Ekonomi Indonesia Sudah di Jalur yang Benar?
Sambil menunjukkan sejumlah indikator yang menunjukkan tren positif, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim kondisi perekonomian nasional tetap solid di tengah dinamika global.
“Relatif perekonomian dari berbagai indeks angkanya cukup baik," ujar dia, usai mengikuti Rapat Terbatas (Ratas) yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (29/10), dikutip dari situs Sekretariat Kabinet.
Menurut keterangan Bank Indonesia, ketidakpastian dunia itu adalah berupa tren melambatnya perekonomian imbas penerapan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS). Berbagai indikator menunjukkan kebijakan ini memperlemah kinerja perdagangan global, berupa melambatnya ekspor dan impor di sebagian besar negara.
Pertumbuhan ekonomi AS pun masih. Perekonomian Jepang, Eropa, dan India juga belum kuat meski ada berbagai stimulus. Sementara itu, perekonomian China pada triwulan III 2025 meningkat didorong oleh stimulus fiskal.
Airlangga mengungkap beberapa indikator penanda soliditas ekonomi Indonesia itu. Pertama, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), yang merupakan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada September 2025, yang ada di angka 115.
Kedua, lanjut Airlangga, kondisi ritel (penjualan eceran) yang juga baik. Ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang diprediksi ada di angka 5,8% per September, naik dari bulan sebelumnya yang mencapai 3,5%.
Ketiga, Purchasing Managers Index (PMI) yang mencapai angka 50,4.
PMI didapat dari survei bulanan terhadap para manajer pembelian di berbagai perusahaan manufaktur. Isinya ialah penilaian soal kondisi bisnis, termasuk soal produksi, pemesanan, pengiriman, tenaga kerja, hingga persediaan. Angka di atas 50 mengindikasikan ekspansi, sebaliknya angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Keempat, Airlangga juga mencatat adanya peningkatan pada utilisasi kapasitas industri yang menandakan kegiatan ekonomi terus bergerak. Hal ini menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional hingga akhir tahun.
Kelima, realisasi investasi nasional yang menyentuh angka Rp1.434,3 triliun. Dengan kata lain, per September, angka investasi di Indonesia sudah menembus angka 75% dari total target Rp1.905,6 triliun.
Belanja Masyarakat Diprediksi Naik
Airlangga memaparkan indikator positif keenam adalah soal belanja masyarakat. Mandiri Spending Index (MSI), yang mengukur nilai belanja masyarakat berdasarkan data transaksi Bank Mandiri, mengalami kenaikan per Oktober.
MSI pada minggu kedua Oktober 2025 mencapai 290,5, atau meningkat 2,9% secara mingguan (WoW), lebih tinggi dari pertumbuhan di minggu sebelumnya (2,4% WoW).
Proporsi belanja barang durable, seperti perlengkapan rumah tangga dan barang elektronik, juga meningkat menjadi 24,1%, dari bulan sebelumnya yang mencapai 22,6%. Angka Oktober 2025 ini menjadi yang tertinggi sejak Juli 2024.
Menurut Bank Mandiri, tren MSI di awal triwulan IV 2025 (4Q25) memberi sinyal positif mulai membaiknya daya beli dan konsumsi masyarakat. Berbagai insentif pemerintah untuk mendorong daya beli diperkirakan lebih berdampak pada daya beli dan konsumsi di periode ini.
"Secara keseluruhan, kami perkirakan konsumsi rumah tangga nasional 2025 akan tumbuh sebesar 5,0% (YoY), sedikit lebih baik dibanding pertumbuhan di 2024 (4,9% YoY)," menurut Bank Mandiri.
Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh Positif
Di tengah tantangan global, Bank Indonesia, usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, 21-22 Oktober 2025, juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia positif.
Ini ditopang oleh kenaikan ekspor pada triwulan III 2025, terutama komoditas minyak kelapa sawit (CPO) dan besi baja. Belanja Pemerintah pun berkontribusi pada penguatan permintaan domestik dan pertumbuhan ekonomi periode ini.
Pada semester II 2025, pertumbuhan ekonomi juga diprakirakan membaik sejalan dengan implementasi proyek prioritas Pemerintah terkait program ketahanan pangan, energi, pertahanan dan keamanan, serta Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah 2025.
"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2025 berada sedikit di atas titik tengah kisaran 4,6–5,4% dan meningkat pada 2026," menurut keterangan Bank Indonesia.
Per triwulan II 2025, angka PE mencapai 5,12%. Untuk triwulan III 2025, angkanya baru akan diumumkan di awal November.
