INFOGRAFIK: Membandingkan Indonesia: Kerusuhan Mei 1998 dan Agustus 2025
Gelombang demonstrasi akhir Agustus yang berujung pada kerusuhan, pembakaran, hingga penjarahan oleh orang tidak dikenal dinilai mirip dengan pola kerusuhan Mei 1998.
Aksi demonstrasi yang mengangkat isu penolakan kenaikan gaji dan tunjangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI ini memanas setelah seorang pengemudi ojol Affan Kurniawan tewas dilindas rantis Brimob Polri pada Kamis malam, 28 Agustus.
Massa yang awalnya terpusat di depan gedung DPR dan DPRD di sejumlah wilayah, bergeser ke Mako Brimob di Kwitang serta kantor kepolisian di daerah. Di tengah aksi, oknum tidak dikenal diduga menyulut aksi perusakan, pembakaran, hingga penjarahan rumah pejabat publik.
Menurut catatan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), sejak 25 hingga 31 Agustus, korban jiwa akibat kerusuhan dan demonstrasi mencapai 10 orang dan korban luka-luka mencapai 1.042 orang.
Presiden Prabowo Subianto menyebut adanya aksi terorisme dan makar dalam kerusuhan akhir Agustus ini, dan meminta TNI serta Polri bertindak tegas.
“Sesuai arahan Presiden, TNI dan Polri diminta mengambil langkah tegas terkait tindakan yang bersifat anarkistis sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku,” kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit, Sabtu, 30 Agustus.
Puluhan orang ditetapkan menjadi tersangka perusakan fasilitas umum hingga penghasutan tindakan anarkis. Salah satu di antaranya Direktur Eksekutif Lokataru Foundation Delpedro Marhaen.
Di sisi lain, sejumlah organisasi masyarakat sipil menduga adanya pola kerusuhan dan penjarahan yang terorganisir. Adanya provokator yang menyulut aksi perusakan ini disebut-sebut mirip dengan kerusuhan 13-15 Mei 1998.
“Aksi anarkis malam hari, dini hari, dan targeted adalah pola yang hanya bisa digerakkan oleh orang-orang terlatih,” kata Ketua Dewan Nasional Setara Institute Hendardi, Minggu, 31 Agustus.
Menurut laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kerusuhan Mei 1998 sendiri, terdapat sejumlah pola gerak-gerik dan ciri-ciri provokator kerusuhan 13 hingga 15 Mei 1998.
Beberapa di antaranya seperti berpakaian seperti massa, cenderung melakukan observasi, membawa peralatan tertentu, bergerak dengan sistematis, hingga menginisiasi perusakan dan pembakaran awal.
