GOTOKO Ajak Warung Go Digital dan Optimistis Hadapi Spekulasi Resesi
PT Gerai Cepat Untung (GOTOKO), platform end-to-end e-B2B yang melayani pemilik warung untuk kulakan secara digital, mengajak pengusaha kecil menengah yang bergerak di bidang retail untuk tetap optimistis di tengah spekulasi akan datangnya resesi.
Hal itu diungkapkan CEO dan Presiden Direktur GOTOKO Gurnoor Singh Dhillon saat menjadi salah satu panelis dalam sesi Digital Economy pada G20 Digital Transformation Expo Parallel Event: Digital Industry Collaboration To Enhance Digital Transformation yang digagas Kemenkominfo dan ITF, Senin (14/11).
Gurnoor memandang Indonesia sebagai pasar sedang berkembang dengan basis permintaan yang kuat. Sulit untuk memprediksikan resesi, namun jika ada tekanan tersebut setiap sektor akan memiliki dampak yang berbeda. Ia menilai orang mungkin akan mengurangi daya belanja, namun untuk kebutuhan-kebutuhan mendasar itu akan tetap ada, mereka akan tetap belanja mi instan, sabun, atau kopi di warung.
“Di sisi lain, tekanan resesi kemungkinan akan berdampak pada rantai pasokan barang, yang mengarah pada tantangan pengadaan persediaan bagi pemilik warung. Situasi ini mirip pandemi lalu, akan memotivasi pemilik warung untuk mengubah cara mereka berbisnis,” kata Gurnoor.
“Saya percaya perubahan adalah pola pikir, dan dalam krisis seperti ini, pemilik warung akan lebih terbuka untuk beralih ke digital dan bekerja dengan platform seperti GOTOKO, yang bertujuan untuk membantu pemilik warung mengembangkan bisnisnya, memungkinkan mereka untuk bersaing dan berkembang, bukan hanya bertahan hidup.”
GOTOKO bergabung dalam Industry Task Force (ITF) G20 Kementerian Komunikasi dan Informatika, yang bertujuan mendorong pemulihan melalui kolaborasi untuk mewujudkan transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, dan berkelanjutan.
Transformasi digital telah terbukti menciptakan kemampuan bertahan di masa pandemi, juga sebagai bekal untuk mendorong bisnis, termasuk bagi pelaku UMKM dan pemilik warung. Ketangguhan warung dalam menghadapi krisis telah terbukti saat pandemi memuncak.
Riset Nielsen (2020) menunjukkan bahwa 70% masyarakat Indonesia lebih memilih berbelanja kebutuhan di warung dibandingkan secara daring. Dari nilai ekonomi pasar ritel nasional yang mencapai US$ 75 miliar, warung juga memiliki kontribusi hingga 80%, serta memiliki kontribusi terhadap PDB empat kali lipat lebih besar dibandingkan ritel modern.
Posisi yang vital dalam ekonomi nasional ini pula yang membuat Gurnoor yakin, ketangguhan warung sebagai sarana perdagangan utama masyarakat Indonesia bisa menjadi salah satu tulang punggung ekonomi nasional dalam menghadapi potensi resesi. Tidak hanya itu, implementasi teknologi akan membuka lebih banyak peluang pertumbuhan.
Saat ini diperkirakan ada sekitar 3 juta warung di Indonesia, namun baru ada sekitar 600.000 warung yang dapat dijangkau dengan baik secara langsung oleh brand principals. Sementara sisanya atau 80% belum dijangkau dengan baik sehingga mengalami tantangan dalam memenuhi pasokannya atau sering disebut underserved retailers. Mereka perlu belanja pasokan di banyak agen yang menghabiskan biaya lebih tinggi.
“Kami di GOTOKO memiliki komitmen untuk menjadi platform pilihan sekaligus sahabat terbaik warung untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Melalui teknologi kami memiliki visi membantu pemilik warung untuk menjalankan bisnis lebih efisien agar kehidupan pemilik warung dapat meningkat,” kata Gurnoor.
Warung Go Digital
Sekretaris Jenderal Kemenkominfo sekaligus Chair Digital Economy Working Group (DEWG) G20 Mira Tayyiba mengatakan, transformasi digital merupakan salah satu fokus utama DEWG G20. Ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan literasi digital sebagai aspek kunci dalam pengembangan ekonomi digital.
“Sebagai kementerian yang bertanggung jawab atas DEWG sekaligus regulator dalam isu-isu digital di Indonesia, Kemenkominfo berpandangan bahwa Presidensi G20 Indonesia dapat berkontribusi besar dalam agenda mencapai pemulihan global bersama dan lebih kuat melalui transformasi digital,” katanya saat membuka G20 Digital Transformation Expo Parallel Event.
Menurut dia, pengembangan kemampuan serta literasi digital akan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan ekonomi digital yang lebih inklusif dalam jangka panjang.
Berdasarkan data Kemenkominfo, indeks literasi digital Indonesia pada 2021 berada pada skor 3,49. Skor tersebut menempatkan Indonesia berada pada kategori menengah. Untuk meningkatkan taraf literasi digital, pemerintah juga menargetkan 30 juta UMKM untuk go digital pada 2024.
Mira mengatakan, Kemenkominfo juga turut mendorong adanya kolaborasi antar pelaku industri dalam mempercepat transformasi digital.
Adapun Gurnoor mengatakan, kolaborasi merupakan kunci untuk menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan. Collaboration with compassion merupakan inti dari operasi GOTOKO. Dibandingkan mendisrupsi atau menggantikan operasi bisnis warung secara konvensional, kehadiran GOTOKO dapat memberikan efisiensi bisnis.
“Perusahaan teknologi perlu menciptakan nilai, alih-alih menjadi pendisrupsi. Model bisnis yang bersifat disrupsi memiliki keterbatasan untuk tumbuh karena hanya memindahkan permintaan dari satu tempat ke tempat lain. Dengan collaboration with compassion, GOTOKO hadir tidak sebagai disruptor, melainkan sebagai enabler yang bertujuan memberikan nilai tambah lebih dengan menciptakan efisiensi bisnis,” kata Gurnoor.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi digital bersama mitra ITF, meskipun memiliki segmen bisnis serupa. Dengan peran vital warung sebagai sarana perdagangan utama di Indonesia, transformasi digital bagi warung menjadi hal yang sangat penting terutama di situasi-situasi menantang seperti saat ini.