Asal Usul Untung Jumbo Garuda Indonesia
Setelah bertahun-tahun mengalami kerugian, PT Garuda Indonesia Tbk berhasil mencatatkan laba bersih. Pada semester I-2022, maskapai pelat merah tersebut mengantongi untung sebesar US$3,76 miliar atau sekitar Rp57,8 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun lalu Garuda masih rugi US$901,66 juta.
Kinerja positif emiten berkode GIAA tersebut disebabkan keberhasilan perseroan merampungkan proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dengan para kreditornya. Proses PKPU tersebut diputuskan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Juni 2022.
“Seiring dengan disahkannya proposal perdamaian melalui putusan homologasi PKPU beberapa waktu lalu turut memperbaiki posisi ekuitas perusahaan,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, pada akhir September lalu.
Kendati demikian, laba jumbo ini sebetulnya cuma angka di atas kertas belaka. Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo menyebutnya sebagai laba buku (book profit). Artinya, ini jenis laba yang dicatatkan dalam pembukuan tetapi sebetulnya belum terealisasi.
“Garuda mencetak laba Rp57 triliun sebenarnya laba buku karena itu ada pembalikan dari liabilitas setelah PKPU kemarin,” katanya.
Garuda Indonesia melaporkan bahwa pendapatan dari restrukturisasi utang mencapai US$2,85 miliar. Adapun keuntungan dari restrukturisasi utang mencapai US$1,33 miliar.
Laba bersih tersebut juga terjadi akibat pendapatan yang tumbuh 26,1% ke US$ 878,6 juta pada semester I-2022 dari tahun sebelumnya. Sementara itu, beban usaha turun 11,7% ke US$ 1,21 miliar.
Perbaikan kinerja ini terjadi seiring dengan pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat terkait pandemi COVID-19. Pemerintah berencana untuk menyatakan pandemi berakhir dalam waktu dekat.