Prospek Cerah Proyek Panas Bumi, PGE Didukung Keuangan Kuat
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) siap menyambut pengembangan proyek Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang dinilai punya potensi bisnis besar dengan sumber daya melimpah.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi panas bumi di Tanah Air mencapai 23,7 GW. Dengan kapasitas pembangkit listrik panas bumi (PLTP) sebesar 2.276 MW, pemanfaatan panas bumi di Indonesia juga menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat (AS).
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno, optimistis unit usaha PGE bisa besar di industri panas bumi. Ia mengakui proyek PLTP yang digarap PGE butuh modal besar. Total investasi yang disiapkan perusahaan sebesar $1,6 miliar (sekitar Rp24,2 triliun) hingga 2027.
"Prospek bisnis yang dimiliki PGE cukup baik meskipun high risk dan high capital, dan minat investor tinggi," katanya, dalam keterangan tertulis.
Keputusan perusahaan melantai di bursa saham alias IPO belum lama ini dinilai tepat sebab PGE meraup dana hingga Rp9 triliun pada Februari 2023.
"Dana IPO sebagian besar untuk modal awal proyek. Tinggal bagaimana PGE dan mitra menjalankannya, baik [mitra] nasional atau swasta asing. Melihat tingginya minat EBT, saya kira PGE tidak akan kesulitan dapat partner sehingga bank tertarik membiayai proyek PGE," ujar Eddy.
Sementara itu, Corporate Secretary PGE Muhammad Baron, menjelaskan PGE telah memiliki pengalaman puluhan tahun dalam meningkatkan kapasitas listrik sebanyak 600 MW dalam 5 tahun ke depan. Adapun, 85 persen dana IPO dialokasikan untuk pengembangan usaha, dan 15 persen digunakan untuk pembayaran utang.
Salah satu yang telah dilakukan adalah rencana penambahan kapasitas terpasang panas bumi sebesar 55 MW di salah satu area operasi PGE di Lumut Balai, Sumatera Selatan, yang ditarget selesai di 2024.
"Dana dari IPO diharapkan dapat mempercepat pengembangan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi," kata Baron.
Per September 2022, PGEO memiliki nilai kas dan setara kas sebesar $230 Juta yang bertambah sekitar $105 juta dari saldo kas per 31 Des 2021. Hal ini menunjukkan PGEO mampu mengelola kas secara baik yang utamanya didapat dari penjualan uap dan listrik ke PLN.
Kontrak penjualan uap dan listrik PGEO merupakan kontrak yang bersifat jangka panjang dan selalu terbayarkan secara tepat waktu.
"Dengan tambahan dana segar IPO, PGEO masih memiliki arus kas yang cukup kuat dan mampu mengatasi kewajiban bayar utang secara tepat waktu," ujar Baron.