INFOGRAFIK: Peluang Indonesia Bidik Pasar di Afrika
Pemerintah menggelar Indonesia-Africa Forum (IAF) 2024 pada 1-3 September di Bali. Rangkaian acara yang berlangsung tiga hari dengan tema “Bandung Spirit for Africa’s Agenda 2063” ini, bertujuan untuk meningkatkan kerja sama bilateral antara Indonesia dan negara-negara di kawasan Afrika, terutama di sektor pangan, energi, kesehatan, dan mineral.
Agenda ini ini dihadiri 1.900 partisipan yang berasal dari 28 negara Afrika dan Indonesia, termasuk Enam kepala negara dan 18 pembicara setingkat menteri dari berbagai negara di Afrika. Selain itu, ada pula peserta dari wakil pemerintah, organisasi internasional dan regional, serta kalangan pebisnis.
Dari gelaran yang melibatkan Indonesia dan negara-negara Afrika ini, pemerintah mengestimasikan nilai kerja sama pada IAF mencapai US$3,5 miliar.
“Indonesia-Africa Forum tahun ini telah mencatat kesepakatan bisnis yang nilainya mencapai 3,5 miliar dolar AS, hampir enam kali lipat dari IAF pertama di tahun 2018,” kata Joko Widodo pada pembukaan sesi Joint Leaders’ Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2 2024 di Bali pada 2 September.
Afrika memang memiliki potensi ekonomi besar. Benua ini memiliki populasi 1,48 miliar jiwa pada 2023, dan 58% dari jumlah tersebut merupakan usia produktif. Merujuk pada data Bank Dunia, 52 negara di Afrika memiliki total PDB sebesar US$2,98 triliun pada 2023.
Merujuk pada data Trade Map, Afrika juga memiliki total nilai impor sebesar US$23,55 triliun di pasar global pada 2023. Tetapi Pasar ekspor Indonesia ke Afrika masih terbilang rendah, karena hanya mencakup 1% dari seluruh pasar ekspor Indonesia.
Badan Pusat Statistik mencatat, ada 5 negara yang menjadi tujuan dagang Indonesia di Afrika dengan nilai ekspor terbesar. Mulai dari Mesir dengan nilai ekspor US$1,3 miliar, Afrika Selatan dengan nilai ekspor US$843 juta, Nigeria dengan US$498 juta, Djibouti dengan US$481 juta, dan Kenya dengan nilai ekspor Indonesia sebesar US$464 juta.
Liputan khusus Indonesia - Africa Forum 2024 ini didukung oleh: