Tangkal Hoaks Bersama di Jagad Maya
Berita bohong atau hoaks menjadi ancaman serius di tengah masyarakat. Selain mendorong terjadinya misinformasi, dampak buruk dari hoaks adalah timbulnya konflik dan perpecahan. Mencegah meluasnya hoaks menjadi penting pada era digital seperti sekarang.
Survei Katadata Insight Center (KIC) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 2021 mengamati pola masyarakat Indonesia dalam berbagi informasi dan berita. Hasilnya, sebanyak 93,6 persen masyarakat mengaku berbagi informasi melalui aplikasi pesan singkat Whastapp.
Sementara itu, sebanyak 64,1 persen pengguna mengaku menyebarkan informasi melalui aplikasi Facebook. Di urutan ke tiga dan ke empat, masyarakat gemar menyebarkan informasi di kanal Youtube sebesar 36,4 persen dan melalui Instagram sebesar 29 persen.
Adapun untuk menangkal hoaks, sebanyak 59,6 persen masyarakat mengaku mencari klarifikasi di internet jika mendapatkan berita palsu. Sementara sebanyak 47,6 persen mengaku mencari tahu dari sanak saudara dan keluarga. Hanya sebanyak 20,6 persen masyarakat yang mencari tahu di situs pemerintah, dan sebanyak 12,2 persen mengaku membiarkan saja jika menerima berita bohong.
Dalam hal ini, publik perlu memiliki kesadaran digital agar lebih bijaksana dalam menyebarkan berita dan informasi. Di samping itu, berbagai sumber terpercaya perlu untuk dikembangkan guna mendorong upaya cek fakta dan klarifikasi berita bohong.