Inisiatif JI4SIUM Hadir untuk Dukung Upaya Pengurangan Polusi Udara
Intelligent Transport System (ITS) Indonesia, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, dan 5P Global Movement meluncurkan Jakarta Initiative for Sustainable and Intelligent Urban Mobility (JI4SIUM).
Inisiatif ini didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dan Kementerian Perhubungan, serta 17 organisasi lainnya.
JI4SIUM dibentuk untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong kemitraan dalam mempercepat transisi menuju mobilitas listrik di wilayah perkotaan melalui berbagai program. Salah satu upayanya adalah kerja sama pemerintah, sektor swasta, dan investor untuk menyusun roadmap transisi ke kendaraan listrik, serta mendukung pengembangan proyek kendaraan listrik di kota-kota besar di Indonesia.
Presiden ITS Indonesia William Sabandar berharap, pada 2035 setidaknya 10 kota di Indonesia telah beralih ke kendaraan listrik dengan total penetrasi populasi kendaraan lebih dari 50 persen. Sektor swasta memegang peran penting untuk mendorong hal ini.
"Dengan berinvestasi dalam praktik berkelanjutan dan teknologi inovatif, bisnis tidak hanya berkontribusi dalam mengurangi polusi udara tetapi juga membuka manfaat ekonomi yang signifikan,” ujar William dalam sesi diskusi bertajuk From Theory to Collective Action dalam perhelatan Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024, di Jakarta, Jumat (6/9).
Editor buku “Strategi Transformasi Bangsa, Prabowo Subianto“ Dirgayuza Setiawan menyampaikan, JI4SIUM sejalan dengan visi besar pemerintah baru untuk menciptakan Indonesia yang lebih bersih, sehat, dan tangguh terhadap perubahan iklim.
Menurutnya, pemerintahan baru perlu memprioritaskan strategi pertumbuhan hijau dengan berfokus pada percepatan transformasi kendaraan listrik serta bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
“Pengendalian polusi udara melalui langkah inovatif yang tepat akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih hijau dan mempercepat upaya dekarbonisasi," tuturnya.
Tiga Terobosan Pengendalian Polusi Udara
Dalam kesempatan berbeda, tiga pakar mengungkapkan tiga strategi untuk menangani polusi udara. Pertama, perlu ada basis data yang akurat berdasarkan standar nasional dan internasional, serta pedoman kesehatan yang mencakup kuantifikasi dampak polusi.
Kedua, dibutuhkan adanya aksi kolektif antara semua pemangku kepentingan untuk mempercepat Tindakan mitigasi dan mencapai hasil berkelanjutan. Ketiga, perlu ada mobilisasi pedanaan dari sektor publik, swasta, serta bank Pembangunan multilateral untuk meningkatkan kualitas udara di kawasan Asia dan Pasifik.
Partner and Head of APAC Sustainable Finance and Policy Systemiq Masyita Crystallin menyampaikan, kolaborasi yang kuat dapat mendorong perubahan nyata dalam kualitas udara di Indonesia sambil tetap menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Pada akhir tahun ini, Systemiq akan meluncurkan white paper bertajuk 'Better Air, Better Indonesia: The Economic And Political Case For Urgent And Coordinated Action For Indonesia’s Clean Air,” ungkapnya dalam sesi diskusi berjudul Aksi Kolektif untuk Mengatasi Polusi Udara dalam IISF 2024, di Jakarta, Jumat (6/9).
Dia berharap, dokumen tersebut dapat menjadi panduan oleh pemerintahan yang baru dalam menetapkan kebijakan pengendalian polusi udara.
Sejalan, Bicara Udara menekankan pentingnya integrasi data dan inventarisasi sumber emisi. Saat ini, inventarisasi sumber emisi baru dilakukan di Jakarta, padahal polusi udara bersifat lintas batas dan mempengaruhi kawasan aglomerasi Jakarta yang meliputi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur). Kondisi ini mendorong perlunya proyek percontohan untuk inventarisasi sumber emisi di kawasan tersebut.