INFOGRAFIK: Dampak Perang Tarif Trump ke Indonesia

Leoni Susanto
11 April 2025, 08:46

Presiden AS Donald Trump menunda penetapan tarif resiprokal impor barang dari mayoritas negara selama 90 hari ke depan, kecuali Cina yang tetap dikenakan 125%. Hal ini imbas langkah Cina yang membalas kebijakan Trump dengan menaikkan tarif barang impor dari AS hingga 84%. 

Penundaan menjadi angin segar bagi Indonesia yang sebelumnya dikenakan tarif resiprokal sebesar 32%. Pengenaan tarif ini sebab Indonesia menjadi salah satu penyumbang defisit perdagangan AS terbesar pada 2024, yaitu mencapai US$19,2 miliar.

Meski ditunda, sejumlah ekonom menyebut Indonesia tetap perlu waspada dan menyiapkan strategi selama 90 hari ke depan. Termasuk dengan memperkuat posisi tawar dan memperluas pasar ekspor ke negara-negara lain. Sebab ketidakpastian global akan tetap berlanjut dan penundaan pengenaan tarif bukanlah keputusan permanen.

“Tarif universal 10% masih akan tetap berlaku dan setelah masa jeda berakhir, tekanan ekspor Indonesia ke pasar AS dipastikan meningkat,” kata ekonom sekaligus pakar kebijakan publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat, pada Kamis, 10 April.

Perekonomian Indonesia dipastikan bakal terdampak langsung maupun tidak langsung akibat penetapan tarif oleh Trump. Pasalnya, AS merupakan pasar ekspor non-migas terbesar ketiga Indonesia setelah Cina dan negara-negara Asia Tenggara. Per 2024, ekspor non-migas Indonesia ke AS mencapai US$26,3 miliar atau 11% dari total ekspor Indonesia ke dunia.

Hal ini bakal menekan industri manufaktur Indonesia terutama tekstil, elektronik, dan alas kaki. Akhirnya, lapangan pekerjaan Indonesia juga bakal terdampak.

Selain pengaruh langsung ke sektor manufaktur, penetapan tarif AS juga bakal menyebabkan perlambatan ekonomi global, termasuk Indonesia. Sejumlah mitra dagang strategis Indonesia lainnya juga dikenai tarif yang tinggi oleh AS, seperti Cina, Vietnam, dan Jepang.

Indonesia bakal terancam banjir limpahan barang dari Cina karena AS merupakan pangsa pasar ekspor terbesar Cina. Defisit perdagangan Indonesia dengan Cina berpotensi semakin melebar.

Dalam hal investasi, Cina dan AS adalah penyumbang terbesar foreign direct investment (FDI) Indonesia setelah Singapura dan Hong Kong. Perang dagang berpotensi bakal menurunkan investasi asing yang masuk.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Antoineta Amosella

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami