INFOGRAFIK: Stunting di Indonesia Menurun, Terbanyak di Jabar
Prevalensi kejadian tengkes alias stunting di Indonesia turun. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 mencatat prevalensi sebesar 19,8% dari tahun sebelumnya sebesar 21,5%. Prevalensi tengkes pada 2024 merupakan yang terendah sejak 2018.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan tengkes paling banyak terjadi pada usia satu tahun ke atas. Jika dihitung berdasarkan bulan kelahiran bayi, prevalensi tengkes tertinggi secara nasional terjadi pada usia 26 bulan atau 2 tahun 2 bulan.
Prevalensi tengkes tertinggi tercatat berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 37%, sementara Bali menjadi yang terendah dengan 8%. Kasus tengkes juga lebih banyak terjadi di kuintil ekonomi rendah. Semakin tinggi kuintil ekonominya, menurut Kemenkes, lebih jarang ditemukan kasus tengkes.
Jika dilihat berdasarkan jumlah riil, 50% kasus stunting terkonsentrasi di enam provinsi. Jawa Barat menjadi yang tertinggi dengan 638,3 ribu kasus, disusul Jawa Tengah dengan 485,9 ribu kasus, dan Jawa Timur dengan 430,8 ribu kasus.
Pakar epidemiologi, Iwan Ariawan, yang juga Ketua Tim Pakar SSGI 2024 menyampaikan bahwa masyarakat harus melihat data SSGI 2024 dengan lebih teliti.
“Kita tidak boleh terpaku pada angka dan harus melakukan sesuatu karena di balik angka-angka prevalensi stunting ada anaknya, ada masa depan anak ini dan negara,” kata dia pada 26 Mei lalu.
Dari paparannya, ia menjelaskan bahwa setidaknya ada tiga faktor determinan terbesar pada kasus stunting. Ketiga faktor tersebut adalah gizi kurang, berat badan kurang, dan kasus diare.
Menurut dia, jika prevalensi gizi kurang turun 1%, maka prevalensi stunting turun 1,9%. Selain itu, jika prevalensi berat badan kurang turun 1%, prevalensi stunting akan turun 0,97%, serta turunnya prevalensi diare 1% akan membuat prevalensi stunting turun 0,67%.