Pinjam Modal ke BRI, Petani Pepaya Kini Raup Omzet Rp36 Juta Per Bulan
Hidup di desa menuntut setiap orang untuk memiliki kepekaan terhadap setiap peluang usaha yang ada di daerahnya. Mereka yang tinggal di kawasan ini tidak bisa meninggalkan upaya memaksimalkan potensi daerah. Hal inilah yang dilakukan oleh Partini, pelaku usaha petani pepaya yang tinggal di Desa Pace, Kecamatan Silo, Jember, Jawa Timur.
Di tengah kesibukannya mengurus suami dan anak, Partini rupanya punya mimpi besar menjadi pengusaha tani yang sukses. Dia mengakui memulai usaha di bidang pertanian merupakan jalan yang sunyi dan sering dikaitkan dengan citra negatif seperti kotor, tradisional dan tidak menghasilkan banyak cuan.
Padahal, bisnis pertanian saat ini cukup menjanjikan karena kebutuhan terhadap pangan akan selalu meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah.
Contohnya di Desa Pace yang ditinggalinya saat ini. Kata dia, desa tersebut memiliki karakteristik tanah yang subur dan sedikit berpasir.
Oleh karena itu, tanaman yang cocok untuk ditanam adalah pepaya karena tanaman buah ini dapat tumbuh subur pada dataran rendah sampai medium, dengan pengairan yang relatif minim. Satu pohon pepaya bisa menghasilkan puluhan buah. Selain itu, pepaya juga mempunyai waktu panen yang singkat yakni 10-15 hari dibandingkan dengan tumbuhan lainnya.
Partini pun mengaku sudah memetik hasil dari usaha berkebun pepaya California. Dalam satu hektare lahannya, dia bisa menghasilkan pepaya 2-3 ton. Untuk masa tanam pertama, memang membutuhkan waktu 7-8 bulan hinga bisa berbuah. Setelah itu, buah pepaya bisa dipanen setiap 10-15 hari sekali.
"Artinya bisa panen dua kali dalam satu bulan," ujar Partini, dari keterangan tertulis, Kamis (18/4).
Adapun untuk omsetnya, kata Partini, itu tergantung jenis pepayanya. Misalnya saja, jenis pepaya California harganya sekitar Rp6.000/kg. Artinya, jika sekali panen dia menghasilkan 3 ton, Partini bisa mendapatkan omset hingga Rp18 juta dan Rp36 juta untuk dua kali panen.
Menariknya, di satu hektare lahan miliknya, dia tidak hanya bisa menanam pepaya, tetapi juga tanaman lainnya seperti cabe, pepaya, dan terong.
"Jadi bukan hanya pepaya yang bisa saya hasilkan, tapi di bawahnya itu bisa saya tanami sayur-sayuran. Meskipun sedikit, tanaman tersebut bisa dijual ke warung-warung sekitar untuk tambah-tambah uang dapur," terangnya.
Kendati demikian, memiliki usaha tak selalu berjalan mulus, adakalanya jatuh bangun. Partini mengaku sempat kehabisan modal karena tanamannya diserang hama. Sementara di satu sisi, dia tetap harus menjalankan usahanya demi bertahan hidup.
Beruntung PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk hadir untuk memberikan pinjaman ultra mikro bernama KECE (Kredit Cepat). Dia mengetahui produk perbankan itu setelah diberitau oleh tetangganya bahwa ada produk pinjaman KECE.
“Saya cari tahu ke sana kemari, ternyata produk ini sesuai dengan yang saya butuhkan karena tidak perlu pakai agunan. Yang penting sudah punya usaha dan omset buat bayar angsuran," katanya.
Makin Produktif Berkat Kredit Cepat (KECE) BRI
Partini mengaku merasakan manfaat dukungan pendanaan dari BRI, sehingga bisa memiliki usaha yang lebih besar seperti sekarang ini. Partini mendapatkan pendanaan dari program KECE BRI sebesar Rp5 juta yang semuanya dimanfaatkan untuk menambah modal memajukan usaha perkebunan pepayanya.
"Awal dapat pinjaman itu hanya Rp5 juta, tapi kemarin saya baru ambil lagi sudah bisa dapat Rp7 juta," ujar Partini.
Menariknya, kata Partini, program KECE dari BRI bukan hanya sebatas pada penyaluran dana, melainkan ada pelatihan yang diberikan oleh mantri BRI sehingga bisa lebih produktif.
"Sebelumnya, saya hanya jual pepaya saja, barangnya ambil dari petani. Sekarang saya punya perkebunannya di beberapa lokasi. Bahkan saya juga jual bibit, jadi para petani yang beli bibit ke saya sekarang," kata Partini menjelaskan.
Dia mengaku bukan hanya diberikan pemahaman tentang bagaimana mengelola bisnis yang inovatif, tapi juga diberikan edukasi tentang pembayaran lewat digital. Menurut Partini, hal-hal seperti itu sangat membantu di era digitalisasi seperti sekarang ini.
“Dulu itu saya tidak tahu bagaimana cara mengecek transferan yang sudah masuk, tapi semenjak dapat pinjaman dari KECE ini, saya bisa lihat langsung kalau transferan sudah masuk. Saya cukup lihat dari hape saja,” dia menambahkan.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan perseroan akan terus mendorong pemberdayaan segmen Ultra Mikro sebagai upaya mengakselerasi ekonomi Indonesia secara optimal.
“Terbukanya akses pembiayaan bagi usaha UMi akan memberikan fleksibilitas dan daya adaptasi yang baik bagi pengembangan usaha. Di samping itu, mendekatkan jangkauan inklusi keuangan pada kelompok ini dapat membuka ruang tumbuh usaha menjadi lebih luas sehingga saving capacity pun ikut meningkat,” ujar Supari.