Waketum Gerindra: Target Utama Kami Prabowo Menang Pilpres 2024
Partai Gerindra menjadi partai yang tumbuh dengan cepat. Sejak berdiri pada 2008 silam, Gerindra sudah tiga kali mengikuti pemilu. Dalam tiga kali pemilu suara partai pimpinan Prabowo Subianto itu melonjak signifikan.
Keikutsertaan pertama di 2009 membawa Gerindra lolos ke Senayan dengan perolehan suara 4,46 persen. Saat itu Gerindra mengusung Prabowo sebagai calon wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri.
Pada pemilu 2014 Prabowo kembali maju dalam pemilihan presiden dengan berduet bersama Hatta Rajasa yang saat itu menjabat Ketua Umum Partai Amanat Nasional. Meski kalah dalam pemilihan presiden, hasil pemilu membawa Gerindra meraih suara signifikan menjadi 11,81 persen dan menempati posisi ketiga di bawah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar.
Pemilu 2019 Gerindra kembali mendulang sukses dengan mengantongi 12,57 persen. Perolehan ini membuat Gerinda naik menjadi partai kedua terbesar di bawah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Di sisi lain, Gerindra kembali gagal membawa kemenangan pada Prabowo di pilpres dan kalah dari Joko Widodo dan Ma’ruf Amin.
Kini, menyongsong pemilu dan pemilihan presiden 2024 Gerindra kembali tampil percaya diri. Jauh sebelum pemilu digelar pada 14 Februari 2024, Gerindra telah mengumumkan akan mengusung kembali Prabowo sebagai calon presiden. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan penetapan Prabowo sebagai calon presiden menambah semangat kader Gerindra untuk bergerak hingga ke akar rumput.
Seberapa yakin Gerindra menghadapi pemilu 2024? Bagaimana strategi Gerindra untuk memastikan kemenangan tidak hanya di pemilu tetapi juga pilpres pada 2024 mendatang? Bagaimana pertimbangan Gerindra dalam menentukan kawan koalisi dan memilih figur cawapres pendamping Prabowo? Berikut petikan wawancara tim Katadata.co.id yang berlangsung santai di ruang fraksi Gerindra pekan kedua Juni lalu.
Bagaimana target Partai Gerindra di 2024?
Tentu target utama partai Gerindra adalah menjadikan Pak Prabowo Presiden dan Partai Gerindra sebagai pemenang Pemilu 2024. Kami punya tagline Gerindra menang, Prabowo Presiden. Kami tahu, terakhir kami di posisi kedua suara, tapi dari kursi DPR kami ketiga menurut hasil pemilu 2019. Nah itu kami lagi coba bahas di Bappilu kami masalahnya seperti apa, jadi antara perolehan suara dengan perolehan kursi akan kami terus kejar supaya benar-benar paralel, jumlah suara yang tinggi berbanding dengan jumlah kursi yang tinggi.
Jadi kami targetnya pertama menjadikan Pak Prabowo Presiden dulu. Baru kami targetkan Partai Gerindra menjadi pemenang Pemilu 2024.
Apa strategi yang dilakukan untuk mengejar target tersebut?
Kami menargetkan meraih kursi terbanyak di DPR. Jadi ya tentu kami maksimalkan. Sekarang ini kami ada di 74 dapil kalau enggak salah, punya 78 anggota ada di 74 dapil. Pertama, kami ingin semua dapil terisi, dan setiap dapil yang di luar tiga kursi, minimal dua. Jadi estimasi kalau sekarang berdasar tiga Lembaga survei cukup terpercaya yaitu Litbang Kompas, Indikator Politik dan LSI Denny JA kami sekarang sudah di sekitar 17% sampai 18%. Nah kalau kami bisa 17% itu sudah 100 jumlah kursi. Dari 575 kursi di DPR itu kami targetnya 130-an kursi.
Adakah titipan khusus ke calon legislatif untuk kejar target 130 kursi?
Kami sejak awal sudah menyiapkan. Caleg ini banyak yang incumbent seperti saya dan anggota DPR yang maju kembali. Jadi sejak awal dilantik kami diinstruksikan Pak Prabowo untuk mengerjakan tiga hal. Pertama, maksimal di Parlemen, ya melalui sidang-sidang, di rapat, memperjuangkan produk DPR yang pro-rakyat, yang berpihak pada rakyat.
Kedua melakukan advokasi terhadap kasus kerakyatan, pembelaan seperti yang saya lakukan. Misalnya kalau ada orang yang quote unquote dituduh dikriminalisasi, kayak kasus Bima kemarin Lampung. Ketiga kami diminta membantu masyarakat di dapil masing-masing.
Sebetulnya kalau tugas DPR based on Undang-undang itu kan hanya di kantor, di luar itu kan hanya menyerap aspirasi. Akan tetapi secara de facto kami harus turun juga memberikan bantuan ke masyarakat. Itu yang menjadi kewajiban tambahan bagi kader Gerindra. Contoh waktu Covid-19 kami harus keliling membantu masyarakat, kasih bantuan yang diperlukan, obat, vaksi, bahan pokok.
Itu untuk incumbent, kalau untuk caleg baru bagaimana?
Kalau yang baru kurang lebih sama, diminta turun ke masyarakat. menyerap aspirasi masyarakat. Memberikan dukungan sekaligus menyuntikkan semangat ke masyarakat. Saya kan kalau Anda lihat IG saya hampir tiap malam keliling perkampungan. Begitu pun calon-calon yang belum menjabat diwajibkan turun.
Kalau sekarang minimal untuk maju DPR RI itu nanti minimal tuh mengetuk 100.000 rumah satu orang untuk DPR RI. Minimal caleg mengetuk 100.000 rumah door to door.
Jadi kalau misalnya satu dapil itu 10 kursi, 100.000 rumah kan yang berbeda dengan yang di rekannya ya, berarti kan 1 juta setidaknya. 1 juta dikali 2 orang saja sekitar 2 juta sekian. Nah itulah yang menjadi target kami.
Pada pemilu 2024 apakah Gerindra akan menyasar daerah baru atau fokus menggarap pemilih lama?
Daerah-daerah yang lama akan terus kami perkuat, basis kami, Jawa Barat, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, kalau Sumatera banyak lah ya. Kalau di Jawa itu terutama Jawa Barat dengan DKI. Itu akan terus kami perkuat. Survei pun membuktikan sampai saat ini tetap kuat Gerindra di sana.
Untuk daerah-daerah baru kami harus penetrasi seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, daerah timur itu Papua, kami memaksimalkan harus masuk juga ke sana. Dan sudah terlihat kan, kemarin di Mojokerto itu luar biasa ya deklarasi dukungan ke Prabowo. Relawan yang relatif baru tapi saya lihat sudah puluhan ribu orang yang hadir.
Kemudian Jawa Tengah yang tadinya kami sedikit akan kami maksimalkan. Hal yang sama juga untuk Jawa Timur.
Dalam hal penentuan calon legislatif terutama yang baru, apakah ada kriteria khusus dari Gerindra?
Ya tentu caleg kami punya kriteria. Tentunya kami lihat kapasitasnya seperti apa. Apakah dia mampu ketika ditargetkan mengetuk 100 ribu rumah? Kemudian juga dari aspek keterwakilan. Kami kan ada berbagai macam unsur di partai Gerindra, ada petani, nelayan, ada prajurit-purnawirawan, ada aktivis juga. Itu juga kami perhitungkan kami ada kuota-kuotanya di situ.
Ini mereka misalnya organisasi petani tentu mengirimkan kader terbaik untuk menjadi caleg, begitu juga nelayan, para pedagang kecil, tentu mengirimkan kader yang terbaik.
Termasuk dalam hal ini memilih public figure?
Publik figur juga kami alokasikan, karena mereka punya pengikut yang signifikan, Ahmad Dhani misalnya. Ahmad Dhani itu dia dipenjara saja kalau gak salah suaranya 25 ribu. Coba bayangkan 25 ribu itu kalau dikumpulin di stadion Bekasi itu bakal penuh. Apalagi sekarang kan Insyaallah dia dalam keadaan tidak ada masalah hukum ya Insyaallah pasti jauh lebih besar pabrik.
Gerindra juga terlihat menggandeng anak muda dari kalangan publik figur, apakah ini bagian dari strategi?
Iya. Kan kami tahu demografi anak-anak muda itu jumlahnya lebih 50%, ada Gen Z dan millennial. Tentu saja mereka ingin ada perwakilan mereka, dan banyak juga yang kami masukkan di pencalegan maupun hanya di kepengurusan. Kadang-kadang mereka itu enggak mau di caleg, mereka maunya membantu Pak Prabowo dijadikan pengurus. Banyak nggak mau mereka maju sebagai caleg.
Termasuk anak Ahmad Dhani Ahamd Algazhari atau Al dan Ahmad Jalaludin Rumi atau El Rumi?
Iya. Karena kan mereka itu biasanya profesional ya, mereka kerja, Mereka benar mendukung Pak Prabowo. Tapi mungkin di pekerjaannya ada kontrak-kontrak yang membatasi untuk tidak terlibat dalam politik praktis terlalu jauh. Kurang lebih begitu.
Dalam hal anggaran, bagaimana kebijakan yang diberlakukan Partai Gerindra?
Cek saja Gerindra itu partai yang selalu memperoleh predikat terbaik sebagai partai politik paling transparan. Begitu juga soal keuangan kami transparan. (data Komisi Informasi Pusat menyebut Gerindra meraih predikat informatif sejak 2016 hingga 2022)
Apa yang dilakukan untuk dapat predikat itu? Bagaimana komitmen Gerindra?
Partai Gerindra selalu membuat laporan keuangan ya, yang bisa diaudit oleh KPU. Kalau di masing-masing provinsi itu kami lapor ke kesbangpol. Kami sampaikan laporan keuangannya, dan itu bisa dilihat bahwa semua pemasukannya dari sumber-sumber yang sah dan pengeluarannya pun jelas.
Termasuk dalam hal dana kampanye nanti?
Iya, termasuk dana kampanye. Setiap tahun kan tiap kampanye itu Gerindra selalu mendapat predikat terbaik. Kalau di kampanye itu kami ada formulir pelaporan yang jelas. Setiap caleg tiap partai ada formulirnya, jumlah dana kampanye berapa lalu di-update setiap bulan nambah berapa, terpakai berapa.
Bagaimana kebijakan pendanaan di Gerindra?
Kalau di Gerindra kebijakan (pemotongan) itu ya. Yang ada kalau tiap bulan untuk administrasi fraksi dan DPP. Itu memang ada kewajiban untuk iuran, tapi bukan dipotong, kami kewajiban iuran.
Tapi kalau untuk pemilu kami gak ada semacam tabungan bersama, itu gak ada. Yang jelas ketika mendaftar jadi caleg dia harus bertanggung jawab terhadap saksi. Iuran saksi nanti, masing-masing dapil ditanggung bersama yang satu dapil. Misalnya kayak saya, dapil saya ini DKI Jakarta 1 sekitar 8.200 TPS. Bila dikali dua orang saksi tiap TPS taruh Rp 200 ribu, maka butuh Rp 3,2 miliar sekian. Nah itu harus digotong oleh 6 orang ditambah anggota DPRD DKI dapil setempat.
Itu yang kami tanggung bersama. Tapi pasti proporsinya paling gede di DPR RI, dan DPR RI itu juga tergantung nomor urutnya. Seperti saya nomor urut satu pasti proporsionalnya lebih besar, jadi Rp 3 miliar sekian itu, dana saksi, kami gotong royong ramai-ramai.
Perhitungannya berarti sebelum mendaftar caleg?
Ya. Jadi ketika daftar sudah ditanyakan mengenai komitmen. ‘Anda mau nomor urut berapa?’ Ya kalau mauk nomor urut 1 pasti kan konsekuensinya dia lebih besar. Kecuali memang kader-kader yang memang karena perjuangannya mendapatkan perhatian dan atensi khusus dari partai, banyak juga yang mendapat tempat seperti itu..
Contohnya siapa?
Seperti saya, bukan karena incumbent. Saya ini kan ketua bidang advokasi partai, saya dari tahun 2010 keliling ke Indonesia menjadi pengacaranya Partai Gerindra, pengacaranya Pak Prabowo kan enggak pernah dibayar. Kami keliling bahkan keluar dana sendiri buat tiket dan sebagainya.
Kemudian ada penghargaan, ada dispensasi lah, bayarnya nggak terlalu besar. Karena saya asalnya, aktivis dan advokat publik semi LSM jadi tidak sanggup bayar semua. Makanya kami juga ada kebijakan, begitu juga pada banyak kader lain, yang berani, tapi kalau pengusaha yang rela, dia kasih sumbangan.
Jadi ada penilaian juga ya?
Iya. Ada kebijakan juga.
Apa 5 isu utama yang jadi perhatian khusus Gerindra?
Satu, tentu soal kesejahteraan. Apa yang disampaikan Pak Prabowo itu soal kesejahteraan. Itu sumbernya dari sumber daya alam dan potensinya. Bagaimana kekayaan Indonesia tidak mengalir ke luar. Yang disebut Pak Prabowo itu kan “bocor-bocor”.
Kami mendukung implementasi oleh Pak Jokowi saat ini seperti kebijakan hilirisasi. Itu yang paling dasarnya sebetulnya, karena Indonesia negara kaya, sumber daya alam besar, dan SDM-nya luar biasa. Jadi sebetulnya kami tinggal mengelola, tidak terlalu banyak utak-atik, kalau itu selesai hal-hal lain kesejahteraan rakyat, kesehatan, pendidikan, kualitas hidup, gizi, supaya gak stunting, dan lain sebagainya itu pasti akan mengikuti.
Kalau Anda bilang 5 bisa 5 sampai 10 hal yang penting bagi rakyat saat ini. Yaitu kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, kualitas hidup, bukan hanya sehat tapi berkualitas, IQ-nya tinggi, kenyamanannya tinggi, kurang lebih begitu. Tapi dasarnya adalah bagaimana mengelola kekayaan kita ini supaya benar-benar bisa kami nikmati untuk bangsa dan negara, tidak untuk bangsa lain.
Apakah isu-isu ini yang akan diangkat Gerindra di pemilu nanti?
Yang pasti sih bagaimana kami menjaga agar kekayaan alam Indonesia tidak mengalir ke luar. Sejak Prabowo ikut pemilu sebagai cawapres Bu Megawati pun itu intinya. Kalau Anda baca ‘Paradoks Indonesia’, bukunya Pak Prabowo intinya Indonesia negara kaya tetapi kok belum maksimal kesejahteraan rakyat.
Hal itu terjadi karena memang sistem ekonomi politik kita dari dulu begitu. Dan itu sudah berlaku selama puluhan tahun. Kami akan maksimal menjaga kekayaan ini agar tidak mengalir ke luar, itu yang sekarang kami perjuangkan.
Contoh konkritnya itu seperti apa?
Yang paling konkrit itu hilirisasi. Pak Prabowo dulu dikecam segala macam, “bocor-bocor-bocor” diledekin. Tapi ternyata Pak Prabowo dengan Pak Jokowi itu satu frekuensi. Pak Jokowi juga mengimplementasikan apa yang disampaikan Pak Prabowo gitu kan. Nikel, bauksit, lalu freeport, akuisisi saham freeport, itu berani sekali beliau.
Kesejahteraan kunci utama?
Ya intinya kan bagaimana rakyat bisa sejahtera dengan apa yang kami miliki.
Arah legislasinya juga mengarah pada kesejahteraan?
Macam-macam, tapi kan negara ini bukan hanya soal legislasi. Bukan hanya produk peraturan perundang-undangan, tapi sikap keberpihakan kita, stand point pemerintah seperti apa. Kayak misal kalau kita hanya konsen pada legislasi pengaturan di Undang-undang minerba sudah lama harus ada smelter misalnya. Undang-undang sudah ada belasan tahun tetapi kan baru ada di zaman Pak Jokowi diterapkan.
Bagaimana sikap Gerindra dengan pemindahan ibu kota negara? Apakah bagian dari memacu kesejahteraan?
Saya pikir di banyak negara pemindahan ibu kota itu bisa memacu pertumbuhan ekonomi. Indonesia beratus tahun Jawa sentris. Jangankan dengan daerah yang timur, saya dari Lampung saja kalau ke pulau Jawa itu awal-awal tahun 2000-an kaget. Di Pulau Jawa sampai ke desa jalannya bagus, ujung ke ujung merata infrastruktunya.
Kalau Anda keliling dari satu kota ke kota lain di provinsi Lampung, jalan dikit jembatan rusak, jalan dikit hutan, jalan dikit jalan rusak, ya begitu. Karena terlalu Jawa sentris. Karena itu ada opsi negara kita luas kenapa tidak bikin titik ekonomi yang baru. Kalau memang benar insyaallah pindah ke IKN pasti Kalimantan hidup. Pasti ya, Kalimantan, sebelahnya Sulawesi, ke arah Papua, lebih cepat berkembang. Itu testimoni dari semua rekan-rekan Kalimantan yang saya kenal.
Jika Prabowo terpilih jadi Presiden, apakah pemindahan ibu kota akan dilanjutkan?
Ya. Itu komitmen kami. Bukan hanya komitmen, memang dari dulu sebenarnya kajian itu ada, dan Pak Prabowo juga pernah sampaikan. Bukan hanya karena ini kebijakannya Pak Prabowo quote unquote dengan Pak Jokowi lalu karena itu melanjutkan semua kebijakan, bukan. Karena Pak Prabowo juga tahu.
Pak Prabowo juga pernah beraktivitas di sana kan, di Kalimantan Timur itu dan juga tahu masalahnya. Jadi komitmen IKN ini tidak perlu ditanyakan lagi pada Pak Prabowo. Beliau paham sekali bagaimana seharusnya membuat maju daerah tersebut.
Apa yang jadi pembeda antara Prabowo dengan kubu lain yang sama-sama menyatakan akan melanjutkan kinerja Jokowi?
Kalaui bicara gampang, tapi kan de facto itu bagaimana implementasi pernyataan. Contohlah Anda lihat di DPR, DPR ini waktu Pak Jokowi ulang tahun Gerindra menyampaikan totalitas dan loyalitas partai Gerindra di koalisi itu luar biasa mem-backup pemerintah. Mohon maaf, ada juga partai koalisi di DPR tetapi tidak mendukung semua kerja pemerintah. Jadi bisa saja secara redaksi sama, tapi kan track record akan membuktikan apakah bisa menjadi pegangan perkataan tersebut.
Kenapa Gerindra mencapreskan Prabowo jauh hari sebelum pilpres, di Agustus 2022?
Itu kan desakan dari rekan-rekan. Saya mengikuti betul Prabowo ini. Saya naik pangkat di Gerindra ini sekitar 2019. Dalam pengambilan keputusan strategis di 2018, saat itu saja Pak Prabowo itu susah payah kami dorong untuk maju lagi sebagai capres. Kenapa? Menurutnya pribadi capaian dia sudah cukup. Apa yang gak punya? Apa yang belum, iya kan? Jenderal sudah, finansial sudah segala macam, sudah membuat partai yang cukup besar.
Pemilu 2019 susah sekali kami setengah mati mendorong pak Prabowo, ‘ayo pak, bapak harus maju’, Kalau ini saya saksi ya, demi Allah, benar-benar deh, kami setengah mati. Karena cari figur gak gampang untuk maju.
Begitu juga 2024. Lebih susah lagi mendorong Pak Prabowo. ‘Saya sudah jadi Menhan, cukup ini segala macam’. Tapi teman-teman Gerindra di DPP, DPD, DPC, PAC, ranting, anak ranting, energinya masih belum tuntas.
Saat Prabowo jadi Menhan saja sudah begitu luar biasanya manfaatnya apalagi jadi presiden. Karena itu kami menginginkan Pak Prabowo jadi presiden, itu kemauan para kader seluruh Indonesia. Dan harus segera memang karena supaya kerja-kerja partai politik terlihat, parameter lima tahunannya kan pemilu.. Supaya memang perjalanan pemilu ini matang.
Apakah Gerindra melihat kenaikan suara hingga 17% menurut sejumlah survei itu sumbangan signifikan dari pencapresan Prabowo?
Ya salah satunya itu. Karena kami mesin partainya terus jalan dari kaderisasi, kaderisasi itu gak pernah berhenti. Kalau Anda sekarang ke Hambalang, itu minimal ada 3000 orang yang lagi digembleng dari berbagai daerah. Terus yang Namanya acara konsolidasi itu hampir tiap bulan tiap daerah bikin.
Minimal 2 bulan sekali kami konsolidasi besar. Jadi mesin partai itu panas terus, jalan terus. Kalau acara misalnya kami keliling di kelurahan, membantu masyarakat itu hampir tiap malam. Daerah-daerah lain juga begitu. Nah ini mesinnya panas terus. Tetapi di kami logikanya sekarang, bisa jadi sekitar 20 persenan. Karena survei itu gak menjangkau orang-orang yang gak punya handphone. Itu kan ada sekitar 84 persen saja. Ada hampir 20 persen orang yang gak kejangkau dan pendukung Gerindra kebanyakan orang-orang yang handphone saja gak punya.
Apa yang jadi pembeda Gerindra dengan partai lain?
Pembeda menurut saya kami terdepan dalam mengkampanyekan kemandirian ekonomi. Tapi yang sebetulnya, politik kami itu dalam narasi bisa jadi mirip-mirip. Cuma implementasinya seperti apa. Begitu juga sosok Pak Prabowo.
Apa yang disampaikan Pak Prabowo itu kurang lebih banyak orang juga ngomong. Tapi implementasinya orang lihat. Begitu juga kami sebagai partai. Macam-macam, tapi kinerja lah yang menunjukkan identitas kami. Kalau manifesto partai Anda lihat mirip-mirip semua. Visi misi program kurang lebih sama saja. Tapi semua itu nilainya di implementasi.
Apa yang membuat Anda sendiri menilai bahwa “ini Gerindra” dan tidak ada di partai lain?
Anda lihat lah acara Gerindra gregetnya beda. Kumpulan massa sama-sama besar, misalnya sama-sama 20 ribu orang tapi lain lah kalau itu kader Gerindra. Kenapa? Karena ada militansi, ada semangat di kader Gerindra. Bisa dilihat acara Gerindra di IG saya. Luar biasa, dibandingkan mohon maaf dengan partai lain. Karena gak ada militansi. Itu lah yang menjadi pembeda.
Bagaimana menginternalisasi militansi kepada kader? Apa yang disampaikan Prabowo kepada kader?
Orang kan melihat apa yang disampaikan Pak Prabowo masuk akal. Negara kita kaya, semua ada, harusnya rakyat sejahtera, rakyat bisa sejahtera kalau kekayaan alam ini bisa kita nikmati maksimal, tidak mengalir ke luar. Nah yang disampaikan Pak Prabowo masuk akal, orang percaya, dan Pak Prabowo mengimplementasikannya.
Contoh ketika di Kemhan pengadaan berbagai macam alutsista memperkuat pertahanan dengan skema yang tepat. Pembiayaannya paling masuk akal, paling rendah, tapi bisa dapat dalam waktu singkat. Apa lagi mau dapat harga yang pas dengan skema pembayaran yang masuk akal, yang mudah, gak gampang, itu perlu kepiawaian. Nah itu yang dilakukan Pak Prabowo menjaga kepentingan bangsa dan negara di tingkat internasional sehingga orang percaya.
Intinya partai Gerindra sebetulnya figur utamanya memang Pak Prabowo. Orang semangat itu karena mendukung figur pak Prabowo. Kalau toh ada kader-kader Gerindra yang kerjanya maksimal dan sebagainya juga karena dia memang kadernya Prabowo dan menjalankan apa yang diinstruksikan Prabowo.
Ada faktor pemersatunya ya?
Iya. Pak Prabowo.
Bagaimana Gerindra memilih rekan dalam politik?