Pakar Sebut RI ‘Standout Performer’ di ASEAN, Kepercayaan Investor Menguat
Jakarta - Global Chief Economist Juwai IQI Shan Saeed berpendapat kepercayaan investor kepada Indonesia terus menguat. Hal ini dapat dilihat dari stabilitas Rupiah hingga kapasitas manufaktur yang berkembang.
“Yang paling menentukan, kepercayaan investor terus menguat. Kombinasi stabilitas Rupiah, disiplin makro, kapasitas manufaktur yang mengembang, serta rezim investasi yang kredibel menempatkan Indonesia sebagai standout performer di Asia Tenggara,” kata Saeed dalam keterangan tertulisnya, Jumat (14/11).
Ia menilai Penanaman Modal Asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI) terus menunjukkan percepatan. Sepanjang 2025, FDI diperkirakan mencapai US$52–57 miliar, ditopang oleh komitmen besar pada hilirisasi mineral, baterai kendaraan listrik, petrokimia, pusat data, hingga manufaktur berat.
“Sektor manufaktur menyumbang 38 persen–42 persen dari total FD. Tanda pergeseran struktural Indonesia ke orbit industri bernilai tambah tinggi,” ujar dia.
Ia menuturkan manufaktur tetap menjadi mesin utama pertumbuhan di Indonesia. Keluaran industri tumbuh 4,5%–5,5% dengan didorong oleh lonjakan impor barang modal, kawasan industri baru, dan diversifikasi rantai pasok dari Asia Timur.
Selain itu, hilirisasi nikel, tembaga, dan bauksit memperkuat ekspor bernilai tambah, sekaligus meletakkan dasar industrialisasi jangka panjang.
“Pasar keuangan memperkuat narasi ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendapatkan dukungan arus masuk investor asing, ditopang oleh kinerja emiten yang solid dan likuiditas domestik yang tangguh. Cadangan devisa tetap tinggi, US$140–145 miliar, memberikan bantalan kuat terhadap risiko eksternal,” katanya.
Saeed mengatakan alasannya karena Indonesia memasuki 2025 dengan salah satu fondasi makroekonomi terkuat di kawasan. Ini ditopang “Doktrin Stabilitas Makroekonomi Presiden Prabowo Subianto” yang merupakan kombinasi disiplin antara kehati-hatian fiskal, kendali inflasi, dan ekspansi industri jangka panjang.
“Pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada di kisaran 5,0 persen–5,8 persen, menempatkan Indonesia sebagai salah satu ekonomi dengan kinerja terbaik di Asia,” tuturnya.
Menurutnya, “Doktrin Stabilitas Makro Prabowo” bukan sekadar slogan. Ini adalah arsitektur strategis yang mulai membentuk lintasan baru ekonomi Indonesia.
“Memperkuat fundamental, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memposisikan Indonesia sebagai kekuatan industri baru di Asia,” ucap dia.
Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi PMA sepanjang Januari-September 2025 mencapai Rp644,6 triliun atau 44,9% dari total investasi pada periode yang sama.
Lima besar subsektor PMA itu antara lain:
- Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya: US$10,8 miliar (26,8%)
- Pertambangan: US$3,5 miliar (8,8%)
- Jasa Lainnya: US$3,4 miliar (8,4%)
- Industri Kimia dan Farmasi US$2,6 miliar (6,5%)
- Transportasi Gudang, dan Telekomunikasi: US$2,5 miliar (6,1%)
