Penyebab Radang Usus Buntu, Gejala, Diagnosis dan Penanganannya
Penyebab radang usus buntu bisa terjadi karena berbagai hal. Usus buntu sendiri adalah bagian usus yang berbentuk seperti ekor kurus, pendek, dan buntu, yang muncul dari permukaan usus besar dan terletak di sebelah kanan bawah perut. Fungsi dari usus buntu sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti.
Usus buntu dapat mengalami peradangan sehingga perlu penanganan lebih lanjut. Mengutip penelitian Wijaya dkk, dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 11, No, 1, Juni 2020, prevalensi radang usus buntu atau apendisitis akut di Indonesia berkisar 24,9 kasus per 10 ribu populasi.
Apendisitis bisa menimpa pada laki-laki maupun perempuan dengan risiko menderita apendisitis selama hidupnya mencapai 7 % hingga 8 %. Prevalensi apendisitis tertinggi terjadi pada usia 20-30 tahun.
Penyebab Radang Usus Buntu
Dr. Ayustawati, Ph.D dalam buku Mengenali Keluhan Anda (2013) menjelaskan bahwa penyebab radang usus buntu masih belum diketahui secara pasti. Beberapa penelitian ilmiah mengindikasikan, penyebab usus buntu terjadi karena tinja atau feses yang menyumbat. Penyumbatan tersebut belum diketahui apakah karena makanan atau diet.
Melansir publikasi Johns Hopkins Medicine, radang usus buntu terjadi ketika bagian dalam usus buntu tersumbat. Peradangan usus buntu dapat disebabkan oleh berbagai infeksi seperti virus, bakteri, atau parasit di saluran pencernaan.
Selain itu, radang usus buntu mungkin terjadi ketika tabung yang menghubungkan usus besar dan usus buntu tersumbat atau terperangkap oleh tinja. Tumor juga dapat menyebabkan radang usus buntu.
Saat peradangan, usus buntu menjadi sakit dan bengkak. Suplai darah ke usus buntu berhenti karena pembengkakan dan rasa sakit semakin parah. Tanpa aliran darah yang cukup, usus buntu mulai mati.
Usus buntu dapat pecah (perforasi), berlubang atau robek di dindingnya, sehingga tinja, lendir, dan infeksi berpotensi bocor dan masuk ke dalam perut. Hasilnya bisa berupa peritonitis, yaitu radang pada peritoneum dengan gejala demam menggigil, mual, muntah, dan nyeri pada perut bagian bawah.
Gejala Radang Usus Buntu
Penyebab radang usus buntu muncul karena beberapa faktor di atas, Anda yang menderita radang usus buntu tentunya akan merasaka beberapa gejala. Dikutip dari Mayo Clinic terdapat sejumlah gejala radang usus buntu sebagai berikut:
- Nyeri tiba-tiba yang dimulai di sisi kanan perut bagian bawah.
- Nyeri tiba-tiba yang dimulai di sekitar pusar dan sering berpindah ke perut kanan bawah.
- Rasa sakit yang memburuk saat batuk, berjalan atau melakukan gerakan lainnya.
- Mual dan muntah.
- Kehilangan selera makan.
- Demam ringan yang dapat memburuk.
- Sembelit atau diare.
- Perut kembung.
Diagnosis Radang Usus Buntu
Melansir WebMD, diagnosis radang usus buntu dapat dilakukan sesuai gejala yang dirasakan. Namun, gejala usus buntu dapat tidak tampak pada penderita masalah kandung empedu, infeksi kandung kemih atau saluran kemih, penyakit Crohn, gastritis, batu ginjal, infeksi usus, dan masalah ovarium.
Adapun beberapa tes yang dilakukan untuk diagnosis radang usus buntu yaitu:
- Pemeriksaan perut untuk mendeteksi peradangan.
- Tes urin (kencing) untuk mendeteksi infeksi saluran kemih.
- Pemeriksaan rektal.
- Tes darah untuk melihat apakah tubuh melawan infeksi.
- CT scan.
- USG.
Penanganan Radang Usus Buntu
Melansir publikasi Johns Hopkins Medicine, radang usus buntu apendisitis adalah keadaan darurat medis. Kemungkinan usus buntu akan pecah dan menyebabkan infeksi yang serius dan mematikan.
Pembedahan untuk mengangkat usus buntu atau apendektomi adalah pengobatan standar untuk hampir semua kasus radang usus buntu. Apendektomi harus segera dilakukan untuk menghindari pecahnya usus buntu.
Jika terdapat rongga yang berisi nanah (abses), penderita radang usus buntu mungkin mendapatkan dua prosedur, yaitu mengeringkan abses nanah dan cairan dan mengeluarkan usus buntu.
Usus buntu dapat diangkat dengan prosedur terbuka atau menggunakan laparoskopi:
- Metode operasi terbuka (tradisional): Penderita diberikan anestesi. Sayatan dibuat di sisi kanan bawah perut. Dokter bedah menemukan usus buntu dan mengeluarkannya. Jika usus buntu telah pecah, tabung kecil (shunt) dapat ditempatkan untuk mengalirkan nanah dan cairan lain di perut. Shunt akan dikeluarkan dalam beberapa hari, ketika ahli bedah menentukan bahwa infeksi telah hilang.
- Metode laparoskopi: Penderita diberikan anestesi. Operasi ini menggunakan beberapa sayatan kecil dan kamera (laparoskop) untuk melihat ke dalam perut. Alat-alat bedah digunakan untuk membuat beberapa sayatan kecil. Laparoskop ditempatkan melalui sayatan lain. Laparoskopi seringkali dapat dilakukan bahkan jika usus buntu telah pecah.
Jika usus buntu belum pecah, pemulihan penderita hanya memakan waktu beberapa hari. Jika usus buntu pecah, waktu pemulihan akan berlangsung lebih lama dan membutuhkan obat antibiotik. Meskipun begitu, setelah menjalani operasi, penderita radang usus buntu bisa kembali hidup normal. Perubahan diet atau olahraga biasanya tidak diperlukan.
Demikian penjelasan mengenai penyebab radang usus buntu, gejala, diagnosis hingga upaya penanganan yang bisa Anda lakukan.