KOMIK: Bau Kolonialisme di Istana Negara
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, keinginannya memindahkan pusat pemerintahan ke Ibu Kota Negara (IKN) lantaran ingin menciptakan orisinalitas Indonesia. Menurutnya, Istana Kepresidenan yang berlokasi di Jakarta dan Bogor memiliki nuansa kolonialisme karena dibangun pada masa Hindia Belanda.
Hal tersebut presiden sampaikan saat menyambangi Istana Garuda di IKN pada Selasa 13 Agustus lalu. “Jadi bau-bau kolonial selalu saya rasakan. Setiap hari dibayang-bayangi,” kata Jokowi yang sudah hampir 10 tahun menjabat dan tinggal di Istana.
Jika merujuk pada informasi yang tertera pada Kementerian Sekretariat Negara, dua istana yang berada di Jakarta dan satu istana yang berada di Bogor merupakan bangunan yang dibangun era pemerintahan Hindia Belanda. Kala itu, bangunan ini menjadi tempat tinggal bagi beberapa gubernur jenderal.
Istana Negara yang terletak di Jalan Veteran dan menghadap ke Sungai Ciliwung, awalnya adalah kediaman warga negara Belanda bernama J.A. van Braam. Kemudian pada 1816 bangunan ini diambil alih oleh pemerintah Hindia-Belanda dan digunakan sebagai kediaman Gubernur Jenderal Belanda. Sepanjang digunakan, setidaknya sudah ada 44 Gubernur Jenderal yang pernah menempati bangunan tersebut.
Sementara, Istana Merdeka merupakan bangunan yang awalnya didirikan pemerintahan Hindia Belanda karena Istana Negara dianggap kurang memenuhi syarat keperluan. Setidaknya sudah ada 14 Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang pernah menempati tempat tersebut.
Bergeser ke Istana Bogor, tempat tersebut awalnya ditemukan oleh Gubernur Jenderal G.W Baron van Imhoff yang kemudian dibangun dan diberi nama Istana Buitenzorg pada 1745. Seiring penjajahan Hindia Belanda, bangunan ini terus diperluas, termasuk dengan pembangunan Kebun Raya. Setidaknya pada masa kolonialisme hingga merdeka, sudah ada 38 Gubernur Jenderal yang pernah menempati tempat ini.
Dalam acara tersebut Jokowi juga bilang bahwa dengan membangun IKN akan membuktikan bahwa Indonesia juga bisa membangun istana sesuai keinginan sendiri. Padahal, kawasan Istana Garuda IKN yang seluas 55,7 hektare itu dibangun di tanah bekas hutan.
Merespons pernyataan Jokowi, sejarawan JJ Rizal menyebut bahwa kolonialisme itu adalah pikiran, bukan material atau bangunan. “Jadi hati-hati, Pak. Kolonialisme itu bukan bangunan, tapi kolonialisme itu pikiran. Jadi kalau kita mewarisi pikiran-pikiran kolonial itu yang justru berbahaya. Bukan gedungnya, Pak.” kata dia dikutip dari akun instagramnya.