The Lean Startup: Strategi Torch Masuk ke Ekosistem Amazon

Ekosistem digital berperan besar dalam membuka perluasan pasar dan meningkatkan resiliensi UKM.
Sahistya Dhanesworo
13 September 2022, 13:37
Torch
Katadata

Menembus pasar luar negeri menjadi tujuan dari banyak usaha kecil dan menengah (UKM). Luasnya pasar tentu akan berimbas besar bagi eksistensi UKM baik dari segi profit, maupun resiliensi.

Di Indonesia, sudah banyak brand yang menjajal persaingan di kancah internasional, dan Torch adalah salah satunya. Hebatnya, usia Torch baru menginjak 7 tahun, karena baru lahir pada 2015 lalu.

Pendiri Torch, Ben Wirawan, mengungkapkan kesuksesan Torch untuk tumbuh dan bertahan di tengah ketatnya persaingan dipengaruhi oleh banyak faktor. Hal ini diungkapkannya lebih lanjut dalam wawancara bersama Katadata Sisi+ yang turut menghadirkan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.

Dalam wawancara tersebut, Ben dan Teten mengungkapkan bahwa ekosistem digital berperan besar dalam membuka perluasan pasar dan meningkatkan resiliensi UKM.

“Jawabannya satu kata, digital. Jadi sebenarnya yang dijual kan masih sama, metodologi menjualnya yang berbeda,” terang Ben.

Mengkomentari hal ini, Teten Masduki menyatakan bahwa ekosistem digital juga mendorong pelaku UKM untuk melakukan pendekatan yang berbeda terhadap pasar. Teten menuturkan keberadaan media sosial membuat selera pasar tak lagi dikendalikan oleh media-media besar layaknya pada era televisi.

Keberadaan media sosial, lanjutnya, juga membantu pelaku UKM untuk bisa bersaing secara setara dengan pemain-pemain besar dalam segi pemasaran.

“Makanya sekarang equality untuk kompetisi itu terjadi di era medsos ini. Sekarang brand besar misalnya, mereka kan dulu bisa melakukan media buying. Sekarang kan dengan medsos semua orang bisa punya etalase sendiri dan murah (biaya pemasarannya),” kata mantan aktivis anti korupsi itu.

Dalam hal resiliensi UKM, Ben menuturkan bahwa transformasi digital merupakan hal yang krusial untuk dilakukan pelaku UKM bila ingin terus bersaing di pasaran.

“Yang tetap sustain banyak kalau sekarang, karena begini, dulu kita udah jago jualan distro tapi jualannya caranya masih tradisional. Begitu sekarang kita dipersenjatai oleh teknologi digital, kita tinggal transformasi. Yang gak berhasil yang gimana? Yang nggak bisa transformasi digital,” ungkap Ben memberikan gambaran.

Dalam wawancara tersebut, Ben juga menjelaskan perbedaan perusahaannya dengan perusahaan-perusahaan lama dalam hal model bisnis.

Ben menerapkan model The Lean Startup di mana perusahaanya menggandeng pelaku-pelaku UKM lain menjadi bagian dari rantai pasoknya. Model tersebut diakui Ben jauh lebih efisien ketimbang model bisnis lama yang mengharuskan pelaku bisnis menangani semua lini secara mandiri.

Tak hanya efisien, Ben menyatakan bahwa model The Lean Startup juga mendorong pelaku-pelaku usaha lain turut tumbuh bersama perusahaannya.

“Siapa yang mau gede, gede bareng sama Torch. Jadi belajar bersama. Kita bantu mereka pemasaran, mereka bantu kita produksi.” terang Ben.

Ben juga mengonfirmasi bahwa model The Lean Startup pula yang membantu perusahaannya untuk, tak hanya bersaing di pasar internasional, namun juga sukses masuk ke ekosistem Amazon.

“Strateginya sama, semua yang di hulunya kaya tadi gitu (ditangani oleh pelaku usaha lain), cuma gudangnya kita ganti di Amerika. Kan gudang di Indonesia juga bukan punya kita, gudang di Amerika juga bukan punya kita. Cuma itu partner kita,” tuturnya.

Untuk produksi, Ben mengungkapkan bahwa prosesnya tetap dilakukan di Indonesia.

“Diproduksi di sini, dipisahin di sini, dikirim ke Amerika, ditaruh di gudang Amerika, masuk ke Amazon. Dan di Amazon kita bisa baca produk apa saja yang laku, yang mana yang turun (penjualannya), warna apa yang bagus,” ungkapnya.

Menambahkan Ben, Teten Masduki menghimbau kepada para pelaku UKM untuk melakukan riset terlebih dahulu sebelum penetrasi ke pasar, terutama pasar luar negeri.

“Pokoknya sekarang semua harus riset market dulu, baru memproduksi barang. Artinya UMKM itu harus memproduksi barang yang pasti laku. Itu penting. Karena banyak yang kemudian asal buat setelah itu bingung menjualnya karena marketnya nggak ada,” terangnya.

Teten juga menegaskan bahwa Kemenkop UKM memiliki sejumlah program guna mendukung upaya ekspor produk UMKM. Program-program tersebut meliputi sertifikasi, pembiayaan, pendampingan, kemitraan, hingga penyediaan ekosistem digital.

Untuk sertifikasi, Kemenkop UKM memfasilitasi pelaku UMKM untuk mendapatkan ISO 9001:2015, HACCP, FSSC, verifikasi legalitas kayu organik, dan Good Manufacturing Practice.

Kemenkop UKM juga mengadakan pendampingan dan pelatihan ekspor berbasis kemitraan, capacity building procedure, klasterisasi pelaku UKM, akses pembiayaan, dan investasi ekspor.

Terkait pembiayaan, Kemenkop UKM menggandeng BNI dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk mengidentifikasi kebutuhan pembiayaan ekspor UMKM.

Kemenkop UKM juga proaktif dalam mengadakan pameran di dalam dan luar negeri guna mendukung perluasan pasar UMKM, serta menggandeng sejumlah retail internasional seperti IKEA, UNIQLO, Lulu Accord Group, dan mitra internasional lainnya.

Sementara untuk ekosistem digital, Kemenkop UKM telah membangun SMEsta.id sebagai portal nasional untuk mendukung peningkatan akses pasar, pelatihan, perizinan, standarisasi, dan informasi pasar negara tujuan ekspor.

Obrolan lebih lengkap antara Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dengan Pendiri Torch, Ben Wirawan bisa disaksikan dalam tayangan video yang bisa diakses disini.

 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...