Koalisi Gemuk Pemerintahan Jokowi
Reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Joko Widodo atau Jokowi tidak sekadar merombak susunan para menterinya. Langkah itu sekaligus memperkuat koalisi partai pendukung pemerintahannya.
Hal ini dilakukan dengan mengangkat Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Muhammad Lutfi. Selain itu, Jokowi juga mengangkat Sekretaris Jenderal Partai Bulan Bintang (PBB) Afriansyah Noor sebagai Wakil Menteri Tenaga Kerja.
Masuknya dua nama ini ke dalam Kabinet Indonesia Maju menandakan masuknya kedua partai tersebut ke dalam koalisi pemerintah. Kini, tercatat ada total 12 partai dalam koalisi tersebut. Sebanyak tujuh partai di antaranya memiliki kursi di parlemen.
Hal ini praktis membuat koalisi pemerintah mendominasi kursi di parlemen. Koalisi pemerintah kini memiliki total 471 kursi atau 81,9% dari total kursi di parlemen.
Pada periode sebelumnya, koalisi pemerintah memiliki lebih sedikit kursi di parlemen daripada oposisi. Koalisi pemerintah hanya memiliki 36,96% kursi dan koalisi oposisi 52,14% kursi dalam DPR periode 2014-2019. Saat itu, Demokrat yang memiliki 61 kursi (10,89%) mengambil posisi penyeimbang.
Sementara, komposisi antara kekuasaan koalisi pemerintah di parlemen juga tidak pernah sebesar ini pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pada periode 2004-2009, koalisi pemerintah memiliki 404 kursi atau 73,45% dari total kursi parlemen. Koalisi pemerintah lalu bertambah menjadi 423 kursi atau 75,53% pada periode 2009-2014.
(Baca: Koalisi dan Oposisi di Era SBY)