“Anies Paling Minim Risiko Korupsi Dibandingkan Capres Lainnya”

Image title
Oleh Tim Redaksi
30 Januari 2024, 06:15
Saut Situmorang
Ilustrator: Bintan Insani | Katadata
Wakil Ketua KPK 2015 - 2019
Button AI Summarize

Puluhan tahun malang melintang di penegakan hukum, Saut Situmorang mencoba menyisir tingkat kebersihan para calon presiden dan wakil presiden 2024. Sempat menyecap beberapa waktu di Badan Intelijen Negara, dia juga menelisik jejak para kandidat itu.

Alhasil, dari tiga kandidat, Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo – Mahfud MD, Wakil Ketua KPK 2015 – 2019 ini menilai Anies yang paling kecil risiko korupsinya. Kasus Formula E yang sempat diarahkan ke capres jagoan koalisi perubahan itu dianggap tak cukup kuat secara hukum.

Kandidat lain yang sebenarnya juga punya integritas dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yakni Mahfud MD. Namun di mata Saut, Mahfud dinilai masih terlalu lamban sebagai tokoh yang sedang menggenggam kekuasaan. “Dia masih slow, sangat-sangat slow,” kata Saut dalam podcast Gultik -Pergulatan Politik- yang tayang di Youtube Katadata setiap Jumat pukul 19:00.

Dalam perbincangan yang dipandu Om Why alias Wahyu Muryadi ini, Saut juga bercerita mengenai sepak terjang Anies mengapa layak untuk diperjuangkan menjadi presiden. Tokoh ini diklaim memiliki gagasan, narasi, dan karya mulai dari keberagaman, pendidikan, penegakan hukum, hingga kesejahteraan rakyat.

Berikut ini petikan percakan Om Why dengan Dewan Pakar Timnas Amin Bidang Hukum dan Anti Korupsi tersebut.

Bagaimana asal-muasal Anda bergabung atau mendukung Anies Baswedan?

Saya di lapangan kerjanya mengamati perilaku politik orang. Ditugaskan oleh kantor saya sebelumnya di Pasar Minggu, Pejaten. Beberapa kali ke luar negeri, kemudian balik ke Indonesia mengajar di UI, S2 intelijen. Setelah saya tugas ke luar negeri lagi dan pulang ke Indonesia, murid saya sudah di mana-mana. Ada yang di polisi, tentara, bea-cukai, di partai politik.

Rupanya, ketika saya mau daftar KPK, salah satu di antaranya di DPR, walaupun dia bukan di komisi tiga. Ketika itu kami bicara, saya membayangkannya sudah jadi ketua KPK. “Kalau gue nanti jadi ketua KPK, lu macem-macem, hukumannya gue doble-in.”

Rupanya dia ingat. Dia dari partai kuning, Golkar. Entah bagaimana, di Golkar ini bikin yang disebutnya KIB, kuning, ijo, biru. Kuningnya Golkar, ijonya PPP, birunya dari PAN.

Lalu ada yang manggil saya. “Bang, saya dulu temennya si I, yang di DPR dari Golkar. Abang mau datang? Kami mau bikin KIB. Kami di luar mainstream.” Gue bilang mau. Pertemuan di Hotel Atlet. Saya datang, ditanya wartawan. “Ngapain Bang Saut di sini?” Saya to the point, “untuk presiden berintegritas.” Lalu dijadiin judul. Saya ngasih speech, di situ ada Rocky Gerung dan beberapa yang lain. Rupanya berkepanjangan. Kami sudah keliling 30 kampus lebih di KIB.

Dari mana duit untuk biayai? Ada sponsor?

Ada. Kadang di beberapa tempat kami bayar sendiri. Seperti kemaren ke Manado, saya bayar sendiri ketemu beberapa orang. Tapi beberapa di antaranya ada sponsor. Nah, di situ ceritanya, kami ngomongnya seperti Rocky Gerung. Dia kan gak gak pernah nyebut. Saya juga tidak pernah nyebut capres. Tapi biasanya di beberapa tempat, saya kadang terpancing juga. Wah gue tidak boleh abu-abu. Kami mencari yang risiko korupsinya paling minim di antara ketiga calon ini.

Di depan mahasiswa saya bilang, gue tidak mencuci otak elu. Kalau masuk bilik suara, itu antara elu dengan Tuhanmu.  Nanti di bagian akhir gue nyebut siapa yang gue dukung. Tapi gue jelaskan dulu bagaimana kondisi korupsi di Indonesia. Misalnya, kenapa indeks persepsi korupsi kita 34? Kenapa demokrasi kita 24? Economic intelligence unit mengatakan seperti itu. Angka-angka yang sangat rendah, 34 dari angka 1 sampai 100.

Saya bilang, kita perlu presiden yang bener-bener minim risiko korupsinya. Gue sebut Anies. Biasanya di banyak tempat tepuk tangan. Tapi ada juga yang langsung cerita nama Prabowo, Ganjar. Tapi biasanya nama Anies lebih dominan. Gue bilang, Anies bagus nih barang.

Anda sebagai apa posisinya di Timnas Amin?

Dewan Pakar Bidang Hukum dan Anti Korupsi.

Kalau dua paslon lainnya bagimana? Apa sangat berisiko?

Risikonya lebih tinggi. Banyak itung-itungannya. Kita lihat terlebih ada yang personal, dimulai dari integrity. Ini kan pemberantasan korupsi. Saya selalu mengatakan, pedang pemberantasan korupsi harus dipegang oleh presiden. Harapannya itu.

Dengan capres Anies maupun cawapres Muhaimin, Anda sudah pernah bicara soal ini?

Sampai ketemu, ngobrol seperti begini dengan kedua orang ini belum pernah.

Belum pernah ketemu kok sudah berpihak. Anda itu terharunya dari mana dengan mereka?

Itu hebatnya value. Anda pernah lihat kelompok lebah saat terbang apa mereka tubrukan? Tidak pernah. Itu karena value. Kepekaan mereka terhadap nilai-nilai yaitu memperhatikan orang yang paling dekat. Kalau teman dekatnya bergerak, dia ikut bergerak.

Anies memiliki sebuah nilai yang ada nilainya di kepala saya. Dia pernah jadi Komisi Etik KPK, memeriksa pimpinan KPK. Dia dapat tiga piagam penghargaan dari KPK, dua ke instansi satu ke pribadinya. Dia punya passion waktu jadi Rektor Paramadina, 3 SKS tentang pemberantasan korupsi, pelajaran pilihan. Ketika saya di KPK hanya pernah ketemu dia sekali waktu meluncurkan single data. Saya hadir di Balai Kota.

Lepas dari kemudian ada kasus Formula E yang diributkan. Itu saya gambar sendiri, sejak hari pertama ide Formula E sampai pelaksanaannya di Juni 2022. Saya pelajari. Waktu itu ditanya beberapa teman-teman, Anies ini mau ditersangkakan pasal berapa? Kerugian negaranya ada tidak? Tidak ada kerugian negara, malah untung. Terus, ada tidak ada conflict of interest? Tidak. Atau dia mengambil sesuatu? Tidak. Jadi dari penilaian saya, memang dia punya passion.

Terus orang bingung, Bang Saut ini udah Batak, Kristen, Taliban juga, kok dukung Anies. Saya di KPK dibilang Taliban waktu mereka mau mengeluarkan penyidik Novel Baswedan CS.

Anda Taliban Islam apa Taliban Kristen?

Makanya bingung. Beberapa teman bilang, memang kamu Taliban Pak Saut. Talib itu pejuang. Pejuang anti korupsi, ha ha ha

Ya okelah dalam hal tokoh anti korupsi, siapa gak kenal Bang Saut. Tapi kristen.

Iya iya iya ha ha ha. Jangankan orang lain, saya sekeluarga itu 12 orang. Saya nomor delapan. Lima di antaranya ributin saya terus. Tapi kan kita harus yakinkan bahwa yang kita create ini nilai, bukan soal agama. Waktu itu konsentrasi di pilkada DKI ternyata membuat kita rusak. Itu yang membuat saya berontak, saya keluar di situ.

Orang (Anies) kalau udah sekolah di Amerika, itu cair semuanya. Itu logika sementara kita. Makanya dalam pengertian itu, buat saya itu sudah selesai. Orang tua saya Batak Kristen hidup di Aceh, berjuang tahun 1945 di Aceh. Kita tahu Aceh kepercayaannya bagimana. Kami bisa hidup di sana.

Buat saya dan keluarga, walaupun kadang beberapa keluarga masih mendebat saya kenapa pilihannya di situ, tapi mereka akhirnya cair juga. Mereka pikir apa dasarnya begitu. Istri juga kadang-kadangan diprotes kalau berdebat.

Terus?

Kok larinya ke sono, katanya begitu. Saya bilang, soal agama di kami itu udah selesai. Adik papa saya muslim. Istri keluarganya juga. Jadi agama tuh sudah cair, tidak ada hitung-hitungan. Kami melihatnya nilai.

Agama tidak bisa dijadikan status stereotip ya?

Ya. Kita harus hargai perbedaan itu.

Walaupun selama ini konstituen utama Anies dari kelompok komunitas Islam. Jadi gak ada kendala dengan itu?

Karena pada pada bagian lain, 30 tahun saya bekerja di dunia “gelap” itu saya kan berada di tengah. Saat mahasiswa saya lebih dekat dengan HMI daripada GMKI dan GMNI.

Menarik. Model begini harusnya dimasyarakatkan supaya polarisasi tidak semakin mengeras. Sebenarnya polarisasai seperti ini bisa hilang?

Bisa. Setiap orang kan dinilai dari apa yang dia kerjakan. Waktu di DKI, izin lebih dari 30 gereja baru dikeluarkan oleh Anies. Tapi dia tidak ngomong. Banyak orang-orang Kristen tidak tahu juga. Bahkan ada gereja yang sejak republik ini berdiri tidak ada izinnya, lalu izin keluar dari Anies. Dengan humble dia mendatangi masjid atau mushola yang tidak setuju. Kemudian dia salat di situ, lalu selesai semuanya. Di situ power of dialog. Itu sangat ada di dia.

Jadi kekhawatiran atau atau kecurigaan bahaya politik identitas, yang sering dituduhkan berkaitan dengan peran Anies Baswedan itu tidak berdasar?

Itu sebenarnya sesuatu yang sangat stereotip dan fobia saja. Anies selalu menyuguhkan gagasan, narasi, dan karya. Itu sudah terbukti di DKI Jakarta.

Jadi bahaya politik identitas, yang identik dengan Anies Baswedan, itu sudah tidak relevan lagi menurut Anda?

Sangat tidak relevan dan itu sudah dibuktikan. Bukan hanya dengan kata-kata, tapi sudah terbukti yang dia lakukan selama lima tahun di DKI Jakarta. Kita bisa melihat sampai ke hal-hal yang detail soal lingkungan, Covid-19. Itu datang dari pribadinya, bukan karena kekuatan politik. Dia enggak punya partai politik.

Anda percaya dia? 

Tentu, tidak ragu-ragu

Jadi harapan Anda apa? Republik ini akan bisa lebih baik dalam pemberantasan korupsi? Tidak akan terjadi penyakit korupsi kalau Anies menjadi presiden?

Kenapa Indonesia dapat angka indeks korupsi 34? Waktu saya keluar dari KPK angkanya 40. Kalau kita jabarkan satu per satu, semua yang disasar itu kehidupan masyarakat di antaranya keadilan hukum. Tapi bagaimana para penegak hukum kita? Bagaimana lingkungan kita, kesehatan? Bagaimana pendapatan negara dan seterusnya?

Kita tau angka Rp 349 triliun di tangan Pak Mahfud MD sampai sekarang belum belum selesai. [Pada tahun lalu, Menko Polhukam Mahfud MD menyampaikan dugaan tindak pidana pencucuian uang di Kemenkeu hingga Rp 349 yang terjadi dalam beberapa tahun]. Negara bisa rugi ratusan triliun rupiah per tahun. Enggak tahu siapa yang mengambil karena belum bisa dibuktikan.

Tetapi indikasi-indikasi itu semuanya karena mismanagement, conflict of interest, kemudian lari ke favoritism baru korupsi yang intinya adalah bukan mereka tidak punya niat, tapi orang yang memberantas korupsi itu bermasalah dengan integritasnya dan sebagian inkompeten, misalnya kasus mantan Ketua KPK Firli Bahuri.

Anies kan selalu dikritik, dia pintar artikulasinya. Bikin narasi jagoan, menyihir kalau sudah pidato. Jadi enggak akan terkecoh soal itu?

Beda. Kalau lihat seseorang sebagai manusia itu tidak boleh lepas dari gagasan dan harus meyakinkan orang. Ketika karya nyatanya tidak ada wise, cemplungin saja orang itu kecomberan. Dia punya gagasan, narasi, karya. Banyak di antara kita punya gagasan, narasi, tapi karyanya tidak ada.

Jadi kasus Firli Bahuri sedang dibereskan?

Itu harapannya. Kan kemarin macam-macam, ada orang bilang sandera-menyandra. Kita enggak mau, makanya kita hargai Pak Kapolri Sigit, bukan saja karena dia menyelamatkan muka KPK. Biasanya kan terbalik. Beliau juga menyelamatkan beberapa orang yang dibuang oleh Firli. Sebanyak 57 orang dibuang begitu saja, termasuk Novel Baswedan diterima oleh Pak Sigit untuk kemudian mereka sekarang ngantor di lantai lantai 10.

Kalau pertanyaan tadi, bagaimana ke depan, kita bisa. Harus menyelesaikan indeks persepsi korupsi yang 34 ini. Minimal kita di atas Malaysia 50, Karena Singapura kan 80. Kita harus mulai dari sekarang. Yang saya sayangkan dari Pak Jokowi, begitu dia menurun, untuk menaikin indeks persepsi korupsinya naik satu, susah loh. Sekarang kita jatuhnya lebih enam.

Saya belum tergoda ngomong Pak Jokowi. Nanti dulu.

Ha ha ha ha (tertawa bersama)

Anda bilang tadi alasannya yang kira-kira potensi korupsinya kecil. Bukankah figur Mahfud MD itu cukup punya integritas?

Iya. Kembali lagi soal gagasan, narasi, dan karya. Masih ingat dua bulan lalu Pak Mahfud mengeluarkan buku lebih dari 80 halaman? Saya baca detail. Salah satunya dia menyebutkan akan melakukan beberapa program setelah 2024 terkait penegakan hukum dan anti korupsi. Dalam hati saya, Pak Mahfud kenapa nunggu nanti, sekarang aja jalanin.

Ketika dia jadi Menko Polhukam?

Iya. Dia bikin buku 80 halaman rekomendasi bagaimana penegakan hukum, salah satu di antaranya yang saya ingat benar, mereka mengkritisi juga polisi yang banyak di mana-mana. Dikritik juga di situ. Seharusnya sudah bukan gagasan lagi kalau Pak Mahfud.

Pak Mahfud juga bukan sekadar ngomong, sudah melakukan tindakan, mendorong ke arah yang lebih baik secara hukum.

Yes, termasuk yang Rp 349 triliun itu. Dia katakan ada beberapa diselesaikan. Tapi dia masih slow, sangat-sangat slow down. Saya paham dia mengatakan, gue jadi wakil presiden biar bisa kencengin. Tapi presidennya kan risikonya juga tinggi. Ukuran pertama personality, integrity perorangan

Anda kaitkan dengan kasus?

Boleh dibilang banyak. Maksud saya, tidak hanya itu ukurannya. Bagaimana beliau menyelesaikan Jawa Tengah, banyak isu-isu yang dikaitkan dengan integrity. Jadi, tanpa harus menjelekkan calon yang lain. Karena kalau saling dibuka, ini akan akan jelek. Kami hanya mengatakan punya barang lebih bagus dari toko sebelah.

Bagaimana dengan Prabowo? Masa tidak ada bagusnya?

Itu silakan publik. Tapi kita lihat bagaimana di Kementerian Pertahanan. Food estate itu kan problem sebenarnya. Kalau dia berintegritas, enggak mungkin juga nanam singkong di atas pasir, sehingga umbinya enggak keluar.

Kalau Anda pemimpin kan harus detail, karena ini menyangkut ketahanan pangan. Kok bisa gagal total begitu. Saya anggap leadershipnya jauh dari yang diharapkan. Itu baru bicara satu produk, belum bicara cerita menanam yang lain-lain.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...