Prinsip Berkelanjutan, Kunci Industri Makanan dan Minuman
Implementasi bisnis berkelanjutan penting diterapkan pada industri makanan dan minuman atau food and beverages (F&B). Prinsip berkelanjutan yang mencakup sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan ini perlu diterapkan karena kedekatannya pada kebutuhan dasar masyarakat.
Berdasarkan survei Katadata Insight Center mengenai Persepsi Konsumen terhadap Produk Berkelanjutan, dari 3.631 responden, 60,5 persennya mengatakan mereka ingin membeli produk ramah lingkungan mulai dari bahan baku, produksi, sampai kemasan. Dan produk makanan menempati posisi teratas sebagai produk ramah lingkungan yang ingin dibeli.
Responden survei KIC pun bersedia membeli produk yang dibuat oleh merek atau perusahaan yang diyakini memiliki gerakan cinta lingkungan dan kesehatan. Pernyataan ini mendapat skor 7,61 dari skala 10.
“Ini justifikasi kalau F&B itu penting menjadi industri yang sustainable,” ucap Board Member of Sustainability Platforms Fitrian Ardiansyah pada Katadata (13/1).
Menurut Fitrian, penting untuk melihat bagaimana Life Cycle Analysis industri F&B. Sebab penerapan praktik berkelanjutan dalam industri ini tidak hanya dibatasi pada proses produksi, melainkan keseluruhan aspek dari hulu sampai ke hilir, dari bahan baku sampai pengemasan.
Di hulu, ini berkaitan dengan bahan baku yang digunakan. Sumbernya dari banyak sektor, seperti perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Fitrian mencontohkan, perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan perusahaan global, sebab tekanan pasar luar negeri, akan menggunakan bahan baku yang menerapkan NDPE (No Deforestation, No Peat, and No Exploitation).
Di tingkat lokal, lanjutnya, beberapa perusahaan seperti Pipiltin, Krakakoa, Javara, tidak hanya membeli bahan baku dari lahan berkelanjutan, tapi juga berkontribusi balik pada petani dengan memberikan pelatihan bertani secara berkelanjutan.
“Jadi bukan hanya dominasi transaksi finansial, tapi juga transaksi sosial. Dengan begini, model-model bisnis lestari bisa dijalankan. Saat-saat pandemi, model bisnis yang punya impact seperti ini bertahan,” ucapnya.
Proses bisnis kedua yang perlu menerapkan sustainability adalah lini produksi. Proses industri ini melibatkan air dan listrik. Perlu upaya untuk mengurangi dan efisiensi pada keduanya. Termasuk mengurangi penggunaan batu bara menjadi energi terbarukan, seperti penggunaan biomassa dan panel surya.
Untuk penanganan limbah, kemasan menjadi isu besar dalam industri makanan dan minuman, baik di Indonesia maupun dunia. Berdasarkan Brand Audit Report organisasi nirlaba Break Free from Plastic, industri makanan dan minuman masuk dalam lima besar korporasi penghasil limbah kemasan terbanyak.
Menurut Fitrian, seharusnya korporasi turut bertanggung jawab dalam pengolahan limbah kemasan ini. Contohnya, perusahaan membuat pos-pos pengumpulan limbah kemasan untuk didaur ulang. Atau perusahaan berinovasi memberikan potongan harga bagi pembeli yang membawa kemasan produk bekas pakainya.
“Sebagian profit perusahaan mestinya ada untuk pengolahan limbah. Dengan begini, ekonomi sirkular bisa diwujudkan,” ujarnya.
Fitrian mengakui bahwa sustainability di sektor industri makanan dan minuman masih menghadapi beberapa tantangan. Pertama soal sertifikasi berkelanjutan, ini baru ada di hulu, sedangkan sertifikasi industri F&B secara keseluruhan belum ada.
Kedua, belum ada kebijakan pemerintah untuk memberikan insentif bagi perusahaan yang melaksanakan praktik berkelanjutan. Modal awal untuk memasang instalasi hijau tidak murah. Jika dibebankan pada perusahaan, maka perusahaan akan meningkatkan harga produk. Konsumen bisa dirugikan.
Ketiga, investasi hijau. Di Indonesia, skema investasi hijau ini masih dipertanyakan kemudahan aksesnya. “Di luar negeri, perbankan ada rate yang lebih kompetitif untuk green facility. Jadi konsumen bisa berkontribusi membeli produk yang sustainable dan harganya gak mahal. Karena untuk industri F&B, harga itu penting,” tuturnya.
Di tengah pekerjaan rumah yang perlu dibenahi, industri F&B juga mencatatkan beberapa hasil positif. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, industri yang memproduksi kebutuhan pokok masyarakat ini bertahan selama Pandemi Covid-19. Secara ekonomi, pada kuartal II 2022 saja, F&B sudah menarik investasi sebesar 21,3 triliun rupiah.
KCSI Dorong Industri F&B Berkelanjutan
Expert Panel KIC Mulya Amri mengatakan bahwa mengukur praktik berkelanjutan dalam industri makanan dan minuman perlu dilakukan karena industri ini berkaitan langsung dengan kebutuhan pokok masyarakat.
Katadata Insight Center (KIC) melalui Katadata Corporate Sustainability Index (KCSI) kemudian melakukan perhitungan indeks pada 18 perusahaan F&B yang melaporkan keuangan berkelanjutannya pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Penilaian ini berdasarkan Panduan OJK Nomor 51 Tahun 2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jas Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik. “KIC menggunakan panduan OJK dan CDP untuk perhitungan indeks sebab keduanya membuat panduan yang mudah dipahami,” tutur Muly sapaan akrab Mulya Amri pada Katadata (12/1).
Indikator penilaian sektor F&B dilihat dari energi dan air berupa efisiensi energi listrik dan air, pengurangan emisi, pengelolaan limbah cair dan padat, serta upaya sosial dan lingkungan hidup.
Dari 18 perusahaan tersebut terpilih tiga perusahaan dengan skor indeks tertinggi. Di posisi pertama, PT Sentra Food Indonesia Tbk dengan skor 67,2. Perusahaan ini melakukan upaya berkelanjutan dengan menggunakan teknologi terkini untuk mendorong efisiensi energi. Selain itu, Sentra Food Indonesia juga mengelola limbah cair, padat, dan B3 sesuai aturan yang berlaku.
Di peringkat kedua ada Paca Mitra Multiperdana dengan nilai skor 65,6. Pada 2021, perusahaan ini melakukan penghematan biaya energi listrik senilai US$ 17.330. perusahaan juga mendaur ulang limbah menjadi pakan ternak dan produk plastik.
Di posisi ketiga, PT Wahana Interfood Nusantara Tbk dengan nilai skor 65. Pada 2021, perusahaan mengurangi 91 persen limbah cair dan mengurangi konsumsi air hingga 91,2 persen. Perusahaan juga menggunakan mesin produksi dengan teknologi terbaru yang memiliki kapasitas besar namun lebih efisien dalam penggunaan energi.
Corporate Secretary PT PANCA Mitra Multiperdana Tbk Christian Jonathan Sutanto mengatakan dalam acara Katadata Corporate Sustainable Awards (24/8/22) bahwa perusahaannya akan meningkatkan upaya penerapan parktik berkelanjutan dalam bisnisnya
“Mudah-mudahan dengan ini tingkat kepedulian perusahaan di Indonesia terhadap praktik berkelanjutan juga semakin tinggi,” ucapnya.
Fitrian juga menekankan soal tantangan-tantangan yang masih dihadapi perusahaan khususnya sektor F&B ini. “Kolaborasi berbagai stakeholder mulai dari pemerintah, industri, perbankan, sampai ke konsumen perlu dilakukan. Ini untuk membangun kemandirian berusaha yang mendorong sustainability dari hulu ke hilir,” pungkasnya.