Mengenal Sistem Koloid dan Manfaatnya dalam Keseharian

Image title
4 Oktober 2021, 14:10
sistem koloid
ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/aww.
Peneliti dari Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan metode daur ulang limbah medis plastik dengan kristalisasi di Lab Kimia Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (23/2/2021). Daur ulang dengan metode kristalisasi mampu menghasilkan serbuk plastik yg bisa digunakan kembali untuk pembuatan alat medis plastik yg lain dengan kualitas sangat baik, dan metode ini selanjutnya akan dikembangkan untuk diterapkan di RS.

Pada mata pelajaran Kimia kerap ditemui pembahasan mengenai sistem koloid. Dilansir dari Ruangguru.com, sistem koloid bermakna suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat heterogen, namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar 1 - 10000 newton metre (nm).

Ukuran partikel tersebut memunculkan efek tyndall. Bersifat heterogen, berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya, sehingga tidak terjadi pengendapan. Misalnya, sifat heterogen ini juga dimiliki oleh larutan, tetapi tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Selain itu, koloid juga bisa dijumpai di mana-mana, seperti pada susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam industri karena kepentingannya.

Sebelum membahas lebih dalam mengenai sistem koloid, akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai efek tyndall. Dikutip dari situs belajar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sumber.belajar.kemdikbud.go.id, menyebutkan bahwa efek tyndall berarti gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar.

Efek Tyndall ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilewatkan pada sistem koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak, tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilewatkan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak akan tampak.

Klasifikasi Efek Koloid
Setelah membahas efek koloid, maka selanjutnya akan dijelaskan klasifikasi efek tersebut. Pembagian klasifikasi koloid digolongkan berdasarkan sifat perpindahannya, karena ukuran fase terdispersinya yang kecil dan tampak seperti campuran. Misal, terdapat sebuah koloid yang terdiri atas zat padat yang terdispersi dalam zat cair.

Apabila sistem koloid dilewatkan pada suatu membran ultrafiltrasi, maka zat padat dalam koloid tidak akan dapat menembus membran. Hal ini berbeda dengan ion dan molekul campuran pada umumnya yang larut dan mampu menembus membran.

Selain itu, ukuran pori membran yang lebih kecil daripada dimensi partikel koloid menyebabkan partikel koloid tertahan di membran. Semakin kecil ukuran pori membran, semakin banyak partikel koloid yang tertahan, dan semakin rendah pula konsentrasi zat terdispersi dalam cairan yang tersaring.

Dalam pembagian efek koloid terdiri atas dua, yaitu medium atau fase dan fase terdispersi. Dari medium pendispersi terbagi atas gas, cair dan padat. Kemudian masuk ke fase terdispersi ketiga elemen tersebut memiliki sifat masing-masing.

Pertama, gas tidak memiliki fase koloid yang diketahui. Meskipun demikian, helium dan xenon diketahui tidak dapat bercampur pada beberapa kondisi. Kemudian, gas juga bisa memasuki fase terdispersi menjadi wujud padat dan cair. Pada fase padat menjadi aerosol seperti debu dan asap, adapun cair menjadi kabut dan awan.

Pada fase medium cair dapat mengalami fase terdispersi dalam bentuk buih, emulsi dan sol. Buih akan berubah pada bentuk krim kecantikan atau alat pemadam kebakaran, kemudian emulsi dapat dilihat pada susu, atau mayonaise, dan solo bisa dilihat pada wujud tinta dan sol belerang.

Terakhir di klasifikasi medium padat dapat mengalami fas terdispersi dengan bentuk buih padat, sol padat dan gel atau emulsi padat. Buih padat dapat ditemukan pada batu apung, spons dan styrofoam. Gel atau emulsi bisa disaksikan pada wujud gelatin dan agar-agar. Adapun sol padat bisa dilihat pada intan hitam.

Bila melihat sifat interaksi antara fase terdispersi dan medium pendispersinya, maka koloid juga dapat diklasifikasikan menjadi koloid hidrofilik (partikel koloid tertarik dengan air) dan koloid hidrofobik (partikel koloid tidak tertarik dengan air).

Perbedaan Koloid Liofil dan Liofob

Halaman:
Editor: Intan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...