Minyak Jelantah Rumah Tangga Masih Banyak Terbuang
Minyak jelantah masih dianggap sekadar sampah oleh kebanyakan masyarakat level rumah tangga di Indonesia. Hal ini terbukti dari survei Katadata Insight Center (KIC) terhadap 140 rumah tangga pengguna minyak goreng pada Agustus-September 2020 lalu. Survei menunjukkan, hanya 35,7 persen responden yang tidak membuang minyak goreng bekas pakainya.
Ada berbagai alasan pelaku rumah tangga tidak mengolah minyak jelantah, mulai dari tidak tahu cara mengolah jelantah (73,3 persen), tidak tahu menjual ke mana (38,9 persen), tidak mau repot (34,4 persen), menganggap minyak bekas berbahaya (23,3 persen), dan lainnya (4,4 persen). Alhasil, rumah tangga yang memanfaatkan nilai ekonomi jelantah dengan menjualnya hanya 3,57 persen.
Survei juga menunjukkan, minat rumah tangga untuk mendaur ulang jelantah sebenarnya cukup tinggi. Berdasar indeks kemauan untuk mendaur ulang dengan skala 1-5, dengan nilai 1 paling rendah dah 5 paling tinggi, didapat angka 4,11 dari rata-rata seluruh responden. Hanya saja, mayoritas responden tidak tahu cara memanfaatkan dan bisa menjual jelantahnya ke mana.
Padahal dengan konsumsi minyak goreng yang mencapai 13 juta liter pada 2019 saja, potensi minyak jelantah yang bisa dihasilkan mencapai 7,8 juta liter. Potensi ini merupakan perhitungan dari hasil survei yang menunjukkan rasio minyak goreng bekas pakai dari rumah tangga mencapai 60,82 persen. Apabila dimanfaatkan dengan baik, potensi minyak jelantah bisa dijadikan berbagai produk, termasuk biodiesel.