Jago Karah Farm, Berkembang dengan Program Pemberdayaan BRI
Terdapat beberapa stigma negatif jika berbicara tentang usaha peternakan ayam. Mulai dari kesan peternakan yang beraroma kurang sedap hingga kebisingan yang dihasilkan dari ayam-ayam di dalamnya.
Walau begitu, kesan kurang baik ini ternyata dapat dipatahkan oleh sebuah kelompok usaha peternakan ayam di Kelurahan Karah, Kecamatan Jambangan, Surabaya, Jawa Timur.
Bernama Jago Karah Farm (JKF), peternakan ayam ini lahir dari ide Lurah setempat bersama dengan empat warga lokal, termasuk pula Akip yang menjabat sebagai ketuanya. Menurut Akip sendiri, kelompok usaha ini merupakan jalan untuk membuka lapangan pekerjaan sekaligus sebagai bentuk amal ibadah.
Dari awal membuat peternakan ayam ini, baik Akip dan rekan-rekannya sudah berencana untuk tidak menimbulkan rasa kurang nyaman kepada masyarakat di sekitar. Oleh karena itu, mereka mengusung konsep peternakan yang minim bau dengan memberikan pangan fermentasi kepada ayam-ayam yang dipelihara.
“Berbeda dari peternakan ayam kebanyakan, JKF yang dibentuk tahun 2022 ini mengusung konsep kandang ayam tanpa aroma bau tak sedap. Sebab, di Surabaya sendiri, apalagi di sekitar lingkungan kami, hanya terdapat jalan dan gang sempit padat penduduk saja,” jelas Akip dalam keterangan tertulis, Kamis (4/4).
Ia menjelaskan, kelompok usaha ini awalnya hanya memiliki 10 jumlah anggota saja. Kemudian, kami berinisiatif untuk membagikan anak ayam yang sudah menetas kepada para warga secara cuma-cuma.
Ketika ayam-ayam tersebut bertelur kembali, mereka wajib mengembalikannya kepada JKF untuk proses pengembangan berikutnya. “Yang semulanya hanya 10 anggota saja, sekarang sudah mencapai 45 peternak yang tergabung ke dalam JKF,” ucap Akip.
Akip dan para rekannya memilih ayam kampung KUB karena ragam keunggulan yang dimiliki. Mulai dari ukurannya yang lebih cepat besar, hingga jumlah telur yang lebih banyak dibandingkan dengan ayam kampung pada umumnya.
JKF juga telah sukses menghasilkan berbagai produk yang kini mereka pasarkan sendiri. Mulai dari pakan ayam yang lebih murah, telur, DOC, dan ayam potong untuk dikonsumsi.
“Kami memiliki sejumlah produk yang bisa dijual. Salah satunya adalah ayam bumbu frozen, yang bisa langsung dimasak. Sementara untuk pemasaran sendiri masih di sekitaran Kelurahan Karah dan sekitarnya. Sebab, sumber daya kami juga masih terbatas untuk melakukan pengiriman ke kota-kota lain, apalagi yang berada di luar Pulau Jawa,” ungkap Akip.
Jadi Lebih Berkembang Berkat Bantuan Klasterku Hidupku dari BRI
Setelah sempat berkutat dengan harga pur pakan ayam yang mahal, kelompok usaha sekarang bisa bernafas dengan lebih ringan berkat bantuan dari BRI.
JKF mendapatkan bantuan prasarana berupa 1 mesin pembuat pelet, mesin pemotong, 1 mesin pencacah rumput, 4 mesin otomatis telur, mesin pembuat tepung, mesin pengering, dan alat-alat perbaikan kendang.
Akip bercerita, setelah mendapatkan bantuan dari BRI, para peternak bisa tersenyum. Sebab, dari bantuan BRI, bisa memenuhi kebutuhan pelet buat para peternak, namun dengan harga yang lebih murah dan sesuai kemampuan.
“Ke depannya, kami berharap supaya BRI bisa terus memberikan bantuan dan dukungan agar usaha ini bisa lebih berkembang dan kalau bisa merapat untuk mewujudkan berbagai program-program yang kami miliki demi kebaikan masyarakat di sekitar,” katanya.
Terkait dengan program pemberdayaan tersebut, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menyampaikan bahwa program Klasterku Hidupku merupakan bentuk komitmen BRI untuk terus mendampingi dan membantu para pelaku usaha di berbagai daerah di Indonesia.
Selain dengan memberikan modal, program ini pun juga mengadakan pelatihan-pelatihan serta program pemberdayaan lainnya yang tentu bermanfaat buat para pengusaha lokal.
“Kami juga mendorong produktivitas kelompok usaha dengan memberikan bantuan peralatan usaha atau sarana prasarana pendukung. Semoga, bantuan yang diberikan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya,” tegasnya.