CBFM, Solusi Kesejahteraan dan Kelestarian Alam Papua
Tanah Papua dengan luas hutan tersisa 34,7 juta hektare (ha) –sekitar 32 persen luas hutan Indonesia, menyimpan banyak keistimewaan dan potensi. Salah satunya adalah Hutan Manggroholo-Sira, di Sorong Selatan, Papua Barat. Wilayah tempat tinggal Masyarakat Adat Knasaimos ini adalah hutan desa pertama dalam program Perhutanan Sosial di Papua. Status Hutan Desa didapatkan sejak Maret 2017, dikenal sebagai Hutan Kampung oleh masyarakat, karena Papua tidak mengenal Desa.
Adapun luas hutan desa yang mendapat izin pengelolaan di Sira mencapai 1.850 hektar. Sedangkan luas hutan untuk Manggroholo sekitar 1.695 hektar.
Hutan Desa adalah salah satu skema program nasional Perhutanan Sosial dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Program ini sebagai upaya memeratakan kesejahteraan dan mengurangi ketimpangan ekonomi, sekaligus menjaga kelestarian alam.
Greenpeace bersama dengan organisasi nonpemerintah setempat, telah menjalankan program Community Based Forest Management (CBFM). Program tersebut merupakan pengelolaan hutan berbasis kearifan lokal. Pola ini mendorong kegiatan perekonomian yang seimbang dengan konservasi, termasuk penguatan hak-hak dasar masyarakat adat.
Di Manggroholo-Sira, pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang berlimpah menjadi salah satu fokus utama CBFM. Dengan luasan lahan tanaman sagu yang mencapai 40 ha, penjualan pati sagu bisa mencapai Rp 500 ribu/karung (20 kg). Ditambah dengan pembekalan ilmu manajemen produksi dan pemasaran untuk memberi nilai tambah, menjadi bukti nyata aspek konservasi dan perekonomian bisa saling menopang dan berjalan beriringan.