INFOGRAFIK: Taktik Prabowo Hadapi Perang Tarif Trump 2.0
Pemerintah memilih jalur negosiasi untuk menghadapi kebijakan tarif impor 32% yang diterapkan Amerika Serikat. Presiden Prabowo akan mengirimkan tiga perwakilan Indonesia untuk bernegosiasi dengan AS dan berencana menyeimbangkan neraca dagang AS - Indonesia yang defisit US$-17,9 miliar.
“Saya tawarkan mereka US$17 miliar surplus kita, maka US$17 miliar akan kita beli dari Amerika. Kita bukan negara miskin, kita bisa beli US$17 miliar dari AS,” kata Presiden Prabowo dalam acara Sarasehan Ekonomi bersama Presiden RI yang digelar 8 April lalu.
Penyeimbangan neraca dagang AS - Indonesia ini rencananya bakal dilakukan dengan pembelian produk agri AS, seperti kedelai dan gandum. Kemudian pembelian barang engineering dan produk migas seperti LPG, LNG, dan BBM.
Prabowo juga menginstruksikan deregulasi kebijakan non-tarif seperti merelaksasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk produk teknologi asal AS, evaluasi barang larangan/pembatasan (Lartas), dan percepatan sertifikasi halal. Selain itu, pemerintah juga berencana memberikan insentif fiskal dan non-fiskal untuk mendongkrak impor dari AS.
Dalam laporan bertajuk “Kinerja & Tantangan Perekonomian Nasional” yang dirilis oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, disebutkan bahwa Indonesia memiliki peluang di tengah ketidakpastian ekonomi imbas perang dagang.
Indonesia lebih fleksibel untuk melakukan penyeimbangan neraca dagang karena nilai surplus yang kecil dan rasio ekspor ke AS yang relatif lebih rendah. Vietnam misalnya, dengan 33% rasio ekspor AS terhadap PDB akan lebih sulit jika ingin menyeimbangkan neracanya. Sementara rasio ekspor AS terhadap PDB bagi Indonesia hanya 2,2%.
Peluang lainnya adalah produk pakaian dan alas kaki Indonesia memiliki potensi besar untuk penetrasi di pasar AS. Hal ini disebabkan karena negara-negara pesaingnya seperti Cina, Vietnam, Kamboja, dan Bangladesh memiliki tarif impor lebih besar ketimbang Indonesia.