KOMIK: Fenomena Job Hugging di Era ‘in This Economy’
Tren “job hugging” sedang mewabah di kalangan pekerja Indonesia. Istilah ini pertama kali disebutkan di AS, di mana para pekerja cenderung bertahan alias “memeluk” pekerjaan yang sedang mereka jalani saat ini selama mungkin. Bukan karena mereka menyukai maupun puas dengan posisinya, tetapi karena impitan situasi ketidakpastian pasar tenaga kerja.
“Ketidakpastian global, ekonomi, dan politik, membuat orang-orang berada di pola bertahan,” kata konsultan firma Korn Ferry, Matt Bohn, seperti dikutip CNBC.
Hal ini berakibat pada para pekerja yang cenderung fokus pada stabilitas pemasukan dibandingkan risiko berpindah-pindah tempat kerja untuk menjaring pengalaman maupun mencari upah yang lebih layak. (Baca: Fenomena Side Hustle di Tengah Lapangan Kerja Berupah Rendah)
Kondisi ini dipengaruhi oleh situasi keterbatasan dan ketidakmampuan ekonomi seseorang di tengah harga yang melonjak, gaji yang stagnan, dan tentu saja, PHK yang terus melebar. Di media sosial, kondisi ini kerap disebut dengan frasa “in this economy”.
Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,12% yoy, pertumbuhannya dinilai tidak berkualitas. Hal ini salah satunya tercermin pada angka pengangguran tanah air.
Menurut laporan Bank Dunia dalam East Asian and The Pacific Economic Update yang dirilis Oktober ini, satu dari tujuh anak muda Indonesia menganggur. Angka ini salah satu yang terbesar di kawasan Asia.
Jumlah tenaga kerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) pada paruh pertama 2025 tembus 42 ribu, naik 32,19% yoy. Distribusi pengangguran sarjana tanah air juga melonjak pada Februari 2025 menjadi 13,89%.
