INFOGRAFIK: Jatuhnya Bursa Saham Indonesia

Leoni Susanto
20 Maret 2025, 11:11

Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat melakukan trading halt atau penghentian sementara perdagangan pada Selasa, 18 Maret siang. Hal ini imbas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot di atas 5%. Pada penutupan sesi pertama, IHSG bahkan sempat anjlok 6,12% menyentuh level 6.076,08.

Saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) terbakar, seperti emiten PT DCI Indonesia (DCII) yang anjlok 20%, PT Chandra Asri Pacific (TPIA) yang turun 19,55%, PT Pantai Indah Kapuk Dua (PANI) turun 13,02%, hingga PT Barito Renewables Energy (BREN) turun 12,66%.

Penurunan IHSG yang terjadi sejak kuartal IV-2024 dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam negeri. Dari sisi global, pasar saham terpengaruh perang dagang jilid dua yang diumumkan Presiden AS Donald Trump terhadap Cina, Kanada, dan Meksiko. Hal ini menyebabkan ketidakpastian global dan The Fed cenderung menahan suku bunga di kisaran 4,25% - 4,5%.

Perang dagang jilid dua ini memang sempat mengguncang bursa saham di Asia. Namun pada 18 Maret per 16.00 WIB, mayoritas bursa saham Asia tampak menghijau di zona positif. Hang Seng Index bahkan menunjukkan kenaikan 2,46%. IHSG menjadi yang paling terpuruk dengan penurunan 3,84%.

Sedangkan beberapa faktor dalam negeri yang mempengaruhi sentimen pasar salah satunya adalah laporan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan anjloknya penerimaan pajak di awal tahun yang diumumkan Kementerian Keuangan.

Beberapa indikator ekonomi lainnya juga menurun, seperti pelemahan nilai tukar rupiah hingga tren deflasi. Sejumlah ekonom dalam survei Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI juga pesimis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia di waktu yang akan datang.

Isu mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani diduga sejumlah analis juga menjadi pemicu capital outflow

BEI melihat investor masih wait and see implementasi sejumlah kebijakan pemerintah. Pilarmas Sekuritas misalnya menyebut pelaku pasar masih menunjukkan sentimen negatif atas peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) pada 24 Februari lalu.

“Juga respons pasar yang menyikapi keraguan pasar dalam Danantara,” tulis riset resmi Pilarmas Sekuritas, Selasa, 18 Maret.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Antoineta Amosella

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami