Sejarah Lato-Lato hingga Laranganannya di Amerika

Tifani
Oleh Tifani
11 Januari 2023, 13:07
Ilustrasi sejarah Lato-lato
Freepik
Ilustrasi Lato-lato

Lato-lato menjadi permainan yang tengah digandrungi berbagai kalangan, bahkan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Meski kini tengah menjadi tren di Indonesia, namun ternyata permainan itu sudah dimainkan sejak periode 1960-an.

Lato-lato adalah mainan tradisional yang terdiri dari sepasang bola plastik atau karet yang terikat tali, sehingga membentuk bandulan. Pada bagian tengah benang antara kedua bola, terdapat pegangan khusus untuk digunakan pemain ketika menggerakkan lato-lato.

Advertisement

Adapun cara memainkannya dengan membenturkan kedua bola berulang kali. Siapa yang memainkannya paling lama menjadi pemenangnya.

Sejarah Lato-Lato

LOMBA PERMAINAN LATO-LATO
LOMBA PERMAINAN LATO-LATO (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/tom.)

Dalam bahasa Sunda, lato-lato dikenal dengan istilah nok-nok, sedangkan dalam bahasa Jawa disebut sebagai tok-tok. Penamaan tersebut berasal dari suara yang ditimbulkan permainan ini.

Dikutip dari laman Antara,  sejarah lato-lato berawal dari Amerika Serikat. Di negara asalnya, permainan ini juga disebut sebagai clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers, atau clankers. Beberapa istilah tersebut merujuk pada benda yang sama, yakni dua bola yang dihubungkan dengan dua utas tali. Cara bermainnya pun persis, sebagaimana lato-lato dimainkan di Indonesia.

Ketika dimainkan, kedua bola yang menggantung akan menimbulkan bunyi yang khas seperti 'clack-clack'. Bunyi tersebut kemudian mendasari penamaan mainan tersebut. Benda ini mirip dengan 'bolas', senjata berburu yang digunakan oleh para Gaucho atau penduduk di Pampas, Gran Chaco, dan Patagonia, Amerika Selatan.

Pada mulanya, clackers dibuat sebagai alat untuk mengajari anak-anak berlatih koordinasi antara tangan dan mata. New York Times menerbitkan catatan pada Agustus 1971 yang menunjukkan adanya kejuaraan dunia clackers.

Peristiwa bersejarah tersebut berlangsung di Italia, tepatnya di desa Calcinatello, dekat Brescia. Dimainkan sebagai kompetisi dunia, perlombaannya diikuti banyak peserta dari berbagai negara, seperti Belanda, Belgia, Swiss, Inggris, hingga Kanada. Semua negara itu berlomba untuk membuktikan kemampuan mereka bermain clackers di mata dunia.

Sejarah Lato-Lato hingga Dilarang di Amerika Serikat

Ilustrasi Lato-lato
Ilustrasi Lato-lato (Freepik)

Kasus cedera lato-lato membuat Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) melarang peredaran mainan tersebut. Beberapa komunitas dan Organisasi Masyarakat untuk Mencegah Kebutaan (Society for the Prevention of Blindness) juga turut mendukung keputusan FDA.

Sebelum melakukan pelarangan, FDA sempat menguji banyak perusahaan untuk menemukan kecepatan dan potensi pecahnya lato-lato. Beberapa tahun setelahnya pada 1973, Consumer Product Safety Commission atau Komisi Keamanan Produk Konsumen muncul dengan banyak himbauan terhadap mainan ini.

Melansir website Komisi Keamanan Produk Konsumen Amerika Serikat (CPSC), U.S Marshall menyita 4.600 produk Lato-lato di Phoenix, Arizona pada 6 Desember 1985. Mereka menilai mainan tersebut berbahaya, karena mudah pecah dan melukai anak-anak. Lebih lanjut, mereka juga melarang penjualan lato-lato di Amerika Serikat.

Sejarah Lato-Lato di Indonesia

Kepopuleran clackers secara internasional merambah ke Indonesia. Sekitar tahun 1990-an, mainan ini populer dimainkan oleh anak-anak Indonesia.

Meski populer pada 1990-an, sejarah permainan lato-lato sudah dimainkan sejak 1970-an. Bentuk mainnya pun tidak berubah, hanya saja tidak lagi menggunakan kaca temper, tetapi diubah dengan plastik polimer.

Bahan ini dianggap jauh lebih aman dibanding pendahulunya. Meski demikian, permainan ini tetap berisiko pecah, tetapi dengan risiko partikel pecahan tidak membentuk proyektil layaknya kaca, melansir Quartz.

Saat ini, clackers di Indonesia lebih populer dengan sebutan lato-lato. Nama tersebut berasal dari bahasa Bugis dan berubah menjadi 'katto-katto' di Makassar. Sementara di beberapa daerah di Pulau Jawa, permainan ini dulunya disebut 'tek-tek' sebagaimana bunyi yang dihasilkan.

Halaman:
Editor: Intan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement