Ekonomi Digital Melesat, tapi Belum Merata
Indonesia telah menjadi salah satu kekuatan ekonomi digital di Asia Tenggara. Pandemi Covid-19 semakin mempercepat penggunaan berbagai layanan internet dan layanan digital lainnya.
Hasil riset Google, Temasek, dan Bain & Company memperkirakan ekonomi digital Indonesia memiliki total nilai penjualan (gross merchandise value/GMV) sebesar US$ 70 miliar.
Angka tersebut memiliki tingkat pertumbuhan majemuk (compound annual growth rate/CAGR) sebesar 49% dibandingkan tahun sebelumnya. Ekonomi digital Indonesia pun diperkirakan meningkat menjadi sebesar US$ 146 miliar pada 2025.
Meski tumbuh pesat, manfaat dari ekonomi digital belum dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat. Bank Dunia mencatat, jumlah orang dewasa yang memiliki akses internet telah melonjak lebih dari tiga kali lipat dari 13% pada 2011 menjadi 51% pada 2019.
Namun, 49% penduduk dewasa pada 2019 masih belum terhubung dengan internet sehingga kesenjangan digital masih tinggi. Kemudian, hanya 4% penduduk Indonesia yang memiliki akses layanan internet fixed broadband (internet kabel dengan jaringan fiber optik).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), keterbatasan sinyal telepon seluler juga masih dirasakan oleh penduduk terutama di daerah perdesaan. Pada 2020, sebanyak 33,8% desa/kelurahan di Kalimantan memiliki sinyal lemah dan 6,9% tidak memiliki sinyal.
Di Bali dan Nusa Tenggara, sebanyak 29,2% desa/kelurahan miliki sinyal lemah dan 2,5% desa/kelurahan tidak ada sinyal.
Untuk menciptakan masa depan ekonomi digital yang lebih merata bagi semua lapisan masyarakat, pemerintah perlu melakukan beberapa langkah seperti pemerataan jaringan internet beserta infrastruktur, melakukan transformasi digital, serta menjaga kerahasiaan dan keamanan data.