, yang juga signifikan adalah transisi energi. Kawasan ASEAN melihat Indonesia sebagai teladan, mereka ingin mencontoh yang sudah kita lakukan. Semakin kita bisa bekerja sama terkait transisi energi, semakin bagus karena pasar semakin besar. 

Lalu Cross border payment itu untuk kepentingan semua negara. Kita tidak ingin selamanya tergantung pada volatilitas dolar. Saat ingin ekspor impor dengan Malaysia tidak  harus pakai dolar, kalau menggunakan dolar juga ada broker-nya. Kerja sama ini untuk kepentingan semua, mereka lihat manfaat yang nyata, tak heran mereka mau bertemu dua kali dan kerjanya jadi lebih banyak.

Terkait dengan kesehatan, bapak tadi menyebutkan akan ada pandemic fund di skala ASEAN. Apakah sudah sampai pada kesepakatan tertentu? 

Sebenarnya untuk pandemic fund ini sudah ada yang dibentuk pada 2020-2021 walaupun skalanya masih sangat kecil. Ini dibiayai oleh beberapa sumber, yang digunakan untuk negara-negara yang membutuhkan untuk membeli alat kesehatan, obat-obatan, dan sebagainya. Waktu itu funding-nya masih kecil di bawah US$ 100 juta. Ini yang ingin kami gunakan sebagai bibit dan modal. 

Ini yang kami ingin lihat adalah bagaimana menteri keuangan bekerja sama lagi dengan menteri kesehatan di kawasan ASEAN, bukan hanya untuk meningkatkan funding tetapi memperkuat pandemic preparednes dan juga memperbaiki healthcare system. Kalau kita memiliki sistem kesehatan yang kuat, kesiapan kita menghadapi pandemi apapun akan lebih baik. 

Yang kita lihat adalah bagaimana membangun dialog menteri keuangan dan menteri kesehatan. Kita akan kejar forum ini di tahun ini dan sudah disambut baik rekan-rekan ASEAN. Kita juga akan melibatkan WHO, dan lembaga multilateral untuk melihat gap sistem kesehatan di kawasan, dalam hal ini kami melibatkan ADB.

Bagaimana dengan agenda perubahan iklim, apakah perdagangan karbon juga masuk dalam pembahasan?

Topik-topik terkait perubahan iklim tentu akan terus kami lanjutkan, tetapi untuk perdagangan karbon, itu tidak menjadi prioritas ASEAN saat ini. Kami coba dulu dengan transisi energi dari sisi taksonomi. Ini sudah merupakan achievement untuk tahun ini Tapi memang kami melihat agenda perubahan iklim ini harus semakin lengkap, 

Untuk agenda terkait pangan, apakah akan ada insentif-insentif yang disiapkan?

Itu sedang kita lihat. Pertama, kita perlu forumnya dulu menteri keuangan dan menteri pertanian se-ASEAN. Lalu kita lihat agendanya apa saja. Beberapa yang sudah mencuat adalah produksi, supply chain, pupuk, kita mau kerja samakan. Nanti kita lihat mana yang paling mungkin  kita lakukan secara cepat. Untuk memastikan roadmap-nya itu bisa terbangun. Karena ini kan bukan sesuatu yang ingin kita lakukan setahun aja, kita mau kerja sama terus, chairmanship tahun depan pindah ke Laos, kita ingin agenda ini terus bisa dibicarakan.

Terkait masyarakat ekonomi ASEAN 2025, bagaimana persiapannya dalam pembahasan di KTT ASEAN tahun ini?

Masyarakat ekonomi ASEAN kan sebenarnya sangat dinamis. Dulu yang dibayangkan adalah kesatuan dari kawasan ASEAN menjadi satu kelas ekonomi yang semakin efisien. Nah, saat ini kita harus memilih apa saja yang sebenarnya sangat strategis untuk menyatukan ASEAN. 

Kami melihat bahwa salah satu yang paling bagus dan paling penting yang bisa kita lakukan adalah kalau pembayaran bisa disatukan. Efisiensi dari kita melakukan transaksi ekspor-impor dan juga investasi antar negara di kawasan itu akan menjadi faktor yang menyatukan kawasan ini jauh lebih cepat dan mendorong efisiensi yang lebih tinggi. 

Kita terus terang harus melihat lagi beberapa milestone-milestone-nya. Tapi tampaknya, satu hal yang kita layak untuk perjuangkan adalah bagaimana pembayaran dan juga transaksi ini semakin seamless antarnegara di kawasan sehingga itu meningkatkan aktivitas perdagangan, investasi dan akhirnya aktivitas mobilitas antar negara semakin nyaman.

Saya sebagai orang Indonesia akan semakin nyaman untuk jalan ke Malaysia. Transaksinya makin efisien. Investor dari Thailand, misalnya, juga akan semakin mudah saat ingin membuka usaha. 

Transaksi QR Lintas Negara
Transaksi QR Lintas Negara (Katadata/Agustiyanti)

Saat ini ada dua kekuatan besar ekonomi, Cina dan Amerika. Ada negara ASEAN yang condong ke Cina dan ada juga yang condong ke Amerika. Bagaimana Indonesia melihat masalah ini dari sisi ekonomi?

Kita lihat geopolitik sudah menampilkan kondisi yang saat ini cukup menantang. Indonesia dari sejak kita ada, kita punya filosofi non-alliance, tidak berpihak. Kita tahu itu membawa perdamaian dunia. Ini kita buktikan tahun lalu  dengan berhasil menjaga kedamaian dunia pada saat memimpin G20. Forum tetap berjalan dengan baik walaupun itu tahun dimana kejadiannya perang. 

Dalam konteks ASEAN, sebenarnya secara politik itu tidak bisa kita bilang satu. Indonesia jelas non-alliance. Namun, negara-negara ASEAN tidak semua non-alliance. Tetapi suasana kerja sama itu tetap  akan kami coba mendatangkan keuntungan.

Dalam kondisi saat ini, kita melihat ASEAN sebagai wilayah yang menjanjikan. Kita manfaatkan situasi. Investasi dari Amerika masuk, investasi dari China masuk, investasi dari Jepang masuk, ini adalah center of growth. Kita berusaha menghasilkan konsensus-konsensus yang menghasilkan manfaat nyata untuk ekonomi kita. 

Terakhir, apa yang paling ingin ditekankan dalam KTT  ASEAN tahun ini?

Pak Presiden selalu menekankan bahwa kerja sama kita secara global, regional, dan bilateral harus memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Manfaat seperti apa? Pembangunan Indonesia terus berjalan, demikian pula dengan stabilitas dan juga kesejahteraan masyarakat.

Ketahanan pangan, kesehatan, dan juga transisi energi itu bisa menghasilkan transformasi ekonomi yang terus menciptakan lapangan pekerjaan, membawa investasi lebih banyak di Indonesia. Itu manfaat nyata yang akan terus kita perjuangkan sesuai dengan arahan Pak Presiden. 



Untuk kelima kalinya, Indonesia didapuk menjadi Keketuaan ASEAN. Situasi dunia tahun ini yang belum kondusif tentu menjadi tantangan tersendiri dalam mengemban amanah tersebut. Persaingan kekuatan besar dunia yang meruncing mesti dikelola dengan baik agar konflik terbuka dan perang baru tidak muncul, terutama di Asia Tenggara.

Keketuaan Indonesia juga diharapkan menjadi pintu bagi ASEAN untuk berperan aktif dalam perdamaian dan kemakmuran di kawasan melalui masyarakat ekonomi ASEAN. Untuk itu, Indonesia hendak memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan.

Simak selengkapnya di https://katadata.co.id/asean-summit-2023 untuk mengetahui setiap perkembangan dan berbagai infomasi lebih lengkap mengenai KTT Asean 2023.

#KatadataAseanSummit2023 #KalauBicaraPakaiData

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...