9 Kumpulan Puisi Satire untuk Mengkritik Penguasa
Puisi satire adalah puisi yang berisi sindiran halus atau kritik kepaa penguasa atau orang yang memiliki kedudukan (jabatan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) satire diartikan sebagai gaya bahasa yang dipakai dalam kesusastraan untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang.
Sedangkan dikutip dari laman Pelajaran.co.id, satire berasal dari bahasa latin yaitu satura yang berarti kritikan atau kecaman tajam terhadap suatu fenomena; dan tidak puasnya hati suatu golongan (pada pemimpin yang zalim). Lebih singkatnya, pengertian Satire adalah salah satu jenis puisi baru yang berisikan sindiran atau kritikan.
Contoh Puisi Satire
1. Aku Bertanya
Oleh WS Rendra
Aku bertanya…
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.
2. Diponegoro
Karya: Chairil Anwar
Di Masa Pembangunan Ini
Tuan Hidup Kembali
Dan Bara Kagum Menjadi Api
Di Depan Sekali Tuan Menanti
Tak Gentar. Lawan Banyaknya Seratus Kali.
Pedang Di Kanan, Keris Di Kiri
Berselempang Semangat Yang Tak Bisa Mati.
Maju
Ini Barisan Tak Bergenderang-Berpalu
Kepercayaan Tanda Menyerbu.
Sekali Berarti
Sudah Itu Mati.
Maju
Bagimu Negeri
Menyediakan Api.
Punah Di Atas Menghamba
Binasa Di Atas Ditindas
Sesungguhnya Jalan Ajal Baru Tercapai
Jika Hidup Harus Merasai
Maju, Serbu, Serang, Terjang
3. Jangan Ganggu Kesetiaanku
Oleh: Iringan Bayu Senja
Jangan hunuskan senyum manismu untukku..
Sebab kutahu itu hanya bernilai semu..
Jangan hujamkan lirikan mata elangmu padaku..
Sebab ku tau itu juga bernilai palsu..
Jangan pula kau lebarkan tawamu untukku..
Sebab kutahu itu juga hanya basa basimu..
Jangan kau tawarkan apapun padaku..
Sebab itu hanya kan sakiti orang terkasihmu..
Sedang aku, jikapun yang kau tawarkan berasal dari hatimu.
Maka tetap saja aku tak akan mau..
Aku menjadikan kehidupan kasihku atas dirimu..
Berlalulah dan biarkan peradaban waktu..
Menjawab semua maumu..
Aku sudah setia tapi kau masih selingkuh juga
4. Kau
Oleh Nuke Hanasasmit
Lihat kami!
Kami mencoba kuat diatas kekurangan
Tak lelah banting tulang
Tapi kau?
Lihat dirimu!
Kau tak bersyukur dengan dirimu
Kau curi hak kami
Kau biarkan kami menderita
Tapi kau?
Seakan menari-nari diatas penderitaan kami
Lihat kami!
Apa tak kau lihat keringat kami?
Keletihan kami
Hanya demi sesuap nasi
Lihat negeri ini!
Sudah tiadakah hati?
Sudah tiadakah mata?
Hingga tak pernah kau lihat kami
Lalu, harus kemanakah kami?
Kami memang tak mampu balas dirimu
Karena Tuhan yang akan balas dirimu
5. Kau Menang Dalam Hati
Oleh Lathifa Rulia Sadyyah
Kecil hingga Besar kau mencari keberhasilan
Bodoh hingga Pintar kau merangkai kesuksesan
Kau gores dengan noda yang pilu
Demi sekejap kenikmatan yang tabu
Kepala demi Kepala menunggumu dibelakang
Mengais sedikit sumbangan untuk sesuap nasi
Tidakkah kau terlalu melambung
Melampaui batas kerendahan hati
Dahulu kau cari mereka semua
Dahulu kau berjanji kepadanya
Dahulu kau susah payah bersama
Tapi sekarang Kau buang kami seperti tidak ada
Kemarin kau termangu seperti orang tak punya arah
Hari ini kau tersenyum seperti orang hebat
Besok kau akan menggongong di depan pasrah
Lusa kau akan masuk kedalam hutan yang penat
Kau berlari amat jauh seperti maling