Ramalan Buruk Ekonomi Negara-negara 2023
Bayang-bayang resesi mengancam perekonomian di sejumlah negara. Laporan lembaga akuntansi internasional KPMG memproyeksikan sejumlah negara bakal menghadapi penurunan pertumbuhan ekonomi pada 2023.
Bahkan empat di antaranya diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. Mayoritas negara-negara tersebut adalah negara maju yang berada di kawasan Amerika dan Eropa.
“Ketika inflasi meningkat, memberi tekanan pada keuangan rumah tangga dan margin bisnis, dan menyebabkan bank sentral mengetatkan kebijakan moneter secara agresif, resesi sekali lagi terjadi di banyak negara,” tulis Kepala Ekonom KPMG Inggris, Yael Selfin, seperti dikutip dari laporannya, Selasa 11 Oktober 2022.
Ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS) diproyeksikan hanya tumbuh 1,5% pada tahun ini. Angka ini turun drastis dibandingkan sebesar 5,7% pada 2021. PDB AS diperkirakan tumbuh negatif 0,1% pada 2023.
KPMG menilai, AS akan mengalami resesi. Ekonomi tahun depan akan menghadapi penurunan tajam memasuki zona negatif yang dikombinasikan dengan peningkatan angka pengangguran.
Di Eropa, Jerman juga diproyeksikan mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. Ekonomi Jerman diproyeksikan tumbuh negatif 0,5% setelah tumbuh melambat menjadi 1,5% pada tahun ini.
“Harga energi yang lebih tinggi dan ancaman kekurangan gas membebani perekonomian,” seperti dikutip dalam laporan KPMG.
Selain itu, ekonomi Jerman juga sangat bergantung pada perdagangan dan ekspor. Perusahaan pengekspor menderita secara signifikan akibat resesi global dan penurunan permintaan dari mitra dagang terpenting mereka.
Negara lainnya yang diproyeksikan mengalami pertumbuhan ekonomi minus adalah Inggris. KPMG menyebut ekonomi Inggris telah dirusak oleh stagflasi, yaitu kombinasi pertumbuhan yang stagnan dengan inflasi yang melonjak.
Lonjakan inflasi terutama dipicu kenaikan harga gas alam, termasuk lonjakan harga pangan, akibat dari dampak perang Rusia dan Ukraina. Investasi juga diperkirakan akan melemah selama 15 bulan ke depan.
KPMG memproyeksikan investasi Inggris menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,8% pada tahun 2022, diikuti oleh kenaikan yang lebih ringan sebesar 1,3% pada 2023.
Selain ketiga negara tersebut, Chili juga mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada tahun depan. Ekonomi Chili melambat tajam 2% pada 2022 dan berkontraksi 0,6% pada 2023.
Mengutip laporan OECD, kontraksi pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan karena inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga, dan penurunan investasi.
KPMG memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 2,7% pada tahun ini dan akan melambat menjadi 1,9% pada 2023. Pertumbuhan yang lemah dapat menyebabkan inflasi tahun depan menurun ke level ke 4,7% dari 7,6% pada tahun ini.
Namun, Indonesia diproyeksikan tumbuh kuat tahun ini mencapai 5,7%. Prospek tahun depan akan melambat tetapi relatif masih tinggi, yaitu 4,7%.